57. Kehilangan

1.6K 61 5
                                    

Tentang Elisa

Happy Reading
.
.

⚠︎Typo bertebaran

"Enggak.... Enggak! Axel yang baik hati itu udah mati! DIA UDAH LAMA MATI!!" Axel menjerit histeris dan langsung mendorong Jovian menjauh darinya. Dengan gerakan cepat, gadis itu meraih pistol yang tadi sempat jatuh dari genggamannya.

"LO HARUS TETAP MATI ELISA! KARENA SELAMANYA GUE AKAN TETAP BENCI SAMA LO!!!" Pekik Axel dan kemudian.

Dor!

Dor!

Dor!

Tiga tembakan berhasil mengenai Elisa tepat di dada kirinya. Hal itu membuat semua orang yang ada disana membulatkan mata mereka kaget melihat apa yang baru saja terjadi.

"ELISA!!" Mereka berteriak bersamaan dengan Elisa yang jatuh terkapar di lantai dengan darah yang terus mengalir dari dadanya.

Axel tertawa puas melihat Elisa yang sekarat karena ulahnya, gadis itu lalu melemparkan pistol itu secara Asal kemudian ingin lari pergi dari sana. Tapi belum sempat ia melangkah, ia sudah disergap oleh beberapa polisi disana. Lucas yang melihat kejadian yang begitu cepat di hadapannya juga menganga tidak percaya karena Axel yang dengan beraninya menembak Elisa.

Beralih pada Elisa, gadis itu merasakan hawa dingin diseluruh tubuhnya, dan rasanya ia sudah tidak sanggup lagi untuk menahan agar matanya tetap terbuka.

"Jangan tutup mata dulu, Elisa! Ayok bertahan."

"El, liat Ayah, nak, liat Ayah. Matanya jangan du tutup dulu."

"Elisa plisss lo jangan tidur dulu, bertahan gue mohon, El."

"Elisa... Hiks! Bertahan sayang, tetap buka mata kamu, nak."

Elisa tetap berusaha untuk tidak memejamkan matanya, meski ia terlihat sudah tidak berdaya. Semua yang ada disana sudah menangis histeris, terlebih lagi Devia dan Mara yang sudah meraung-raung.

"Telpon ambulan, cepat!! Kita harus bawa Elisa kerumah sakit... Hiks!" Mara mengguncang kuat tubuh Reffano yang hanya diam namun air mata pemuda itu terus mengalir.

"El... Ga ku-at...."

"Engga Elisa! Kamu kuat sayang, anak Mama kuat!" Devia menggengam tangan Elisa lalu mengecupnya beberapa kali.

"Tan-te... O-om.. Ayah.... Dan kalian se-muahhh maafin El ya... El udah ga kuat. Sa-sakit sekali." Ucapan Elisa tersengal-sengal dengan tenaganya yang masih tersisa.

"Elisa! Elisa! Jangan tutup mata kamu, nak! Kamu dengar Ayah? El, sayang! Bertahan sebentar Ayah mohon Elisa!" Sarendra memeluk erat tubuh dingin Elisa yang sudah tidak sadarkan diri itu. Pria berkharisma yang dikenal dingin itu, kini menangis meraung-raung melihat putri semata wayangnya berbaring tidak berdaya dalam pelukannya.

⬤⬤⬤⬤

"DOKTER! DOKTER! TOLONG... TOLONG SELAMATKAN ANAK SAYA, TOLONG..." Sarendra berteriak kesetanan di koridor rumah sakit sambil menggendong tubuh Elisa yang bersimbah darah. Bahkan pria itu tidak peduli jika baju yang ia kenakan sudah penuh dengan cairan merah itu.

Tentang Elisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang