Ceklek.
Brak.
"Jadwal Oh Sehun senggang kapan?" Begitu selesai membuka pintu ruangan Suzy, Suho langsung menunjuk gadis itu dengan pulpen hitam mengkilatnya. Ini benar-benar penting!
Terdiam beberapa saat, Suzy mengingat-ngingat lagi list yang sudah ia selesaikan kemarin. "Tidak ada, Presdir Oh Sehun memiliki jadwal yang cukup padat untuk dua minggu ke depan. Ada apa?" Suzy balik bertanya. Ini menyangkut pekerjaannya juga kawan, jangan sampai ia yang diamuk Oh Sehun setelah ini.
"Ada meeting singkat untuk peresmian pemindahan beliau ke perusahaan baru." Ini sebenarnya bukan urusan Suho, hanya saja karena sekarang ia adalah sekretaris sang pemilik langsung perusahaan, maka mau tidak mau Suho harus repot juga.
"Hanya itu?" Suzy memastikan lagi.
"Hanya itu kepalamu segitiga siku-siku!" Amuk Suho. Sudah paginya diawali dengan sangat buruk, ditambah lagi dengan Suzy yang seperti mengentengkan masalahnya ini.
Perempatan siku-siku langsung muncul di kepala Suzy. Kenapa sekarang ia yang terkena amukan Suho? Ia hanya memastikan agar dapat membantu bukan?
"Kau ingin aku bantu tidak?" Sungut Suzy. Bersiap melempar Suho dengan keyboardnya yang sudah usang ini. Sekalian Suzy ingin meminta baru sejujurnya.
"Iya!"
"Jika hanya itu bisa aku jadwalkan nanti siang atau tidak besok siang. Aku lindas juga kepala kosongmu itu nanti." Amuk Suzy. Jangan sampai niat baiknya batal hanya karena Suho yang sudah membuatnya tidak mood ya.
"Besok siang saja tolong, terima kasih." Tersenyum manis, Suho berlalu pergi dengan hati yang gembira.
"Sialan ini." Dengus Suzy.
Suzy juga tidak ingat bagaimana bisa ia dan Suho menjadi dekat seperti ini. Jika tidak salah ya karena Suzy yang merengek malu karena Chanyeol mengantarnya hingga pantry.
"Jangan lupa, Bae Suzy!"
"Diam kau, Mi hitam!"
**
"Pukul berapa sekarang, Temanku?" Hyunjin berseru dari ruang keluarga. Tubuh masih merebah di atas sofa dengan siku tangan yang ia gunakan untuk menumpu kepalanya.
"Pukul sepuluh kurang tujuh menit lebih tiga puluh detik." Jasper menyahut dari sisi kirinya. Iya, mereka masih berada dalam satu ruangan yang sama. Yeji dan Haowen bahkan masih berbaring santai di atas karpet bulu yang memang sengaja Sehun gelar di sana.
"Bothan thekali." Haowen bergumam dengan kepala yang ia pindahkan ke atas perut Yeji. Membiarkan wanita itu sedikit susah bernafas karena beban perutnya yang semakin berat.
Mengangguk setuju, Yeji juga sudah merasa bosan, sungguh. "Hyung, ayo deliv makanan." Usul Yeji.
Hyunjin dan Jasper langsung menatap Yeji dengan mata yang membola tak percaya. Gadis ini sungguh-sungguh? Sudah siap dipecat Sehun sebagai anak?
"Baru semalam kita makan makanan tak sehat. Kau ingin daddy mengamuk?" Tanya Jasper.
"Memang agak lain wanita ini." Sambung Hyunjin.
"Ayo jalan-jalan!" Haowen berseru semangat. Langsung berdiri dengan kedua tangan yang langsung menarik sebelah tangan Yeji. Berat sekali kakaknya yang satu ini!
"Call!"
**
Ceklek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...