"Kamu disini, Ed?"
Edward membalikan badannya dan menemukan Sasha dalam balutan gaun formal berjalan menghampirinya yang sedang menunggu supir datang menjemputnya di lobby sebuah hotel ternama.
"Sasha"Ucap Edward
Sasha yang sudah dihadapannya mengecup kedua belah pipi Edward.
"Kamu habis meeting? Sendirian?"
"Ya, baru saja selesai dan Aku menyuruh Teguh untuk pulang"
"Tumben sekali. Bukannya asistenmu itu tinggal digedung yang sama denganmu?"
Teguh adalah asisten Edward. Ia memang memfasilitasi pria itu tinggal di gedung yang sama dengannya untuk memudahkan mobilitasnya.
"Aku tidak kembali ke penthouse"
"Kencan?" Tanya Sasha penasaran
"Tidak. Hanya Ibuku meminta untuk makan malam di rumah. Edmund akan berangkat ke Prancis malam ini"
"Wah, sudah lama Aku tidak bertemu Tante Sofia"
"Kamu keberatan jika Aku bertamu?"
Edward menggeleng dan mengiyakan permintaan Sofia yang saat ini tengah merangkul lengan kirinya.
Sasha adalah kerabat dekat keluarganya. Sehingga Edward tidak keberatan membawa Sasha ikut dalam makan malam keluarganya kali ini sebagai bentuk dukungan untuk Edmund yang nanti malam akan melakukan penerbangan ke Prancis.
Wanita yang seumuran dengan Edward itu aktif berkecimpung di dunia politik karena sebagian keluarga besarnya juga merupakan seorang politisi.
Mobil Edward tiba tak lama kemudian dan keduanya masuk ke kursi penumpang.
....
Dengan kacamata hitamnya, Lyora melenggang di Bandara Charles de Gaulle, Prancis. Setelah melewati imigrasi, Ia menuju lobby bandara untuk menunggu mobil jemputannya.
Lyora mengaktifkan handphone miliknya. Dan terlihat berondongan notifikasi masuk.
Noel My Lovely 💗 (31)
Tiga puluh satu notifikasi dan saat ini juga masuk panggilan dari Noel.
"I'm okay daddy"
Kalimat pertama Lyora menghasilkan decakan kesal disebrang sana.
"Syukurlah"
"Kau begitu mengkhawatirkanku ya?"
"Lebih tepatnya Aku mengkhawatirkan kebodohanmu itu. France is full of scam"
"Dan Kau dengan keterbatasan otakmu serta kecerobohanmu itu sangat menakutkan" Lanjut Noel
Lyora tidak tersinggung dengan perkataan Noel. Sebaiknya Ia terharu saat ini. Tidak ada orang yang mengkhawatirkan dirinya seperti Noel.
Entahlah, mengapa Ia tidak menyukai Noel saja? Ia rasa tidak akan serumit ini jika mengejar-ngejar Noel. Pria itu pasti akan menerima perasaannya walaupun itu karena iba.
"Hei. Kau dengar Aku?"
"Yes, Dad. Aku memang akan beristirahat saja saat ini di hotel"
"Good, jangan berkeliaran sendiri. Selalu minta Pak John untuk menemanimu. Jangan berbicara dengan orang asing. Jangan ceroboh meletakan tasmu. Jangan-"
"Iya Aku paham. Kau bisa menuliskan semua laranganmu di chat. Aku akan menghapalkannya. Telingaku panas mendengar semua itu"
"Jangan hanya dihapalkan"
"God please. Aku bahkan belum menelpon Pak John karena ocehanmu Noel"
"Berarti Kau sendirian saat ini?"
"Ya, bye Noel. Aku sudah melihat Pak John. I love you, sweetheart" Lyora segera mengakhiri telepon itu tanpa persetujuan Noel.
....
Setelah 2 hari hanya diam di hotel. Hari ini Lyora memutuskan untuk berjalan-jalan diluar. Di catatannya sudah terdapat to do list yang Ia siapkan selama tidur-tiduran di kamar hotel.
Sebenarnya setelah mencari referensi tempat untuk menyegarkan pikirannya. Lyora tertarik untuk mengunjungi kota Etreat yang memiliki pemandangan indah. Tetapi Ia sudah terlanjur melakukan reservasi di salah satu hotel ternama di kota Paris.
Dan Ia juga tidak enak untuk meminta Pak John, tour guide langganan keluarga Noel di kota ini untuk mengantarnya kesana. Sementara Ia takut untuk bepergian sendiri.
Setelah berkeliling dan makan di kafe-kafe cantik yang ada disini. Lyora memutuskan untuk menaiki River Cruise, sebuah kapal terbuka yang mengelilingi kota paris. Ia memilih untuk duduk dipinggir sendiri. Sedangkan Pak John duduk dibelakangnya.
Pria paruh baya itu sangat profesional dalam pekerjaannya. Ia sepertinya memahami Lyora yang ingin menikmati waktu sendiri. Sehingga Pak John memilih untuk duduk dibelakang, hanya mengawasi Lyora saja.
Setelah turun dari kapal, Lyora hanya melewati Galeries Lafayette. Tanpa berniat membeli apapun.
Ya, selain tidak mood berbelanja. Lyora juga pusing memikirkan pengeluarannya disini. Untung saja ada Noel yang mensupport biaya akomodasinya dengan menyediakan Pak John.Lelah berjalan-jalan, Lyora memutuskan untuk kembali ke hotel. Ia hanya menenteng sebuah paper bag berisi kue-kue manis yang dibelinya di jalanan.
Setelah memencet tombol lift, Ia menyenderkan kepalanya pada dinding. Padahal Ia tidak begitu lama berkeliling, tetapi mengapa rasanya lelah sekali.
Bunyi denting lift menandakan pintu terbuka. Lyora melangkahkan kakinya masuk. Menempelkan kartu aksesnya, Ia kembali menyenderkan kepalanya pada dinding lift.
Lift kembali berdenting dan Lyora melihat ternyata Ia sudah sampai. Berjalan gontai menuju kamarnya, sebelum Ia mengangkat kepalanya kaku.Ada seseorang dibalik badannya. Dan orang itu mengikuti dirinya. Sudah pasti orang itu mengikuti dirinya, karena kalau tidak. Mengapa orang itu juga ikut berhenti dan tidak melanjutkan langkahnya.
'Bagaimana ini' Paniknya dalam hati. Kecemasan tergambar diwajah Lyora. Seketika tubuhnya terasa dingin, ditambah kondisi lorong hotel ini sangatlah sepi. Setidaknya butuh waktu untuk meminta tolong.
Ia menyesal tidak meminta Pak John untuk mengantarnya. Sepertinya besok Ia harus memohon pada Pak John untuk mengantarnya hingga depan kamar.
Dengan keberaniannya yang tinggal secuil itu. Lyora melongokan kepalanya ke belakang.
Tetapi wujud pria dibelakangnya itu membuat wajah cemas Lyora pucat pasi. 'Bagaimana bisa?' Rutuknya
'Ya, pasti bisa bodoh. HARUSNYA KAU SADAR, KAU ADALAH PENGUNTIT YANG MEMESAN HOTEL YANG SAMA DENGAN HOTEL MEWAH TEMPAT EDMUND MENGINAP' Sisi pintar dari Lyora seolah mengamuk dalam pikirannya.
"Still havent given up over my brother, Lyora?"
"Rencana busuk apalagi yang akan Kau lakukan?" Lanjut pria itu dengan wajah yang mengeras.
Lyora tidak mampu menjawab. Ia terlalu takut. Sejujurnya selama berada di paris, Lyora sama sekali tidak teringat oleh Edmund apalagi merencanakan sesuatu pada Edmund.
Ia bahkan baru ingat kalau hari ini adalah latihan bebas Edmund dan Ia sudah membeli tiket untuk dapat menonton. Tetapi Lyora bahkan melupakan semua itu.
Dan saat ini dihadapannya berdiri Edward dengan menampilkan ekspresi mencemoohnya. Entahlah, Lyora tampaknya memang sangat sial di tahun ini.
Sekarang bagaimana caranya Ia bisa menghadapi Edward?
Tbc
Aku bikin target vote ya 🙈
300 vote n 50 comment 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Blame The Cupid [Completed]
ChickLitKeterkejutan nampak diwajah Lyora. Seolah darah tersedot dari tubuhnya. Wajahnya pucat pasi menyadari siapa pria yang saat ini tertidur disampingnya. Bagaimana tidak? Ia berencana menjebak Edmund Leonard tapi mengapa yang ada di kasur bersamanya it...