"Ada permintaan lain, Yang Mulia?" Hyunjin bertekuk lutut di hadapan Suzy, dengan tangan kanan yang menyentuh dada sebelah kirinya, dan juga kepala yang tertunduk rendah.
"Tidak, terima kasih." Suzy benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan anak-anak Oh Sehun ini. Kepalanya masih penuh bunga dan bahkan mereka masih duduk di taman rumah Sehun.
Meremat lengan Sehun, Suzy meminta pertolongan. Bagaimana caranya agar ia bisa terlepas dari peran yang tengah Hyunjin mainkan ini. Canggung sekali.
"Kenapa?" Sehun bertanya pelan dengan tangan yang merapikan anak rambut Suzy.
"Bantu." Memelas memohon kasihan, Suzy benar-benar sudah kehabisan ide.
Melirik Hyunjin dan Yeji yang masih setia berlutut di depan Suzy. Sehun mengendikan bahunya acuh. "Halah, biarkan saja mereka. Nanti jika bosan juga mereka selesai sendiri." Sudah sangat hafal Sehun dengan kelakuan anak-anak tersayangnya ini. Biarkan saja.
Hyunjin yang melihat celah langsung menatap Suzy dengan seribu satu rencana licik di otak kecilnya itu. "Hamba akan melepaskan Yang Mulia dengan satu syarat. Bagaimana?
Kita harus bisa melihat peluang sekecil mungkin, paham?
Perasaan Suzy sudah tidak enak saja ini. Melihat pola pikir Hyunjin, sepertinya bukan hal yang aneh jika ia curiga pada pria itu bukan? "Dan apakah itu?" Namun tetap saja Suzy ikuti alur drama picisan ini.
"Menginap di sini dan sarapan bersama besok. Iya atau iya?" Mengulurkan tangannya. Hyunjin butuh kesepakatan yang sebagian besar harus menguntungkan dirinya. Ehe.
Suzy tersenyum dengan isi kepala yang sudah memikirkan berbagai macam alasan untuk menolak. Gila saja ia harus menginap di rumah Presdirnya ini. "Bagaimana jika kesepakatan lain?" Tawar Suzy.
"Tidak ada kesepakatan lain, Yang Mulia. Ini sudah kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak." Tolak Hyunjin dan langsung diangguki setuju oleh Yeji.
Suzy membuat wajahnya sesedih mungkin. "Aku tidak membawa apapun selain badan ke sini." Alasan lain Suzy berikan. Ia merasa tidak enak jika harus menginap di sini lagi.
"Baju Oh Sehun ada begitu banyak. Jika Paduka Ratu takut akan terlalu kebesaran, jangan khawatir, baju Upik Abu Yeji kita ini ada. Jangan khawatir kekecilan karena ukuran tubuh kalian tidak berbeda jauh, dan juga Yeji menyukai pakaian oversize. Kira-kira begitu penjelasan Hamba, tidak lebih, tidak kurang, itu sudah sangat pas. Jadi jawaban Yang Mulia adalah 'iya' pastinya." Hyunjin tidak membiarkan Suzy untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Terdengar tidak sopan memang, hanya saja Hyunjin tidak mau melewatkan semua kesempatan yang ada.
"Bagaimana jika lain kali?" Suzy masih mencoba untuk melakukan penawaran walau ia tahu hasilnya tidak akan memuaskan.
"Hari ini, Yang Mulia."
**
Berdiri di depan kaca, Suzy menatap pantulan dirinya yang terlihat begitu kecil karena tenggelam di dalam balutan baju tidur Sehun.
Iya, usaha Hyunjin untuk memaksanya menginap berhasil. Panggilan Yang Mulia juga sudah tidak ada lagi. Berganti dengan panggilan biasa yang ia dengar sebelumnya.
Suara ketukan pintu membuat Suzy tersadar, berlalu meninggalkan walk in clothes milik Sehun untuk berjalan menuju pintu berwarna abu-abu itu.
"Sudah selesai?"
Suzy merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat pada Sehun bahwa sudah tidak ada lagi yang perlu ia rapikan.
"Kau terlihat seperti orang-orangan sawah." Komentar Sehun. Berjalan mendekat dan merapikan sedikit ujung lengan baju Suzy. Sehun rasa ia juga tidak sebesar itu, tapi kenapa Suzy malah tenggelam dalam kain ini?
"Presdir terlalu besar untuk aku yang kecil." Protes Suzy. Membiarkan Sehun melakukan apa saja pada lengan bajunya.
"Ingin langsung istirahat?" Menatap wajah bulat Suzy dengan penuh damba, Sehun memperhatikan setiap detil yang ada pada gadis di depannya ini.
Bulu mata lentik, mata sejernih madu, bibir kecil dengan warna merah muda yang akhir-akhir ini selalu mengganggu Sehun.
"Anak-anak?" Suzy harus memastikan ekor Sehun itu sudah tidur atau belum.
Mengendikan bahunya, Sehun berujar tanpa beban. "Mereka biasanya akan membuat keributan hingga pukul sembilan malam lalu tidur."
Melirik pada jam di atas nakas, Suzy terlihat menimbang-nimbang. Ini baru pukul tujuh, tapi sejujurnya Suzy juga sudah lelah. Ia hanya ingin langsung berbaring di atas ranjang dan tidur.
Lelah sekali.
"Aku ke bawah sebentar dan mengatakan pada mereka bahwa kau akan istirahat lebih dulu." Sehun sedikit banyak sudah mulai hafal dengan jalan pikiran Suzy. Tidak ingin merepotkan orang lain, tidak enakan, dan segala tidak lainnya.
"Presdir, aku akan ke bawah juga." Suzy menarik ujung baju tidur Sehun. Suzy hanya merasa tidak enak.
Mengapit kedua pipi Suzy dengan jari telunjuk dan ibu jarinya hingga bibir wanita itu sudah mengerucut seperti ikan dori. "Pertama, tidak ada presdir di sini. Kedua, jangan terlalu memanjakan mereka. Mereka juga pasti mengerti. Santai saja."
Sepeninggalan Sehun, Suzy menatap seisi ruangan yang sudah pernah dua kali ia tempati. Orang-orang nantinya pasti akan berpikir bahwa ia sudah menjual diri pada Oh Sehun.
Sial.
Memilih untuk di ujung ranjang. Suzy menunggu Sehun dengan gelisah, kenapa lama sekali pria ini? Setelah dipikir-pikir lagi, Suzy sadar akan satu hal.
"Kenapa aku gelisah sekali seperti aku akan diunboxing oleh Sehun saja? Dan lagi nanti aku bisa tidur di sofa, sofa Sehun juga luas ini." Suzy menertawakan pikiran bodohnya yang merasa seperti perawan ini.
Eh? Jangan salah sangka, Suzy masih tersegel rapih ya kawan. Belum pernah skidipapap ia dengan Myungsoo selama bersama.
Pria itu pasti sedang bersenang-senang bersama calon istrinya saat ini. Bajingan.
Sehun memasuki kamar yang terdengar begitu hening, menatap Suzy yang tengah termagu pada pikirannya sendiri dan Sehun yakin bahwa isi pikirannya itu tidak ada yang benar.
"Apa lagi yang otak kecilmu itu pikirkan?" Berdiri di depan Suzy, Sehun mengetuk pelan dahi gadisnya.
"Bagaimana? Apa kata mereka?" Suzy sudah harap-harap cemas walau ia sendiri tahu itu bukan masalah besar. Separah-parahnya mungkin Haowen saja yang sedikit tidak terima karena merasa Sehun sudah merampas dirinya.
"Aman, tak ada masalah."
Menunjuk sofa di sudut ruangan, Suzy menatap Sehun dengan mata berbinar-binar. "Aku akan tidur di sana. Selamat malam, Presdir."
Baru saja akan berlalu melewati Sehun, tangan Suzy sudah tertarik dan ia dapat merasakan bahwa punggungnya sudah menyentuh permukaan ranjang.
Dengan mata membulat sempurna, Suzy langsung menahan bahu Sehun yang semakin mendekat padanya. "Presdir, terlalu dekat." Cicit Suzy.
"Tidak ada Presdir di sini. Tidak ada Tuan Oh juga." Sehun hanya ingin gadis ini memanggil namanya dengan suara lembut itu. Rasanya pasti menyenangkan.
"S... Sehun?" Menatap pada seluruh ruangan, Suzy rasanya tidak bisa menatap wajah Sehun. Malu sekali.
Senyum tipis terukir di wajah Sehun, dengan suara yang tiba-tiba memberat dan berubah dalam. Sehun mengangkat dagu Suzy untuk menatap tepat pada matanya.
"Ya, Baby."
Istighfar woi istighfar
![](https://img.wattpad.com/cover/342092238-288-k715531.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...