35. Penyebab Kebencian

1.9K 71 4
                                    

Tentang Elisa

Happy Reading
.
.

⚠︎Typo bertebaran⚠︎

5 tahun yang lalu....

Seorang gadis dengan rambut yang dikepang dua nampak tengah berdiri di tengah-tengah tanah lapang dengan dedaunan kering yang berhamburan kesana kemari karena embusan angin sembari memandangi langit yang mulai menggelap.

"Elisa, ayok pulang, sebentar lagi akan turun hujan!" Teriak seorang pemuda dari kejauhan.

Elisa, gadis itu sama sekali tidak menggubris teriakan pemuda itu, melainkan ia masih tetap setia berdiri disana tanpa pergerakan sedikitpun. Hingga, semesta mulai menangis dan tangisannya membasahi bumi dan juga gadis itu.

"Kenapa aku merasa gelisah begini?" Monolog Elisa sembari menatap kedua telapak tangannya.

Hingga, Elisa tersentak kaget saat tangannya tiba-tiba saja ditarik oleh seseorang. Elisa mendongak sedikit guna melihat siapa yang menarik tangannya dan membawanya pergi, hingga lengkungan indah terbit dibibir manisnya.

"Kak Lio..."

"Ck! Kamu gimana sih, udah tau hujan, masih saja berdiri disana." Oceh Elio dengan marah.

"Maaf kak."

"Hm."

Hanya itu balasan dari pemuda yang wajahnya begitu mirip dengan Elisa jika dilihat secara seksama. Kedua kakak beradik itu akhirnya sampai dirumah dengan keadaan yang basah kuyup.

"Dingin, Kak." Ucap Elisa sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan bibir yang bergetar karena kedinginan.

Elio tidak menanggapi ucapan Elisa, melainkan ia langsung memeluk tubuh Elisa yang lebih kecil darinya, hingga seorang wanita dengan anak laki-laki dalam gendongannya yang nampaknya berusia dua tahun itu datang sambil membawa dua handuk.

"Yaampun! Kok bisa hujan-hujanan gini, sih? Mama kan udah bilang, jangan main hujan, nanti sakit loh." Ujar wanita tersebut yang tak lain adalah Devia.

"Kami minta maaf, Ma." Ucap keduanya serempak.

Devia hanya menghela nafasnya pelan, lalu memberikan dua handuk itu pada kedua anaknya yang kembar itu. "Sana mandi dan ganti baju, abis itu makan malam dulu." Titah Devia. Kedua remaja itupun mengangguk, lalu segera menuju kekamar mereka masing-masing.

⬤⬤⬤⬤

"Mama, gimana penampilan kita?" Tanya Elisa dengan semangat sambil berlari ke arah Devia yang duduk di sofa sambil memangku anak laki-laki tadi.

Devia tersenyum melihat kedua anaknya yang tadi hujan-hujanan, sekarang malah memakai baju tidur yang sama persis.

"Bagus banget, kalian keliatan lucu." Ucap Devia lalu terkekeh pelan.

Itu adalah baju tidur yang ia beli beberapa hari yang lalu saat pergi membeli perlengkapan bayi untuk anak bungsunya.

Janu Aqsa Megantara, anak laki-laki yang sekarang Devia pangku itu. Janu adalah anak bungsu dari keluarga Megantara, sekaligus harta paling berharga bagi anggota keluarga Megantara. Kehadiran Janu membuat mereka semakin bahagia, terlebih lagi Elisa, karena dia sudah lama menginginkan seorang adik laki-laki.

"Januuu! Adek siapa sih ini, gemes banget." Ucap Elisa sembari mencubit gemas kedua pipi gembul Janu.

Bocah dua tahun itu memegangi kedua pipinya yang dicubit Elisa barusan. "Atit! Ka El ahat!" Ujar Janu dengan lucunya.

Tentang Elisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang