33. Kabur Serta Luka

1.9K 82 0
                                    

Tentang Elisa

Happy Reading
.
.

⚠︎Typo bertebaran⚠︎

"Aku hanya gadis lemah yang bahkan diriku sendiri pun tidak bisa ku lawan."

—Elisa Ananda Dewantara
.
.

Tiga pekan telah berlalu. Namun Elisa masih sama saja, terbaring di atas ranjang rumah sakit tanpa berniat membuka matanya. Tiga pekan lamanya Elisa masih belum juga sadar dari koma.

Bahkan sedaritadi gadis berseragam sekolah LHS itu masih tetap setia menemani Elisa yang masih terbaring tak sadarkan diri. Tak henti-hentinya ia terus mengelus lembut tangan Elisa, dan mengajak Elisa berbicara meski ia tau kalau Elisa tidak akan mendengarnya.

"Ga capek tidur mulu, El?" Tanya gadis itu dengan pandangan sendu.

"Gue kangen lo, El..." Lirihnya.

Gadis itu masih tetap pada posisi yang sama sejak dua jam yang lalu. Yaitu duduk dikursi yang berada disamping tempat tidur Elisa berbaring, dengan terus menggenggam tangan pucat pasi Elisa.

Ceklek

Gadis itu menoleh kearah pintu saat mendengar suara pintu terbuka. Disana terdapat seorang pemuda yang juga mengenakan seragam sekolah yang sama seperti dirinya.

"Ra, ayok pulang. Ini udah malam." Ajak pemuda itu.

Gadis itu yang tak lain adalah Mara, mengangguk dan berdiri dari duduknya. Sebelum pergi, tak lupa, gadis itu mencium kening Elisa.

"Gue pulang dulu, ya. Besok gue balik lagi." Ucap Mara lalu tersenyum.

Mara lalu segera pergi dari sana, dan keluar dari ruang rawat Elisa. Mara mengerutkan keningnya begitu sampai diluar, matanya beredar mencari sosok pemuda yang selalu memenuhi pikirannya.

"Bang Fano udah pergi. Dia ada urusan." Ucap Raffino yang seakan paham dengan apa yang dipikirkan oleh Mara.

"Siapa juga yang cari dia." Elak Mara sambil bersedikap dada dan memalingkan wajahnya kearah lain.

Raffino terkekeh melihat Mara. Pemuda itu lalu memegang kedua bahu Mara agar Mara menghadap kearahnya.

"Gue tau, perasaan lo itu masih sama. Tapi satu hal yang harus lo tau, Bang Fano itu bukan orang pendendam, dia itu orang yang pemaaf. Mungkin sikap dingin dia ke lo itu, karena dia belum sepenuhnya bisa melupakan kejadian itu. Kejadian beberapa tahun lalu itu, bukan sepenuhnya salah lo. Gue harap, lo ga nyerah buat dapatin hati abang gue sekali lagi, ya." Ucap Raffino panjang lebar.

Mara tertegun mendengarnya. Baru kali ini Raffino berkata serius, dan tidak disertai dengan lawakan garing.

Mara menyingkirkan tangan Raffino dari bahunya secara perlahan, lalu tertawa kecil. "Makasih ya, udah selalu dukung gue." Ucap Mara lalu di angguki oleh Raffino.

"Btw, lo kalau ngomong serius gini, mirip banget sama Fano." Ucap Mara tanpa sadar.

Raffino tertawa mendengarnya. "Yaiyalah! Gue kan kembarannya, gimana ga mirip coba?" Balas Raffino.

Tentang Elisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang