Mengangguk tak masalah, Suzy membiarkan saja empat buntut Oh Sehun ini menguasi ruangannya yang tidak seberapa ini. Belum lagi dengan Haowen yang masih duduk nyaman di atas pangkuannya.
"Noona, boleh aku minta permennya?" Hyunjin menunjuk satu toples kecil berisi permen warna-warni yang memang sengaja Suzy letakan di atas mejanya. Berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ia frustasi menghadapi tingkah Oh Sehun yang macam tai.
"Boleh, jangan banyak-banyak. Nanti gigi kalian rusak." Peringat Suzy. Gula tidak baik untuk gigi anak-anak, kalian tahu bukan.
"Haowen juga mau."
"Boleh, tapi tidak boleh banyak-banyak."
Haowen, Hyunjin, Yeji, dan tentu saja Jasper langsung merapat mengerubungi toples permen milik Suzy. Menatap penuh cinta pada makanan berwarna itu dengan tangan yang menengadah menatap Suzy.
"Ambilkan, tolong." Yeji tersenyum dengan matanya yang langsung membentuk bulan sabit. Menggemaskan.
Menghela nafas kecil, Suzy mulai membuka tutup toplesnya. "Satu untuk Tuan Muda Jasper, satu untuk Tuan Muda Hyunjin, satu untuk Little princess Yeji, dan satu untuk Tuan Muda Haowen." Memberikan masing-masing satu permen. Suzy kembali menutup toplesnya.
Menatap penuh tanda tanya pada wajah penuh protesan milik empat gumpalan daging ini. Bukannya tadi mereka sudah setuju untuk masing-masing mendapat satu permen? Kenapa sekarang seakan tidak terima?
"Ada apa?"
"Hanya nama, tanpa embel-embel Tuan Muda." Koreksi Jasper. Menatap Suzy dengan tatapan menuntut penuh pengulangan. Malas sekali ia dengan embel-embel seperti itu.
Malas.
"Bagaimana?" Suzy tidak paham, maaf-maaf saja. Otaknya sudah sedikit berkarat ini.
"Hanya panggil nama kami saja."
"Jasper? Hyunjin? Yeji? Haowen?" Ulang Suzy tidak yakin. Kenapa tidak sopan sekali rasanya ya? Suzy benar-benar merasa aneh sekarang.
"Yap. Hanya nama. Terima kasih permennya." Jasper kembali beranjak mundur menuju sofa, duduk tenang dengan tangan yang sibuk bermain ponsel.
Begitu juga dengan Haowen yang saat ini sudah pindah duduk ke atas pangkuan Hyunjin. Bersandar nyaman pada dada saudaranya yang tengah menonton animasi kartun.
Benar-benar seperti ruangan mereka sendiri.
**
"Suho, dimana keponakanku?" Yifan menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Tenang saja, tampilannya tidak seperti Sehun yang sudah mirip gelandangan itu. Masih rapi seperti pagi hari walau sekarang sudah akan beranjak makan siang.
"Di ruangan daddy mereka mungkin, atau kau bisa memeriksanya sendiri ke sana." Tunjuk Suho mengarah pada ruangannya dulu yang dimana sekarang sudah menjadi milik Suzy.
Jika Suho tidak salah dengar, tadi ia mendengar langkah kaki yang beramai-ramai keluar-masuk dari ruangan Sehun menuju ruangan Suzy.
"Ruangan Bae Suzy?" Ulang Yifan. Sedikit tidak percaya karena Yifan tahu bagaimana posesifnya empat anak Sehun itu. Pasti sudah terjadi sesuatu di sini.
Berjalan mendekati ruangan Suzy, Yifan mulai mencuri-curi pandang melalui kaca transparan yang menjadi dinding ruangan Suzy.
Benar, empat onggok daging itu tengah berdiam diri di dalam ruangan Suzy. Bermain rubik, tiduran, menonton youtube, dan Haowen... yang duduk di pangkuan Suzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...