Ch. 18

190 43 5
                                    

Suzy menggandeng erat tangan Myungsoo yang saat ini berjalan nyaman di sisi kanannya. Menatap dalam pada Suzy yang hanya tersenyum pelan dengan tangan yang sengaja ia ayunkan.

"Bagaimana pekerjaanmu? Apa semuanya berjalan lancar?" Tanya Myungsoo. Beralih merangkul Suzy yang hanya mengangguk pelan dengan senyum tipisnya.

"Semuanya berjalan lancar. Hanya sedikit melelahkan." Menghela napas, Suzy menatap Myungsoo dengan senyum yang melengkung ke bawah. Apa benar ia bisa menceritakan ini pada Myungsoo atau tidak?

"Ingin menceritakan sesuatu?" Tawar Myungsoo. Menghentikan langkah mereka dan membawa tubuh Suzy untuk menghadap sepenuhnya padanya.

Diam untuk beberapa saat, Suzy memilih untuk menunduk menatap kedua kaki mereka. Mengangkat tangannya dan dengan spontan melingkarkan lengan kecil itu disekitaran pinggang Myungsoo. "Bisa tolong peluk saja untuk saat ini?" Pinta Suzy.

"Tentu, Babe." Mengusap kepala Suzy, Myungsoo tersenyum lebar. Menciumi puncak kepala Suzy, Myungsoo membawa tubuh mereka untuk berputar disekitaran trotoar.

"Jika ada sesuatu yang terjadi katakan saja padaku, aku akan membantumu sebisaku." Bisik Myungsoo.

**

Suara ribut pagi ini membuat kepala Sehun pening seketika. Ini belum jam bangunnya jujur saja. Bunyi klontang-klontang panci ini sungguh keterlaluan.

Ceklek.

Membuka pintu kamar, Sehun berjalan pelan menuruni anak tangga. Menuju dapur yang entah apa yang tengah anak-anaknya ini kerjakan.

"Nasi goreng saja apa ya?" Jasper bersandar lemas pada sisi lemari pendingin. Sial, kelasnya jam sepuluh lagi dan sekarang baru jam lima pagi. Morning people sekali Jasper hari ini.

"Tambahkan nugget dan sosis sebagai pemanis." Hyunjin mengangkat tangan kanannya memberi masukan. Sudah terbiasa dengan diskusi di dalam kelas dia ini.

"Jangan lupa telur, setengah matang agar lebih wah!" Jasper yang semula seperti mayat hidup langsung semangat menggebu-gebu. Enak saja rasanya, astaga.

"Diam, ah. Berisik sekali kalian." Kali ini suara Yeji yang menggelegar karena kesal. Ini memang bukan momen masakan pertamanya, hanya saja karena ini untuk orang yang spesial, Yeji jadi harus berhati-hati.

Bersandar pada sisi dinding dapur, Sehun menggeleng heran. Sungguh anak-anaknya ini aneh-aneh saja tingkahnya. "Apa yang kalian lakukan pagi buta seperti ini? Untung Haowen tidak terjengkang dari atas kasur."

Tiga buntut Sehun langsung menoleh spontan dengan wajah yang memucat takut. Langkah kaki Sehun saja tidak terdengar oleh satu pun dari mereka.

"Tolong bersuara ya, Tuan Oh Sehun." Sinis Yeji sebagai pemegang takhta tertinggi di rumah ini. Secara ia perempuan satu-satunya ya.

"Atas gerangan apa kalian memasak pagi buta seperti ini? Bukan biasanya ada maid yang akan selalu siap sedia?" Tanya Sehun. Ada saja tingkah tiga anak monyet ini, heran.

"Ini spesial, harus kami yang memasak sendiri. Jangan mengganggu kami. Sekian, terima kasih." Ujar Yeji. Menunjuk Sehun dengan spatula yang masih bersisa beberapa bawang yang melekat di sana.

Memutar malas bola matanya, Sehun menggeser Jasper agar tidak menghalangi jalannya untuk membuka lemari pendingin. Haus Sehun sekarang ini.

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang