56. Fakta Yang Terungkap

1.4K 65 7
                                    

Tentang Elisa

Happy Reading
.
.

⚠︎Typo bertebaran

Di luar bangunan terbengkalai itu, terdapat Biru yang berdiri disana sembari menunggu yang lainnya datang. Tidak lama menunggu, beberapa mobil mewah datang diikuti dengan dua mobil polisi dibelakangnya.

"Diamana Elisa?" Gavino langsung bertanya.

"Dia didalam. Gue ga berani nyusul, karena ada banyak laki-laki bersenjata didalam." Jelas Biru.

Gavino menghela napas gusar, ia lalu berbalik melihat kearah yang lainnya. Sarendra yang baru saja keluar dari mobil, nampak sangat khawatir dan ingin langsung berlari masuk kedalam bangunan itu, namun dengan sigap Reffano menahannya.

"Jangan gegabah napa, Om." Ucap Reffano.

Tidak lama, Jovian dan keluarganya juga datang. Wijaya turun lebih dulu dari dalam mobil, di susul oleh Jovian dan yang lainnya. Wijaya dan Sarendra bersitatap cukup lama, kemudian Sarendra memutuskan lebih dulu.

"Ada apa ini sebenarnya?" Devia bertanya dengan heran.

"Kenapa ada banyak polisi, dan... Anda? Ayahnya Elisa?" Tanya Devia lagi.

Tidak ada jawaban apapun, semuanya hanya diam seakan menciptakan keheningan. Bahkan suara sirine polisi pun tidak berbunyi karena permintaan dari Gavino.

"LUCAS SIALAN!!! MATI LO ANJING!"

Semuanya tersentak kaget begitu mendengar suara nyaring milik Elisa yang terdengar hingga kedepan bangunan terbengkalai itu. Dengan bermodalkan flash dari ponsel mereka masing-masing, semuanya langsung berlari menyusul para polisi yang sudah masuk lebih dulu kedalam bangunan itu.

Baru saja memasuki bangunan itu, mereka semua sudah di sambut dengan lima orang pria dewasa berbadan kekar dengan masing-masing senjata tajam seperti pisau, parang dan yang lainnya yang di pegang oleh pria itu. Sontak para polisi langsung menghentikan langkah mereka dan menodongkan pistol pada lima orang pria besar itu.

"Tetap ditempat dan jangan bergerak!" Perintah salah satu polisi itu mutlak.

Wijaya yang Mengenali mereka semua, langsung maju menerobos para polisi. Lima orang pria itu tentu saja terkejut, melihat Wijaya yang ada di hadapan mereka sekarang.

"Tu-tuan besar?" Ucap salah satu dari pria itu.

Wijaya tidak menjawab. "Tangkap mereka." Ucap Wijaya.

Para polisi itu mengangguk dan langsung memborgol mereka semua. Tidak ada penolakan, atau bahkan berontak. Kelimanya nampak tenang dan diam begitu polisi bergerak untuk memborgol tangan mereka kebelakang.

Selepas oleh para pria itu yang ternyata adalah anak buah Wijaya yang memang diperintahkan untuk menjaga Axel. Mereka semua segera lanjut menyusuri bangunan kosong itu yang sangat minim pencahayaan. Rasanya udara semakin menipis ketika mereka semakin melangkah masuk. Entah kenapa perasaan sepasang suami-istri istri keluarga Megantara itu menjadi gusar, setelah melihat apa yang baru saja terjadi.

"Gue khawatir sama Elisa..." Suara pelan seorang gadis yang tak lain adalah Mara, berhasil mengambil atensi semua orang.

Mara terlihat tidak baik-baik saja, tangan gadis itu terus bergetar, dan matanya yang memerah menahan agar air matanya tidak jatuh. Sedari tadi gadis itu terus menahan agar tidak menangis, bahkan rasanya lehernya seperti dililit oleh kawat besi berduri. Sebuah tarikan pelan Mara rasakan, kemudian ia merasakan tubuhnya dipeluk oleh seseorang yang ternyata adalah Devia. Wanita itu juga sama halnya dengan Mara, sama-sama khawatir dan menahan tangis. Devia khawatir pada kedua putrinya. Takut terjadi apa-apa.

Tentang Elisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang