Tentang Elisa
Happy Reading
.
.⚠︎Typo bertebaran⚠︎
Pagi kembali menyapa, dan hari ini adalah hari rabu, dimana kemarin sekolah sempat di liburkan karena tanggal merah, dan sekarang sekolah kembali aktif lagi.
"Gue males banget mau ke sekolah..." Adu Elisa entah kepada siapa.
Padahal jam sudah menunjukkan jam tujuh lewat, tapi gadis si pemilik rambut sebahu itu masih terlihat bermalas-malasan didalam kamarnya. Masih menggunakan baju tidur dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai berantakan, sehingga menambah kesan 'gembel' pada dirinya.
"Gue bolos sekolah aja kali ya, lagian cuma sekali doang." Gumamnya lalu tersenyum penuh makna.
"Duh... Pinter banget sih lo Elisa!" pujinya pada diri sendiri dengan disertai senyum bangga.
Gadis itu lalu keluar dari kamarnya, dan berjalan menuruni anak tangga untuk pergi ke meja makan. Karna perutnya sudah berteriak minta isi sejak tadi.
"Loh, El, kamu kok belum siap-siap?" Tanya Sarendra. Si kembar dan juga Gavino sontak menoleh ke arah Elisa, dan melihat Elisa yang masih berpenampilan sama seperti orang baru bangun tidur.
"Males ke sekolah, ah!" Ujarnya lalu menarik kursi di dekat Gavino dan duduk di sana.
"Kenapa males sih? Biasanya juga paling semangat." Tanya Reffano setelah menelan kunyahan terakhirnya.
Elisa melihat ke arah Reffano, lalu kembali fokus pada roti selai coklatnya yang sudah di siapkan oleh Gavino di sampingnya. "Fano! Lo tau kata 'capek'ga?" Tanya Elisa dan langsung di angguki oleh Reffano.
"Nah... Itu dia yang gue rasain sekarang." Lanjutnya.
Ke empat laki-laki yang ada di meja makan itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Elisa. Maklumi saja, jika Elisa udah bilang capek, maka siapapun tak akan bisa menyuruhnya, apalagi memaksanya. Bisa-bisa gadis itu mengamuk mengamuk.
"Yaudah terserah kamu aja. Tapi ingat, untuk kali ini aja, selebihnya udah ga bisa." Ucap Sarendra dan di angguki oleh Elisa.
"Siap Ayahanda! Ayah bisa pegang ucapan aku." Ucapnya.
Kemarin, ia dan Ayahnya menghabiskan waktu sangat banyak, hingga mereka pulang saat larut malam. Dan anehnya, kenapa Ayahnya masih bisa terlihat segar dan baik-baik saja setelah kemarin seharian berjalan-jalan dengannya. Huuhh itu sungguh membuat Elisa tidak habis pikir, betapa hebatnya Ayahnya.
⬤⬤⬤⬤
Di tempat lain, Wijaya terlihat tengah sibuk berkutat dengan laptop dan juga banyak berkas-berkas di di hadapannya. Padahal hari masih pagi, tapi pria itu sudah sangat sibuk di kantornya.
Ting!
Suara notifikasi pesan dari handphone milik Wijaya berbunyi. Pria itu yang sedang fokus, langsung menghentikan aktifitasnya dan mengambil benda pipih canggih di atas mejanya itu. Ia melihat kalau ada nomor tak di kenal mengiriminya beberapa pesan berisi foto.
+62xxxxx
| Send picture
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Elisa ✔ [TERBIT]
Roman pour AdolescentsMENGANDUNG BANYAK SEKALI TYPO!!! Versi terbaru. Cerita ini alurnya berubah sedikit demi kepentingan penulis. . . Elisa. Seorang gadis yang hidup penuh dengan luka akibat kejadian yang menimpa keluarga nya beberapa tahu silam. Ia di benci oleh...