Tidak ada yang berubah banyak, Sehun dengan pekerjaannya dan Suzy dengan pekerjaannya. Belum lagi anak-anak Sehun yang juga tidak banyak ulah. Semuanya masih berjalan seperti biasa.
"Ayo, bangun pagi. Daddy kalian saja sudah berjemur di luar sana. Ayo semangat muda." Suzy memasuki kamar Jasper setelah meminta izin terlebih dahulu. Menarik pelan selimut abu-abu tua yang membungkus tubuh remaja-remaja tanggung ini.
Yeji berdecak tak terima. "Sehari, dua hari saja itu. Pencitraan dia memang. Dasarnya saja yang memang ingin pamer otot!" Sudah hafal betul Yeji dengan kelakuan duda tua itu. Sungguh.
"Tak apa, pamer berujung sehat." Menarik pelan masing-masing tangan anak-anak Sehun, Suzy mulai mengikat longgar rambut Yeji.
"Sudah. Ayo."
**
"Biasanya kau olah raga di kamar saja, Dad. Kenapa tiba-tiba di tengah lapangan seperti ini? Apa yang mau kau pamerkan?" Sinis Yeji tak terima. Hari libur seperti ini sudah bagus ia tidur saja hingga siang.
Sinting.
"Jika aku olah raga di kamar seperti biasa. Otak kotor kalian itu akan memproses hal yang tidak-tidak. Aku bertelanjang dada keluar dari kamar dengan keringat dimana-mana. Kalian pikir aku tidak tahu apa saja yang sudah kalian tonton?" Sehun balas tak terima. Otak remaja kotor ini mudah sekali di tebak.
Hyunjin yang masih setengah sadar melirik tanpa minat pada Sehun. Dengan muka bantal dan rambut yang melayang kemana-mana. "Aku tidak suka perempuan, jadi ya terserah kau mau melakukan apa di kamar bersama mommy."
"Otakmu saja yang kotor, Dad. Aku bahkan tidak memikirkan apa-apa." Jasper merasa tertuduh. Memangnya wajahnya ini terlihat seperti pria cabul apa? Tidak ada juga otak pria ini nampaknya.
"Kenapa hanya kami bertiga? Haowen mana? Memang pilih kasih kau ya?" Yeji tak habis pikir. Walau matahari pagi tidak sepanas itu, tetap saja ia tak rela jika harus berjemur seperti ini tanpa Haowen.
Menunjuk sisi kiri tubuhnya. Sehun kembali melanjutkan peregangannya. "Kalian pikir seonggok daging di sana siapa?"
Pandangan Yeji, Hyunjin, dan Jasper langsung mengikuti arah dagu Sehun tadi. Ya, benar. Haowen sudah berjongkok pasrah dengan mata tertutup menantang matahari.
"Masih sempat-sempatnya dia tidur dalam kondisi seperti ini?!"
Sadar tidak ada yang akan berubah jika mereka tetap protes. Akhirnya, empat anao Sehun ini sepakat untuk berjejer di sisi kanan Sehun. Mengikuti peregangan yang tengah Sehun lakukan.
Hening menyelimuti hingga mereka lupa dengan segala protesan mereka tadi.
"Dad, aku ada pertanyaan serius." Yeji merentangkan tangannya ke depan. Menghela nafas pelan dengan otot perutnya.
"Apa?"
"Biru muda dan biru tua beda berapa tahun?"
Hening.
Hening.
Hening.
Sehun mengeryitkan dahinya tak paham. Otaknya tengah berpikir keras hingga rasanya asap tipis imajiner mulai muncul dari ubun-ubunnya. "Warna yang pertama kali lahir apa?"
Jasper menghela nafas lelah. Kuda-kudanya seakan langsung goyah hanya karena respon Sehun.
"Hitam?" Hyunjin merespon sebisanya. Tidak ada alasan khusus hanya karena jika saat menutup mata yang ia lihat pertama kali adalah gelap. Entah gelap dan hitam itu sama, yang jelas tak ada warna di sana.
"Sial! Lututku langsung kehilangan tulang. Pertanyaan bodoh apa ini?" Sungut Jasper. Seketika Jasper merasa lemas tak ada daya.
"Tidak, yang aku pikirkan adalah bagaimana orang tahu jika biru itu adalah biru? Dan jingga itu adalah jingga?" Yeji dan otaknya yang dipaksa bangun pagi langsung konslet seketika.
"Besok tak usah memaksanya bangun pagi lagi. Lihat sekarang, otaknya yang sudah kopong itu mulai memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya ia pikirkan." Jasper menunjuk-nunjuk Yeji dengan emosi penuh. Yeji yang penasaran kenapa otaknya yang harus berjalan?
Perdebatan sengit rasanya akan langsung berjalan sebentar lagi, untungnya Suzy datang dengan satu nampan penuh berisi air mineral dan buah-buahan.
"Sudah cukup hangat bukan? Ayo berkumpul dan istirahat." Menggendong Haowen di depan tubuhnya. Suzy menggiring keluarga kecil itu untuk berteduh di gazebo di depan kolam ikan milik Sehun.
"Mom, ber-"
"Dilarang makan saat bicara!"
"Dilarang bicara saat makan, ah bodoh!"
Hyunjin langsung naik darah saat Jasper dengan tidak ada otaknya menyumpal mulut Yeji seraya memberikan kata-kata petuah. Jika benar ya tak masalah, ini petuahnya juga terbalik-balik. Apa tidak gondok Hyunjin.
Suzy tersenyum lebar. Entah bagaimana ia harus menanggapi anak-anak penuh emosi ini?
"Ayo, bersih-bersih. Nanti setelah makan siang kalian bisa lanjut tidur lagi." Suzy masih memangku Haowen yang setengah sadar.
Menatap satu demi satu anak-anak Sehun dan berakhir dengan manatap Sehun yang sedari tadi selalu memperhatikannya. Jantung Suzy sudah tidak sehat lagi rasanya.
"Apa ada sesuatu?" Tanya Suzy. Apa di wajahnya ada yang aneh? Atau penampilannya masih sangat berantakan?
Gelengan Sehun berikan. Ingin rasanya langsung mendekap Suzy dalam pelukannya, tapi Sehun sadar. Aromanya sudah lebih-lebih dari tumpukan sampah ini.
"Nanti malam ingin pesta BBQ?" Tawar Sehun.
"MAU!" Yeji tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aroma daging dan cita rasa yang luar biasa mewah akan segera mendarat di dalam mulutnya.
"Aku ajak Xukun dan Lucas boleh?" Jasper langsung teringat dua temannya yang tidak ada otak. Jasper juga harus memamerkan Suzy pada mereka berdua.
"Tentu, silakan." ACC Sehun sudah didapatkan. Saatnya eksekusi.
"Aku akan mengundang Renjun." Yeji langsung mengetik cepat di atas layar ponselnya. Ia akan membuktikan bahwa ia dan Hyunjin tidak hanya berkhayal.
"Seungmin akan datang nanti!" Hyunjin tak mau kalah. Walau perkataan Seungmin sering kali membuat Hyunjin sakit hati, Hyunjin tepat menyayangi temannya itu.
Melihat Suzy yang hanya sibuk dengan Haowen, Sehun beringsut mendekat tanpa suara. "Tidak ingin mengundang teman-temanmu?"
Suzy ingin sejujurnya, hanya saja Suzy tidak mungkin langsung membawa Baekhyun dan Jiyeon. Dia dan Sehun belum berada ditahap seserius itu. Suzy harus tahu diri. "Tidak, aku dan Haowen saja." Tolak Suzy.
"Kenapa? Kau belum memberi tahu mereka?" Tak masalah sejujurnya, Sehun hanya ingin memastikan saja. Tak lebih.
"Aku belum bertemu mereka. Nanti saja aku jelaskan jika sudah ada waktu." Dan lagi Suzy tahu, teman-temannya itu pasti akan memburu Suzy dengan banyak pertanyaan. Suzy hanya tidak ingin membuat suasan menjadi canggung.
"Mungkin nanti akan sedikit ramai. Kau tak apa?" Sehun memastikan. Kenyamanan Suzy tetap harus ia jaga.
"Tak apa, makin ramai makin bagus." Mengangguk yakin, Suzy menepuk pelan bahu Haowen yang sudah hampir sadar sepenuhnya. Hanya perlu mengumpulkan beberapa nyawa lagi sepertinya.
"Jika tidak nyaman katakan padaku, kau memiliki aku di sini. Mereka semua jinak, tenang saja."
Engga, ngga jinak. Yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...