Ch. 63

121 21 1
                                    

Dengan segala emosi anak-anak Sehun yang meledak-ledak kemarin lalu, akhirnya Sehun melakukan penebusan dosa dengan mengajak mereka keluar untuk jalan-jalan.

"Nah, ini. Bawa semuanya, sudah aku siapkan lengkap." Suzy memberikan satu keranjang rotan yang sudah penuh dengan segala makanan. Menyerahkan pada Jasper sebagai yang paling tua karena Sehun tengah menggendong Haowen di tangannya.

"Mommy kenapa tidak ikut?" Yeji langsung memeluk Suzy dengan erat. Menatap penuh harap pada wanita yang sebenarnya tidak terlalu jauh jarak umurnya dengan Yeji. Jarak umur Suzy dengan Jasper saja masih bisa dihitung dengan satu tangan.

Suzy menggeleng santai. "Ini waktu kalian untuk menghabiskan waktu bersama. Pasti sudah lama sejak terakhir kali kalian pergi bersama kan?" Suzy menangkup kedua pipi Yeji. Menekannya pelan hingga mulut gadis itu membulat membentuk kerucut.

"Mommy tidak mau ganti baju? Kita bisa menunggu." Hyunjin juga ikut merayu. Sudah terbiasa dengan Suzy yang selalu ada dalam perkumpulan sesat mereka ini, jika Suzy tidak ada aneh saja rasanya.

"Tidak. Ayo berangkat, cepat." Mendorong punggung empat manusia itu untuk segera keluar dari rumah, terlalu lama nanti sudah tidak seru lagi.

"Jika kau ingin pergi tolong kabarin aku agar aku tidak khawatir." Mengecup sekilas dahi Suzy seraya mengacak asal surai madu yang tergerai jatuh itu.

"Iya, selamat bersenang-senang."

**

"Kain mana kain." Yeji menadahkan tangannya pada Jasper yang tengah berdiri santai seraya bergacak pinggang.

"Kain apa? Ingin kau jadikan alas duduk kemejaku ini? Lalu aku akan membiarkan dadaku terbuka untuk menjadi konsumsi khalayak umun?" Jasper bertanya sinis. Menatap Yeji yang tengah melotot garang padanya.

"Kain yang ada di pundakmu, Sialan. Jangan membuat aku emosi ya." Tunjuk Yeji beralih pada bahu Jasper yang sudah tersampir kain berwarna cerah.

Melirik pada bahunya, Jasper tertawa kencang. Benar, Jasper lupa jika ia sudah mengeluarkan kain pemberian Suzy ini sedari tadi. "Lupa."

"Tubuhmu juga tidak bagus, orang lain yang melihatnya juga pasti langsung mual." Sinis Yeji. Merampas begitu saja kain yang beraroma bayi itu dan segera Yeji bentang di atas rumput hijau ini.

"Ayo duduk, anggap saja rumah pribadi. Tak apa, ayo. Jangan malu-malu seperti itu." Yeji menggerakan tangannya heboh, menyuruh daddy dan juga saudaranya untuk segera duduk membentuk lingkaran kecil.

Ini waktu terbaik memang untuk piknik.

"Meja untuk minuman kita tadi mana? Tidak kau tinggal di mobil bukan, Hyunjin?!" Darah Yeji kembali naik hingga ubun-ubun. Mati muda ia jika seperti ini nanti, sungguh.

"Aku bawa ya! Seenak saja kau menuduhku seperti itu!" Hyunjin tak terima, ingin sekali Hyunjin lempar meja kecil ini untuk membidik kepala kosong kembarannya ini. Tapi ya itu, masalahnya Hyunjin tidak tega. Bagaimana bisa ia menyakiti setengah dari hidupnya ini?

"Bawa kemari."

**

"Ah benar, lama sekali rasanya kita tidak keluar seperti ini ya." Gumam Hyunjin.

Bekal yang tadi Suzy bawakan sudah tertata rapi di tengah-tengah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bekal yang tadi Suzy bawakan sudah tertata rapi di tengah-tengah mereka. Ada susu untuk Haowen, ada jus jeruk untuk Jasper dan Sehun, lalu ada soda untuk Hyunjin dan Yeji.

Selain buah-buahan, Suzy juga menyelipkan beberapa roti gandum, sosis asam manis untuk Haowen, spaghetti, dan juga beberapa daging panggang. Ah! Cemilan juga.

Benar-benar lengkap!

Sehun mendudukan Haowen pada sisi kirinya, menatap keempat anaknya secara bergantian dengan seulas senyum tipis di wajahnya.

"Guys, aku ingin minta maaf." Ujar Sehun.

"Dosa apa lagi yang kau lakukan wahai Tuan Muda Oh Sehun?" Hyunjin menatap Sehun serius. Menyelidiki wajah pria dewasa itu yang makin hari kenapa malah makin tampan.

"Kemarin, saat aku bertemu dengan Irene." Sehun sudah sangat malas memanggol Irene dengan gelar mommy, sejak kapan juga wanita itu menjadi mommy untuk anak-anaknya ini?

"Huh? Minta maaf? Jangan. Seperti bersama siapa saja kau, Dad. Santai. Kami baik-baik saja." Yeji mengibaskan tangannya tanpa pikir panjang. Memang apa lagi yang harus dimaafkan? Yeji yakin juga Suzy tidak akan masalah dengan itu.

"Bagaimanapun, aku tetap harus meminta maaf kepada kalian. Aku secara tidak langsung sudah membohongi kalian." Sehun benar-benar merasa tidak enak, kepalanya hanya dipenuhi dengan bagaimana jika anak-anaknya ini dikemudian hari membenci Sehun karena masalah kemarin?

"Mommy bagaimana? Dia mempermasalahkan ini tidak?" Tanya Jasper.

Gelengan Sehun berikan, pembicaraan mereka kemarin berakhir damai seingat Sehun. Selama semalaman suntuk mereka juga hanya berpelukan.

"Ya sudah, mommy saja santai. Kenapa aku harus ribut?" Meminum kembali jus jeruknya setelah menenggak sedikit susu vanilla milik Haowen. Jasper hanya penasaran saja sejujurnya.

Mata Hyunjin dan Yeji membulat sempurn. Benar juga! "Selagi mommy tidak apa, kami juga tidak masalah." Hyunjin mengangkat kaleng sodanya dan mulai minum dengan elegan.

"Yang kau minum hanya soda, Sial. Segala macam bertingkah kau." Amuk Yeji. Melempar kepala Hyunjin dengan kacang goreng yang sebenarnya bertujuan untuk perutnya sendiri.

Sehun tertawa pelan, merentangkan tangannya dan dengan kecepatan kilat, Yeji langsung menghambur masuk ke dalam pelukan pria paling dewasa itu.

"Aku menyayangi kalian." Ujar Sehun.

"Geli sekali aku." Sinis Jasper, tapi masih dengan posisi memeluk erat tubuh Sehun. Walau Jasper paling sedikit bicara, paling jarang menunjukan emosi, dan manusia paling simpel diantara yang lain. Jasper sebenarnya suka sekali dengan pelukan.

Ia bahkan bisa berlama-lama dan betah di dalam pelukan Xukun dan Lucas. Hanya bungkusannya yang seperti tidak tersentuh Jasper itu.

"Jadi bagaimana? Apa kau sudah punya pacar?" Tanya Sehun. Anak-anaknya ini sudah dewasa, jadi Sehun bisa berpikir bahwa mereka sudah paham dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah bukan?

Jasper berpikir sebentar, menatap Sehun sepersekian detik sebelumnya akhirnya ia mengangguk mantap. "Sudah. Satu kampus. Anak kedokteran."

Yeji langsung menatap Jasper dengan mata membola sempurna. "Wanita mana yang mau menjadi kekasihmu? Bodoh sekali!" Membuang muka setelahnya, Yeji kembali merebahkan kepalanya pada pangkuan Haowen.

"Jika kau iri katakan saja. Kau tidak terima kan karena aku sudah mengantongi ijin." Jasper yang memang sedari awal masih belum rela adik perempuannya ini mengenal cinta langsung menyombongkan diri.

"Pokoknya Renjun harus menjadi suamiku." Tekad Yeji. Sayang sekali jika ia melewatkan aset berharga seperti pria itu. Hitung-hitung memperbaiki keturunan.

"Renjun yang tidak mau kau menjadi istrinya. Dia bisa dapat yang lebih baik pastinya." Jasper langsung menyumpal mulit Yeji dengan potongan nanas sebelum wanita itu kembali protes dan membantah kata-katanya.

Menatap sinis pria sipit itu, Yeji langsung memeluk Haowen. "Haowen, jika noona punya kekasih bagaimana?"

Haowen yang tidak paham langsung menatap Sehun. Menepuk pelan pipinya dan seketika tatapan Haowen berubah serius. "Daddy kekathih itu baik atau buruk?"

"Jika untuk noonamu itu buruk. Jangan ijinkan."

"DAAAD!"

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang