"Presdir, ini berkas yang Anda minta." Suzy masuk ke dalam ruangan Siwon. Membawa beberapa berkas yang ia peluk di depan dadanya.
"Oh? Terima kasih, tolong letakan di meja saja." Siwon menunjuk sudut mejanya yang kosong. Tersenyum santai dengan tangan yang sibuk membolak-balik berkas.
"Baik, ada yang bisa saya bantu lagi, Presdir?" Tawar Suzy. Walau masih canggung, setidaknya Suzy sudah berusaha semampunya.
"Tidak, bagaimana hubunganmu dengan Sehun?" Tanya Siwon. Mengesampingkan pekerjaannya sebentar dan menatap Suzy penuh atensi.
Tersenyum canggung, Suzy menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Suzy ingin berteriak sialan sekeras-kerasnya. Memang, ayah dan anak sama saja.
"Baik-baik saja, Presdir." Tapi Suzy bisa apa selain menjawab? Ia tidak ingin masa kerjanya diperpendek hanya karena ia yang membuat kesal atasannya.
"Dengan cucu-cucuku?"
Suzy makin resah, sialan, harus ia jawab apa ini? Bagaimana jika Siwon nantinya merasa tidak terima karena cucu kesayangannya begitu dekat dengan Suzy.
"Jujur saja, aku tahu kau dekat dengan mereka. Mereka yang bercerita sendiri padaku." Entah apa yang gadis ini pikirkan, Siwon rasanya harus memperjelaskan dulu tentang berita yang ia dapatkan.
"Ya, saya lumayan dekat dengan mereka. Maaf untuk ketidaknyamanannya." Membungkuk dalam, rasa tidak enak Suzy juga semakin besar. Kenapa dulu ia harus bertemu dengan anak-anak monyet Sehun itu ya?
"Tolong jaga mereka ya."
**
Memperhatikan sekitaran ruangan Suho. Pria itu benar-benar rapi dan bersih. Suzy tidak menyangka jika pria bisa serapi ini dalam mengurus ruangannya sendiri.
"Apa aku pindah permanen saja di sini ya?" Suzy mulai membathin hal-hal yang tidak masuk akal.
Menatap pada sudut ruangan yang langsung membuatnya tertarik. "Sepertinya membawa satu atau dua pot bunga tidak masalah juga ke dalam ruanganku nanti."
Tugas Suzy sudah selesai, ia bisa bersantai selama beberapa menit. Apa dia berkeliling saja ya? Tapi mau kemana? Atau tetap di ruangan saja? Tapi apa yang harus dia lakukan?
Melirik ponselnya yang bergetar di atas meja, Suzy dapat melihat nama Jinyoung di sana.
Menghela nafas lelah, Suzy duduk menyender dengan tangan yang mulai mengangkat panggilan dari kakak tersayangnya itu.
"Nanti sepulang kerja, mama dan papa ingin kau berkunjung. Ada yang perlu kita bahas."
Menggeleng, Suzy tidak mau. Malas sekali ia jika harus kembali ke rumah. Ia masih belum mau. Masih sangat lelah untuk bertatap muka dengan mereka.
"Aku tidak akan ke sana. Lain kali saja." Tolak Suzy. Apa dia harus pindah hunian lagi ya? Perasaannya sedikit tidak enak sekarang.
"Mama merindukanmu. Kenapa kau semakin sulit dihubungi setelah kembali dari liburan?" Jinyoung merasa janggal, ia belum bertemu sedetik pun dengan Suzy dan ia rasa ia belum melakukan kesalahan apapun.
Lantas, kenapa?
"Bukannya seharusnya kau lebih tahu soal itu? Hal apa lagi yang belum kalian beri tahu padaku? Apa ada? Jika tidak, kenapa aku harus ke sana? Dan kenapa kalian begitu keras kepala?" Suzy tidak suka bertele-tele, jadi lebih baik langsung saja. Ia sudah bosan dengan basa-basi sampah ini.
"Apa kau masih butuh alasan? Kita keluarga dan sudah seharusnya saling mengunjungi." Jinyoung juga sudah terlanjur kesal. Ada begitu banyak hal yang harus ia urus dan adiknya ini malah semakin membuat naik darah.
"Jika begitu sudah seharusnya juga tidak ada rahasia lain diantara kita. Kenapa kalian seperti tidak merasa bersalah setelah itu? Padahal kalian tahu lebih dulu dan apa salahnya memberi tahu padaku?" Suzy marah, kecewa, kesal, dan sedih. Suzy rasa masih banyak yang harus ia pelajari tentang keluarga ini. Selama apapun Suzy bersama mereka, Suzy masih tidak paham soal hal itu.
"Aku sudah menyampaikan pesan mama intinya." Jinyoung menyerah. Mereka sama-sama keras kepala dan itu bukan hal yang baik.
"Dan kau sudah mendapatkan jawabanku."
Sambungan telepon Suzy putus secara sepihak. Ia sudah tidak ingin dengar alasan apapun lagi. Biarkan emosinya reda terlebih dahulu nanti akan Suzy hubungi lagi.
**
"Bagaimana testimoninya, Tuan Muda?" Suho masuk ke dalam ruangan Sehun dengan ponsel yang ia genggam. Tengah bermain game nampaknya.
Alis Sehun terangkat sinis, semakin kurang ajar pria ini. Perlu Sehun disiplinkan lagi memang?
"Apa yang kau lakukan di sini? Pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya Sehun. Malas sekali ia bertemu pengkhianat ini. Ingin Sehun buang saja dia, tidak berguna.
"Sudah, aku hanya mengurus kau di sini. Jadi easy. Di sana aku harus mengurus kakakmu dan juga ayahmu." Duduk pada sofa, Suho mulai menaruh atensi penuh pada Sehun. "Bagaimana Suzy?"
"Tak ada masalah. Langsung pada intinya, kau tahu aku tidak suka basa-basi."
Mengangguk paham, Suho mengendikan bahunya. "Presdir Siwon dan juga Yifan sudah tahu bahwa anak-anakmu sangat menyukai Suzy. Tapi yang belum mereka tahu adalah kau yang sekarang juga terlihat dekat dengan Bae Suzy. Menurutmu apa yang akan mereka lakukan?"
Sengaja menggantungkan kalimatnya, Suho tahu Sehun itu pintar. Tidak mungkin dia tidak paham dengan ucapannya. "Kau tahu sendiri Yifan begitu mencintai keponakannya dan dengan kasus kau yang tidak berakhir indah dengan Irene. Apa dia rela kau mulai bermain-main lagi?"
Sehun menyandarkan kepalanya pada kursi kebesarannya. Melirik Suho yang nampak tak peduli seraya mulai mengunyah permen karet dari atas meja Sehun.
"Apa dia punya rencana lain?" Sehun bukannya tidak percaya pada Yifan, hanya saja untuk beberapa poin Yifan terkadang terlalu berlebihan.
"Kau pikir aku dipindahkan ke sini karena apa? Karena kalian yang dekat ini. Jika tidak aku pasti akan bersantai ria di sana menggoda staf kantin yang cantik jelita." Suho mengatakan hal yang sejujurnya, ia hanya tidak ingin dua kakak-beradik ini perang dingin. Hal itu akan berdampak pada kesejahteraan kehidupan pekerjaan Suho.
"Kau jelaskan saja, Sialan. Jangan setengah-setengah." Kesal Sehun. Sok misterius sekali manusia pendek ini.
"Yixing akan masuk sebentar lagi, dua atau satu minggu lagi. Status awalku yang memang sebagai sekretarismu sudah dikembalikan pada posisi awal. Hal yang sama juga berlaku pada Yixing, dan untuk gadismu. Dia akan menjadi sekretaris permanen Presdir Siwon." Jelas Suho. Dan untuk kata gadismu? Suho sudah tahu hubungan apa yang akan terjalin diantara dua manusia ini. Sudah tertebak.
Jika beruntung berakhir sesuai harapan kalian, jika tidak ya tentu gugur salah satu. Kesetaraan selalu menjadi hal yang utama dalam keluarga pebisnis handal di dunia ini.
Cerita Cinderella tetap akan selalu menjadi dongeng sebelum tidur bagi anak-anak naif.
"Daddy hanya mengatakan seminggu ini?" Sehun merasa dibodohi. Sejak awal ia memang tidak pernah setuju dengan ide gila ini.
"Jika dikatakan hal yang sebenarnya, apa kau akan setuju? Terima saja, masih untung Bae Suzy tidak menjadi bawahannya Yifan." Suho beranjak dari duduknya, ingin kembali ke ruangan Suzy yang akan menjadi ruangan pribadinya nanti.
Mulai menyusun hal-hal kecil nampaknya bukan masalah besar.
"Aku sudah tidak punya hutang penjelasan lagi padamu. Selesaikan baik-baik jika kau masih ingin Bae Suzy berada di sekitarmu. Kau tahu segila apa kakakmu."
Aku mau bikin au, gas apa ngga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...