25. Tidak Punya Tempat Untuk Pulang

2K 63 0
                                    

Tentang Elisa

Happy Reading
.
.

⚠︎Typo bertebaran⚠︎

"Lantas, harus pergi kemana aku disaat tempat ternyamanku saja sudah tidak menginginkan aku lagi?"

—Elisa Ananda Dewantara

Pagi ini terlihat di dalam satu kelas yang berisi banyak murid. Wajah mereka terlihat tegang. Dan di depan mereka semua, terlihat satu guru perempuan berambut pendek yang tengah terlihat memegang tumpukan kertas. Terlihat sangat jelas, raut wajah khawatir para murid. Takit-takut jika nilai ujian matematika mereka di bawah nilai standar.

"Di sini saya sudah pegang kertas hasil ujian matematika kalian." ujar guru yang ada di depan sana.

"Hasil ujian kalian cukup memuaskan. Namun, ada satu orang yang membuat saya sangat-sangat kecewa dengan hasil ujiannya." lanjut guru itu.

Suasana kelas yang semula hening, menjadi riuh oleh suara bisik berbisik para murid yang bertanya-tanya, siapa si murid yang kaya guru mengecewakan itu.

"Semuanya harap diam!" Titah guru itu dengan tegas. "Yang di sebut namanya silahkan maju untuk mengambil hasil ujian kalian." lanjutnya.

Guru itu pun menyebutkan nama mereka satu per satu, dan sampai semuanya sudah memiliki kertas hasil ujian mereka. Di ujung sana, terlihat seorang gadis berkacamata dengan rambut kepang duanya tengah terdiam melihat nilai di kertas ujiannya.

"Kok hasilnya bisa gini?" Tanya gadis itu pada dirinya sendiri.

"Elisa, bisa kamu berdiri dan maju ke depan?" titah guru itu.

Iya, gadis berkaca mata dengan rambut di kepang dua itu adalah Elisa. Elisa yang masih menduduki bangku kelas sembilan SMP saat itu.

"Elisa! Kamu dengar saya tidak?" Tanya guru itu sedikit meninggikan nada suaranya.

"I-iya Bu." balas Elisa lalu langsung berdiri dan maju ke depan.

"Selanjutnya... Axelia, kamu juga maju ke depan." Axel, si gadis berambut sebahu dengan berjuta pesonanya. Ia terkenal karna sikapnya yang lemah lembut di sekolah, dan dia juga terkenal pintar dan baik hati.

Elisa dan Axel berdiri di depan teman teman sekelas mereka. Di tengah tengah mereka ada Bu guru yang berdiri.

"Sekarang, di samping saya sudah ada teman kalian yang nilainya paling tinggi dan paling rendah." ucap Guru itu.

"Dan... Selamat untuk Axelia Damian megantara, kamu adalah murid dengan nilai matematika tertinggi di kelas ini." ucap guru itu dengan tersenyum pada Axel.

Prok!
Prok!
Prok!

Suara tepuk tangan yang meriah terdengar dari seluruh penjuru kelas mereka. Axel tersenyum bangga kepada semua teman sekelasnya.

"Hebat banget lo, Cel! Beda sama si cupu itu!"

Suara gelak tawa terdengar nyaring begitu salah seorang murid mengatakan hal barusan.

"Huuu udah cupu,tolol lagi. Hahahaha!"

Elisa menundukkan kepalanya dengan tangan yang meremas kuat kertas ujiannya itu hingga koyak. Ia merasa malu dan merasa sedih akibat ejekan teman sekelasnya.

"Elisa,saya sangat kecewa sama kamu. Kamu bilang kamu akan mendapatkan nilai yang tinggi, tapi ini justru sebaliknya." ucap guru itu.

"Tapi bu, saya sudah mengerjakan soal nya dengan teliti,tapi—"

Tentang Elisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang