Ch. 39

209 40 2
                                    

Suzy menahan nafas. Masih meletakan kedua tangannya di depan dada Sehun agar pria itu tidak lagi maju untuk mendekat padanya. Jantung Suzy berdegub kencang dan perutnya terasa tergelitik.

"Terlalu dekat." Bisik Suzy. Menunduk menghindari tatapan mata Sehun yang selalu menatap tepat pada matanya.

"Memang kenapa jika terlalu dekat? Aku tidak akan melakukan hal-hal yang tidak kau sukai." Sehun terkekeh pelan. Masih dengan suara berat dan juga jarak yang begitu dekat.

"Sesak, berat." Suzy setengah merengek. Bahkan ia dapat merasakan nafas hangat Sehun menerpa wajahnya.

Tertawa singkat, Sehun akhirnya bangkit dan menarik pinggang Suzy untuk ia bawa duduk di atas pangkuannya. "Nyaman sekali." Menyandarkan kepalanya pada punggung kecil Suzy, Sehun melingkarkan lengannya pada perut datar itu.

Menghirup dalam-dalam aroma manis yang masih tertinggal pada tubuh gadis di atas pangkuannya ini.

"Aku ingin tidur." Suzy sungguh lelah, ia ingin segera berbaring dan meringkuk di bawah selimut.

"Pillow talk?" Tawar Sehun. Memutar tubuh Suzy untuk menghadap padanya yang langsung direspon dengan anggukan oleh Suzy. Yang penting ia bisa merebahkan tubuhnya. Itu saja.

Menyusun posisi bantal dengan sedemikian rupa, Sehun merebahkan tubuhnya dan memposisikan Suzy di sebelahnya. Menjadikan lengannya sebagai bantalan untuk Suzy dan lengan satunya ia gunakan untuk memeluk pinggang kecil gadisnya.

"Aku peluk seperti ini tak apa?" Tanya Sehun. Mengusap punggung Suzy dan sesekali mencium puncak kepalanya.

"Tak apa." Suzy tak peduli lagi. Hangat. Pelukan Sehun benar-benar nyaman. Kenapa istri Sehun kemarin memilih bercerai ya?

"Bagaimana? Apa bekerja denganku susah?" Sehun sudah mematikan lampu sehingga suasana kamar sudah berubah menjadi remang-remang kuning temaram.

Menyamankan posisinya, Suzy menggeleng singkat. "Tidak, hanya terkadang menyebalkan. Selebihnya baik-baik saja."

Suzy mengusap pelan bahu Sehun. "Sehun, aku ingin bertanya boleh?"

Mengangguk santai, Sehun tersenyum tipis. Lucu sekali sayangnya ini. "Tanya apa?"

"Kaya. Tampan. Sehun juga pasti sudah kaya dari lahir, tidak mungkin pernah miskin. Anak-anakmu cantik dan tampan, pintar juga. Lalu kenapa kau dan istrimu memilih untuk berpisah?" Suzy tahu ini pertanyaan sensitif. Hanya saja ia benar-benar penasaran. Jika Sehun ingin menjawab tak masalah, jika tidak juga tak apa.

Sehun tertawa, benar-benar tertawa. Makin mengeratkan pelukannya pada Suzy yang hanya mengeryit heran. Bagaian mana yang lucu dari pertanyaannya?

"Benar, aku sudah makmur dari aku lahir. Hidupku sudah dipersiapkan oleh orang tuaku dengan baik. Semua yang aku mau bisa aku dapatkan dengan mudah. Lalu kenapa aku berpisah dengannya?" Sehun mencuri satu kecupan dari dahi Suzy. Memperhatikan bagaimana raut penuh rasa ingin tahu itu.

"Dia tidak bisa mencintai semua anak-anakku. Lalu untuk alasan apa lagi aku harus tetap bersamanya?"

Jawaban singkat Sehun membuat dahi Suzy berkerut heran. "Apa dia pilih kasih?"

"Bukan, Sayang. Anak kandungku hanya Haowen sejujurnya. Jasper dan si kembar adalah anak angkat. Sebelum ada Haowen, mereka bertiga sudah lebih dulu ada di sini. Aku tidak tahu bagaimana Irene memperlakukan mereka sebelum ada Haowen, yang aku tahu setelah Haowen lahir, tiga anak monyetku ternyata tidak hidup dengan baik selama aku bekerja." Sehun masih merasa bersalah jujur saja, ia pikir keempat anaknya bahagia, ternyata tidak. Sehun terlalu bodoh hingga tidak dapat menyadari hal janggal yang ia rasakan sebelumnya.

"Mereka tidak makan dengan teratur, tidak bermain dengan baik, jam tidur mereka tidak sehat karena stres. Dan aku masih bisa tertawa di depan mereka tanpa tahu bahwa mereka sebenarnya tercekik hampir setiap malam." Tanpa sadar mata Sehun sudah berkaca-kaca.

"Aku merasa gagal menjadi ayah mereka."

Suzy menggeleng tak setuju. Setelah bekerja selama beberapa bulan dengan Sehun dan melihat bagaimana interaksi keluarga kecil ini, Suzy yakin Sehun adalah ayah terbaik setelah ayahnya sendiri.

Melihat dari bagaimana empat anak itu bersama Sehun, bagaimana Sehun memberikan kebebasan dan mereka yang berhasil bertanggung jawab untuk itu. Suzy yakin Sehun sudah berhasil menjadi seorang ayah.

"Aku yakin kau adalah ayah terbaik untuk mereka. Kau memperlakukan mereka dengan sama dan memberikan apapun yang mereka butuhkan. Mereka pasti bangga memilikimu sebagai orang tua mereka." Suzy berujar santai. Masih mengusap bahu Sehun agar pria dewasa ini tenang dan tidak banyak pikiran. Sayang saja jika wajah tampannya harus berkeriput.

Mengeratkan pelukannya, Sehun mengangguk paham. Setidaknya, sejauh ini ia sudah mencoba yang terbaik untuk anak-anaknya. Bagaimana mereka melihat itu nanti, Sehun tak akan masalah.

"Lalu, bagaimana denganmu? Aku pikir kau dan Myungsoo sudah sangat lama?" Jika tidak salah tebak, mereka pasti sudah bersama sejak zaman dahulu kala.

Suzy mengangguk tanpa beban. "Benar, aku dan Myungsoo sudah sangat lama. Tapi itu tidak menjamin bahwa kami akan baik-baik saja. Aku dan dia sering bertengkar, pernah putus hubungan juga." Suzy menceritakan perihal hubungannya dengan Myungsoo begitu saja. Walau masih sakit hati, tak ada alasan bagi Suzy untuk berlarut-larut seperti ini.

Memang pria di bumi ini hanya dia?

"Lalu? Kau seperti begitu terpukul saat kembali dari liburanmu." Sehun ingin tahu, sebesar apa pengaruh Myungsoo bagi Suzy dan sebesar apa juga kesempatannya untuk segera mendepak pria sialan itu.

"Bohong jika aku baik-baik saja, aku sudah bersama bersama Myungsoo selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa aku terima begitu saja saat ia memilih untuk menikahi wanita lain? Dia satu-satunya yang aku punya semenjak orang tuaku meninggal." Suzy menyamankan posisi kepalanya di atas lengan Sehun.

Entah kenapa, rasanya nyaman saja membahas masalah ini bersama Sehun. Terlepas jika seandainya Sehun akan tetap meninggalkannya nanti.

Kali ini giliran Sehun yang mengerjap tak mengerti. Meninggal? Seingat Sehun, Suzy pernah mengatakan bahwa ia akan pulang cepat karena orang tuanya sudah menunggu.

"Orang tua kandungku meninggalkan karena kebarakan. Satu-satunya yang dipercayai oleh mereka adalah orang tua angkatku sekarang. Mereka dulunya rekan bisnis papa, sama-sama berjuang dari nol hingga berhasil. Lalu orang tuaku harus pergi lebih dulu karena nasibnya saja yang jelek." Terkekeh pelan, Suzy tidak ingin Sehun mengasihaninya. Akan lebih menyenangkan jika pria itu berpura-pura bahwa Suzy tidak pernah menceritakan apapun.

"Kau punya aku sekarang. Mungkin sulit melupakan Myungsoo, tapi jika kau butuh sesuatu kau bisa mengatakannya padaku." Menangkup kedua pipi Suzy, Sehun menekan pelan gumpalan daging itu.

"Terima kasih. Jika ada sesuatu yang bisa aku bantu, kau bisa mengatakannya padaku." Bisik Suzy. Suaranya sudah memelan karena tertelan rasa kantuk.

Lampu temaram, udara dingin, dan pelukan Sehun.

Suzy rasa ia bisa tidur dengan tenang hingga tiga hari ke depan. Jika saja hidupnya selalu seperti ini kedepannya, Suzy yakin ia akan bahagia melebihi saat bersama Myungsoo.

"Ya, aku percaya saja pada apa katamu."




Ngantuk banget ampun

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang