Bonus Chapter

1.6K 64 15
                                    

Tentang Elisa

Happy Reading
.
.

⚠︎Typo bertebaran⚠︎

Setelah hampir tiga bulan lebih Elisa menjalani terapi untuk penyembuhan totalnya. Akhirnya gadis itu bisa kembali kesekolah. Hari ini merasa sangat bahagia karena akhirnya ia bisa kembali bersekolah setelah lama tidak bersekolah.

Elisa sudah tidak takut untuk masuk sekolah, karena semua rumor tentang dirinya sudah bersih. Sekarang kebusukan Axel lah yang menjadi bahan pembicaraan murid-murid disekolah. Masih ingat dimana sebelum Axel memfitnah Elisa di tragedi tangga di sekolah? Waktu itu Jovian datang dan memberinya sebuah benda hitam kecil, yang ternyata itu adalah alat perekam suara. Percakapan Elisa dan Axel di tangga waktu itu terekam, dan dibagikan ke semua murid hingga sekarang Elisa sudah tidak lagi disalahkan.

Waktu dimana Gavino dan yang lainnya marah pada Elisa saat tragedi di tangga itu, ternyata adalah rencana Mara. Mereka tidak Sebodoh itu untuk percaya pada sesuatu hal yang bahkan mereka saja tidak melihatnya langsung saat Elisa yang katanya mendorong Axel dari tangga. Mara memang sengaja menyusun rencana itu semata-mata memang untuk mendapat keadilan bagi Elisa dan membuat keluarga kandung Elisa menyesal. Namun sialnya, justru rencananya itu malah nyaris gagal, karena Elisa hampir terbunuh.

Jujur saja, Mara tidak pernah menyangka kalau hal itu akan terjadi, diaman Axel dengan beraninya membuat tiga peluru bersarang pada dada kiri Elisa dan membuat jantung gadis itu mengalami kerusakan parah sampai harus operasi transplantasi jantung.

Kembali pada Elisa, gadis jelita itu baru saja menginjakkan kakinya pada halaman sekolah setelah beberapa bulan menjalani perawatan. Rasa bahagia ia rasakan begitu kembali bisa menghirup udara segar persekolahan.

"Hai Elisa, gimana kabarnya?"

"Makin cantik aja, El."

"Lo hebat, El! Bisa ngelewatin masa-masa sulit lo itu."

"Maafin gue ya Elisa."

Elisa hanya membalas ucapan-ucapan para murid itu dengan senyuman saja, karena jujur, ia bingung untuk menjawabnya.

"Good morning Nona Elisa!"

Elisa dikejutkan dengan kedatangan Mara yang tiba-tiba dan membuatnya hampir terjungkal karena gadis itu langsung melompat dan memeluk pundaknya dari belakang.

"Ngagetin amat lo bangsat!" Maki Elisa sembari mengelus-elus dadanya pelan.

Mara menyengir dengan tidak tau dirinya. "Hehe, maap yak." Ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Elisa hanya acuh saja, ia malas untuk meladeni. Keduanya pun berjalan beriringan untuk menuju kelas mereka, tapi sebelum sampai dikelas, Elisa tidak sengaja melihat foto seseorang yang ia rindukan tertempel di mading. Hal itu membuat langkahnya terhenti dan menatap lamat foto yang berukuran lumayan besar dengan kata-kata belasungkawa itu.

"Ra, andai Biru masih hidup ya." Ucapan Elisa barusan, membuat Mara ikut melihat apa yang dilihat oleh Elisa. Hal itu membuatnya sedih, apalagi saat mengingat kata-kata terakhir pemuda itu.

"Lo kangen ga sama Biru?" Tanya Mara.

"Sangat. Gue kangen banget sama dia." Jawab Elisa sekenanya. "Momen-momen gue sama dia emang ga banyak, tapi demi apapun, kalau gue inget momen itu, rasanya gue mau nangis. Rasa bersalah itu masih ada, Ra. Gue belum sempat minta maaf sama dia." Elisa melanjutkan.

Tentang Elisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang