🌟Selamat Membaca🌟
.
.
Sudah satu bulan ini ketenangan dan kedamaian hidup dirasakan Lyora. Hidupnya bahkan kelewat tenang dan damai.
Setiap hari kegiatannya hanya makan dan tidur. Tanpa memikirkan beban apapun. Bahkan Ia rasa otaknya sudah berhenti bekerja setelah menyelesaikan gelar sarjana kemarin.
Dan hari-hari Lyora tetap dipenuhi dengan kegiatannya menganggu Noel.
"Daddy, where are u?" Ucap Lyora begitu panggilannya tersambung.
"Berhenti mengangguku bodoh. Kau tau? 15 menit lagi wawancaraku dimulai"
Noel menghela napas kasar, Ia melanjutkan ucapannya "Sudahlah, manusia sepertimu tidak mungkin mengerti"
"Hei, Apa maksudmu? Manusia sepertimulah yang tidak mengerti cara menikmati hidup" Lyora mengucapkannya dengan emosi
Tut tut tut
'Sialan' Umpat Lyora
Noel memang sedang mengikuti beberapa seleksi untuk S2 di kampus luar negeri. Hingga laki-laki itu sibuk mengurus berkas-berkas dan mengikuti berbagai tes wawancara setelah wisuda kemarin.
Dan sebagai sahabat yang baik. Lyora akan mendatangi rumah Noel.
...
Namun sebelum itu, Ia memilih untuk mengisi perutnya yang sudah berbunyi sejak tadi.
Lyora keluar untuk mengambil pesanannya di lobby. Setelahnya, Ia membawa makanan pesanannya itu ke dapur.
Keplanya berdenyut melihat kondisi wastafel yang penuh dengan bekas alat makan. Jadi, Ia membersihkan semuanya itu terlebih dahulu.
Setelah selesai makan, tentu Lyora tidak langsung pergi mengunjungi Noel. Ia harus mandi mengingat Ia sudah 3 hari tidak mandi, sepertinya.
Entahlah, Ia sangat malas untuk mandi. Karena jika Ia berniat mandi, perutnya akan keroncongan meminta diisi. Tetapi setelah makan, perutnya terasa tidak enak. Sehingga Lyora akan kembali bergelung di tempat tidur ataupun sofa setelah makan.
Namun, saat ini Lyora memaksa dirinya untuk mandi. Sudah terlalu lama Ia mendekam didalam ruangan ini.
Tubuhnya terasa segar setelah berendam selama 30 menit. Lyora keluar dengan lilitan handuk. Mengecek ponsel nya dan belum ada jawaban dari Noel.
Ia pun membuka kalender siklusnya. Melihat kalau siklusnya sudah terlambat 3 hari.
'Mungkin pengaruh Aku stres sidang bulan lalu' pikirnya.
Bulan kemarin pun Ia tamunya hanya sedikit dan hanya berlangsung satu hari.
Lyora melepaskan handuknya dan bercermin. Ia memutar-mutar sambil memperhatikan tubuhnya, sebelum tangannya menjadi gemetar dan menyentuh perutnya.
Memang akhir-akhir ini Ia banyak makan. Tetapi mengapa perutnya menonjol dengan tidak biasa. Perutnya terasa keras ketika disentuh.
'Aku pasti sembelit' Lyora mencoba untuk mensugesti pikirannya.
Tetapi pikirannya sendiri menentang 'Tetapi Kau setiap hari BAB dengan begitu lancar di pagi hari'
'Tumor kah?' Otak kecilnya kembali dipakai untuk berpikir.
'Atau ba.. yi?'
Lidah Lyora terasa kelu. Entah mana yang lebih menyeramkan, perutnya menonjol karena penyakit atau karena adanya sosok janin didalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blame The Cupid [Completed]
ChickLitKeterkejutan nampak diwajah Lyora. Seolah darah tersedot dari tubuhnya. Wajahnya pucat pasi menyadari siapa pria yang saat ini tertidur disampingnya. Bagaimana tidak? Ia berencana menjebak Edmund Leonard tapi mengapa yang ada di kasur bersamanya it...