"Presdir." Suzy berlari kecil dari ruang kerjanya. Menyusul siluet Sehun yang sudah akan menghilang ditelan dinding ruang pribadi pria itu.
Mendengar namanya terpanggil dengan suara mengerikan itu membuat Sehun mengeryit tak suka. Penuh teriakan sekali hari-harinya ini. "Apa, Nona Bae?"
"Ayo, Presdir." Ajak Suzy seraya menggerakan tangannya meminta Sehun untuk segera bersiap-siap.
Dibandingkan dengan hubungan direktur dan sekretaris, mereka lebih terlihat seperti teman bermain nampaknya.
Alis Sehun makin berkerut tak mengerti. Perempatan siku-siku sudah tercetak jelas di dahinya. "Ayo apa?" Tanya Sehun tak mengerti.
"Wahai atasanku yang tampan, Anda ada pertemuan makan siang dengan direktur perusahaan properti kemarin. Anda tidak ingat?" Wajah Suzy langsung terlihat mencaci Sehun secara tidak langsung. Menggeleng prihatin hingga membuat Sehun mau tidak mau harus tersinggung.
"Yang mana? Kapan aku menyetujui itu?" Yang Sehun ingat hari ini jadwalnya hanya di perusahaan saja, tidak ada yang mengharuskannya untuk keluar.
"Kemarin lusa. Dengan Nona Park. Anda tidak ingat?" Ulang Suzy, mencoba membantu Sehun menggali ingatannya yang sudah berkarat itu.
Kerutan di dahi Sehun semakin membuat Suzy yakin bahwa pria ini memang tidak mengingat apapun. Kasihan. "Akan aku maklumi, karena memang umur Anda sudah tua."
"Sialan."
"Ayo, aku sudah mereservasi restoran paling enak menurutku." Suzy sudah sangat bersemangat, membantu Sehun mengemasi barang-barangnya dengan senyuman yang merekah lebar.
Jujur saja, Sehun sudah mulai menaruh curiga. Kenapa gadis ini semangat sekali? Biasanya jika ada acara di luar seperti ini sudah pasti Suzy akan pergi dengan setengah hati. "Apa ada yang aku lewatkan?" Tanya Sehun.
Menggeleng, Suzy menatap penuh tanda tanya pada Sehun. "Tidak, jadwal Anda sudah sesuai semuanya. Ada apa?"
"Kenapa kau bersemangat sekali?" Tak apa jika Sehun curiga bukan? Itu hal wajar asal kalian tahu.
"Aku bersemangat karena makanannya nanti akan enak."
"Apa yang aku cemaskan." Sinis Sehun.
**
"Atas nama Oh Sehun." Suzy tersenyum lebar, meletakan satu jari telunjuknya di depan bibir.
"Mari saya antar."
Mengangguk semangat, Suzy langsung mempersilakan Sehun untuk berjalan lebih dulu. Walau senang setengah mati, Suzy masih sadar akan posisinya tentu saja. Tidak lucu jika Sehun mengamuk nantinya, walau itu mustahil.
"Terima kasih."
Sehun mengamati sekitar, tidak buruk. Suasananya nyaman, ruangan privat yang Suzy pesan juga lumayan luas. Mereka bisa bebas membicarakan apapun tanpa khawatir orang luar akan mendengarkan topik pembahasan mereka.
Dalam diam Sehun memuji bagaimana Suzy mempersiapkan semua, walau harus kehilangan Suho. Penggantinya tidak buruk juga.
Memuaskan.
"Ah, Nona Park sudah di depan. Aku harus menjemputnya." Beranjak berdiri dari duduknya, Suzy sudah akan beranjak pergi sebelum tangan Sehun menarik ujung blazernya.
"Duduk, tidak ada kewajiban padamu untuk menjemput tamuku. Biar mereka bertanya pada pelayan di depan." Walau sejujurnya itu calon relasinya, tetap saja Sehun tidak terima. Karyawannya sudah memiliki banyak pekerjaan, jangan menambahnya lagi dengan hal-hal kecil tak penting seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...