Tentang Elisa
Happy Reading
.
.⚠︎Typo bertebaran⚠︎
"Siapa yang menciptakan kalimat 'cinta pertama anak perempuan itu adalah Ayahnya'? Itu bodoh, Ayahku adalah luka terhebatku"
—Elisa Ananda Dewantara
Gadis berseragam putih biru itu berjalan di bawah guyuran hujan yang begitu deras di temani oleh sepi. Tujuannya hanya satu, tempat yang kata orang-orang adalah tempat untuk mengistirahatkan diri, yaitu rumah.
Tidak terasa, gadis itu sudah sampai di tempat yang katanya adalah rumah. Ia berdiri di depan pintu berwarna putih itu cukup lama, sebelum ia memutuskan untuk membuka pintu rumah itu dengan perlahan. Dengan langkah kecilnya, ia mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah itu.
"Bagus ya, bolos lagi."
Elisa, gadis itu tersentak kaget, saat suara seorang wanita yang sangat ia kenali menyapa indera pendengarannya. Elisa berbalik guna melihat wanita itu.
"Mama—"
"Kasi saya alasan, kenapa kamu pulang cepat dari sekolah hari ini?" Tanya wanita yang di sebut 'Mama' oleh Elisa.
Elisa diam sambil menundukkan kepalanya ketika mendapatkan pertanyaan itu dari Devia—Mamanya. Tidak mungkin kan, jika ia berkata kalau ia bolos karena di bully akibat nilai ujiannya rendah.
"Kalau di tanya itu dijawab! Jangan malah diam, dongo!" Maki Devia yang mulai merasa kesal karena Elisa tidak menjawabnya.
"Maaf, Ma..."
Devia mendekat kearah Elisa sembari menyilangkan tangannya didepan dadanya. "Saya ga butuh maaf kamu! Saya tanya sekali lagi, kenapa kamu bolos?" Tanya Devia.
"A-aku di bully, Ma..." Jawab Elisa dengan air matanya yang sudah mengalir deras.
Bukannya kasian atau langsung memeluk putrinya, Devia justru menoyor kening Elisa kebelakang dengan cukup kasar.
"Makanya lawan, bodoh! Lagian kenapa pakai bolos segala, sih?! Kalau Papa kamu tau soal ini, bisa habis kamu dipukuli sama dia." Ujar Devia dengan nada kesal yang begitu kentara.
"Maaf, Ma..."
Devia memutar bola matanya malas. "Maaf! Maaf! Maaf! Aja terus! Saya capek tau ga! Saya capek, tiap hari harus ngadepin sikap kamu yang tolol ini!" Devia berucap sembari menoyor kening Elisa beberapa kali.
"Masih untung Papa kamu ada di kantor! Kalau dia ada disini, mati kamu!" Ucap Davia dengan menekankan kata 'mati' dalam kalimatnya.
Elisa semakin menangis setelah mendengar ucapan Mamanya padanya barusan. Padahal tadi ia berharap untuk dipeluk, tapi justru malah di maki-maki oleh wanita yang sangat ia sayangi.
"Nangis aja terus! Nangis! Lama-lama buta tuh mata!" Ujar Devia lalu berlalu dari sana. Elisa hanya bisa menangis di sana, menangis tanpa suara dengan berjuta kesedihannya.
"Ya ampun, Non Elisa... Kenapa bisa basah kuyup begini?" Tanya seorang wanita paruh baya yang nampaknya adalah pembantu dirumah itu.Elisa menggeleng pelan sambil menghapus jejak air matanya dengan kasar. Ia lalu segera berjalan untuk menuju ke kamarnya agar bisa segera mengganti seragamnya yang basah akibat hujan.
⬤⬤⬤⬤
Makan malam tiba, semua anggota keluarga Megantara berkumpul dimeja makan sambil menyantap makan malam mereka. Tak terkecuali dengan Elisa, gadis itu nampak diam dan tenang memakan makannya, mengabaikan Papa dan Mamanya juga para saudaranya yang lain sedang bercerita sambil sesekali tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Elisa ✔ [TERBIT]
Novela JuvenilMENGANDUNG BANYAK SEKALI TYPO!!! Versi terbaru. Cerita ini alurnya berubah sedikit demi kepentingan penulis. . . Elisa. Seorang gadis yang hidup penuh dengan luka akibat kejadian yang menimpa keluarga nya beberapa tahu silam. Ia di benci oleh...