Tentang Elisa
Happy Reading
.
.⚠︎Typo bertebaran⚠︎
"Mama, Mama dari mana aja sih? Dari tadi aku cariin." Ujar kesal seorang gadis yang berjalan menghampiri seorang wanita cantik yang tak lain adalah Mama dari gadis itu.
Devia tersenyum singkat lalu mengelus pelan puncak kepala gadis itu. "Maaf ya, tadi Mama dari toilet bentar." Ucapnya lembut.
"Kok ga ngomong dulu sama Acel, sih, Ma?" Tanya gadis itu yang tak lain adalah Axel.
"Maaf ya, sayang. Tadi Mama ga sempat." Ucap Devia.
Axel menghela nafasnya malas sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Yaudah. Ini kita jadi makan seafood kan, Ma?" Tanya Axel.
Devia terdiam sesaat karena bingung ingin menjawab apa. Sebenarnya selera makannya sudah hilang sejak tadi, dan ia juga ingin cepat-cepat pulang sekarang. Apa yang tadi ia alami di depan toilet umum, cukup membuat tenaganya terkuras habis karena menahan tangis.
"Maaf ya, Acel. Kita makan seafood lain kali aja, ya? Mama lagi capek banget. Kita pulang sekarang, ya." Ucap Devia pada akhirnya.
Axel tentu saja marah mendengar hal itu. "Kalau tau gini, aku ga akan mau ikut keluar sama Mama!" Tukas Axel, kemudian langsung pergi dari tanpa memperdulikan Devia yang terus memanggilnya.
"Acel, Mama Minta maaf, sayang. Tolong ngertiin Mama, ya." Ucap Devia, tapi tidak di perdulikan oleh Axel yang sudah mulai menjauh.
Wanita cantik itu hanya bisa menghela nafasnya pelan, lalu berjalan pergi dari sana menyusul Axel yang nampaknya marah padanya. Wajar sih, jika gadis itu marah padanya, karena ia yang awalnya mengajak Axel pergi tapi ujung-ujungnya malah mengajaknya pulang. Tentu pasti putrinya itu akan merasa kecewa.
Singkat waktu, Devia bersama dengan Axel sedang dalam perjalanan pulang dengan Devia yang mengendarai mobil sementara Axel duduk di bangku penumpang di samping Devia. Berkali-kali wanita itu mengajak putrinya itu untuk berbicara, namun nihil, Axel tak kunjung bersuara.
Bahkan hingga mereka sudah sampai dirumah, Axel tak kunjung mau berbicara padanya. Devia hanya bisa diam melihat Axel yang menutup pintu mobil dengan kasar dan langsung pergi masuk kedalam rumah. Devia menyusul masuk kedalam rumah dengan langkah gontai. Demi apapun, ia merasa sangat lelah saat ini.
"Mama... Mama gapapa?" Tanya Jovian yang langsung merangkul Mamanya.
Devia menggeleng pelan sebagai jawabannya. "Kasi tau sama yang lain, jangan ada yang ganggu Mama dulu. Kalau Papa pulang terus cariin Mama, bilang aja Mama lagi mau sendiri." Titah Devia lalu langsung pergi dari sana.
Wanita itu berjalan menaiki tangga untuk menuju ke lantai dua. Disana, ia berjalan ke arah pintu berwarna biru muda dengan hiasan bunga yang tertempel disana. Devia membuka pintu itu dan terpampang lah ruangan yang nampak begitu gelap. Devia menekan saklar lampu, dan ruangan yang semula gelap, kini menjadi begitu terang.
Melihat ruangan itu yang ternyata adalah sebuah kamar, Devia tiba-tiba saja menangis dan terduduk dilantai sambil melihat ke sekelilingnya. Ia menangis dengan tangisan yang begitu sangat pilu saat melihat ada banyak foto-foto keluarga dan foto seorang gadis yang terpajang rapih dikamar itu. Tak lupa berbagai macam lukisan-lukisan aneh juga terpajang rapih disana.
Devia berdiri dan berjalan kearah meja lalu mengambil bingkai yang berisikan foto seorang gadis berambut kepang dua tengah tersenyum sambil memeluk boneka beruang yang besar. Devia mengelus foto itu dengan air mata yang masih terus mengalir deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Elisa ✔ [TERBIT]
Novela JuvenilMENGANDUNG BANYAK SEKALI TYPO!!! Versi terbaru. Cerita ini alurnya berubah sedikit demi kepentingan penulis. . . Elisa. Seorang gadis yang hidup penuh dengan luka akibat kejadian yang menimpa keluarga nya beberapa tahu silam. Ia di benci oleh...