Tok... tok... tok...
Jiyeon mengetuk pintu kayu di depannya dengan sopan, walau sejujurnya ia yang biasa hanya akan langsung mendobrak masuk tanpa tahu malu.
Tok... tok... tok...
Ceklek.
"Selamat sore. Apa ada Bae Suzy, Bi?" Tersenyum ramah, Jiyeon membungkuk sopan dengan bentuk sapaannya. Sial, jika bukan karena wanita tua ini sudah akan masuk tanpa pikir panjang Jiyeon ini.
"Suzy ada di kamarnya, masuk saja." Nyonya Bae membuka lebih lebar pintunya, mempersilakan Jiyeon untuk masuk dan menemui anak bungsunya.
"Terima kasih, Bi. Aku masuk ya."
**
Ceklek.
Menoleh pada pintu kamarnya, Suzy mengerutkan dahinya saat melihat Jiyeon sudah ada di sana dengan wajah cerahnya.
"Ada apa?" Tanya Suzy tanpa basa-basi lagi. Sudah sangat hafal sekali Suzy dengan kelakuan temannya yang satu ini.
Blam.
"Ayo keluar, Baekhyun sudah menunggu di tempat biasa." Jiyeon langsung duduk di atas pangkuan Suzy dan menatap penuh harap pada temannya ini. Bosan sekali ia di rumah, sungguh.
Menggeleng pelan, Suzy mendorong tubuh jiyeon agar menyingkir dari atasnya. "Aku harus mengerjakan tugas." Tolak Suzy merasa tak enak. Akan tetapi lebih tak enak lagi jika ia harus meminta ijin pada kedua orang tuanya.
Menghela nafas lelah, Jiyeon menggeleng prihatin. "Kita kerjakan tugasmu di sana. Aku janji akan membantumu menyelesaikan ini. Sungguh, aku mohon." Mengepalkan kedua tangannya di depan dada, Jiyeon menatap Suzy dengan mata berkaca-kaca. Jurus ini harus ampuh pokoknya.
"Mustahil kau akan membantuku jika ada Baekhyun di sana, pasti kalian akan bergosip." Suzy sudah hafal saja dengan kelakuan teman-teman bejatnya ini. Sudah bertahun-tahun mereka bersama dan mustahil bagi Suzy jika ia masih tak paham.
"Aku mohon." Jiyeon masih tidak menyerah. Ini bahkan weekend, gadis ini harusnya bersantai bermain ponsel, berbelanja, dan hal lainnya.
Tok... tok... tok...
"Jiyeon, ingin makan apa?" Nyonya Bae bertanya dari luar.
Mendengar suara wanita paruh baya itu, Jiyeon langsung beranjak pergi dari pangkuan Suzy dan membuka pintu dengan semangat.
Ceklek.
"Bi, boleh aku bawa Suzy keluar? Kami berencana mengerjakan tugas bersama nanti." Jiyeon tersenyum manis, sangat manis. Membuat Suzy kesal dan berakhir dengan menghela nafas lelah.
Nyonya Bae terlihat menatap Suzy beberapa saat yang langsung membuat Suzy tertunduk dengan helaan nafas lelahnya.
"Apa boleh, Bi?" Tanya Jiyeon memastikan lagi. Menatap penuh harap pada ibu temannya ini.
"Boleh, tentu saja. Jangan pulang terlalu malam ya." Nyonya Bae menepuk pelan pundak Jiyeon sebelum beralih pergi dari sana untuk kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Baik, terima kasih, Bi."
**
"Lamaaa! Selalu lama!" Baekhyun menggerutu kesal, sudah habis dua cup juga minumannya ini, baru datang dua anak monyet ini.
"Kau tahu sendiri membujuk Bae Suzy ini sangat susah." Jiyeon langsung menunjuk Suzy yang baru saja duduk di depan Baekhyun. Tak banyak bicara, seperti kehabisan banyak tenaga.
"Kau sakit?" Tanya Baekhyun, temannya ini tidak sependiam itu asal kalian tahu. Dia juga heboh, banyak bicara, cerewet juga.
"Tidak, hanya sedikit lelah." Suzy menggeleng pelan, mengeluarkan buku tugasnya dan kembali melanjutkan niat awalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...