Lyora merasakan tubuhnya remuk redam. Rasanya Ia tidak memiliki tenaga.
Sebenarnya setelah kedua kalinya Edward menggumuli dirinya. Lyora sempat melihat jam yang menunjukan pukul setengah dua belas malam. Kemudian karena tidak memiliki tenaga lagi. Lyora langsung tertidur di sofa yang terletak dalam ruang kerja Edward.
Dan sekitar jam 2 pagi. Lyora terbangun dan melihat pria itu tengah bekerja disampingnya. Ia beranjak menuju toilet dengan lilitan selimut dan membersihkan diri.
Namun, karena tidak bisa tidur lagi. Lyora sempat mengkonfrontasi Edward karena sudah mengambil album miliknya secara diam-diam yang berujung suasana sendu diantara mereka.
Kemudian saat Lyora sudah kembali mengantuk. Pria itu malah menyerangnya. Entah sampai jam berapa Edward melepaskannya Lyora tak tahu.
Yang Lyora tahu ialah Edward benar-benar seorang maniak, batinnya kesal.
Kini masih diruang kerja Edward. Ia tidak menemukan pria itu. Dan jam berapa saat ini?
Pukul 11.07
Ia mendesah lelah saat melihat ke arah jam dan membuka selimut. Lyora keluar dari ruangan Edward dan hanya menemukan keheningan.
"Kemana mereka?" Gumamnya
Lyora membuka pintu kamar Edward yang semalam seharusnya ditempati dirinya. Dan tetap tidak melihat ayah dan anak itu. Hanya saja kamar Edward terlihat sangat berantakan dengan rumah-rumahan milik Lili beserta paper bag berisi baju-baju baru bocah itu yang dulu sempat dibeli oleh Edward.
Melihat itu Lyora tidak memiliki niat dan tenaga sama sekali untuk membereskan kamar Edward. Ia memilih untuk mandi.
....
Sampai Lyora selesai mandi pun tidak ada tanda-tanda kehadiran Edward dan Lili. Akhirnya Lyora memutuskan untuk pergi ke dapur dan kepala Lyora otomatis menggeleng melihat keadaan dapur yang tidak jauh beda dengan kondisi kamar Edward.
Terdapat sebuah tumpukan omelete gosong dan Lyora bisa melihat kalau pecahan cangkang telur pun terdapat dalam omelete itu. Belum lagi sampah-sampah cangkang telur yang berserakan.
Tidak perlu menebak pun Lyora tau kalau pelakunya ialah Edward.
Ternyata pria itu lebih buruk dari dirinya dalam memasak. Pantas saja Edward pernah berkata kalau Ia tak kan keberatan untuk memakan pasta, masakan andalan Lyora setiap hari.
Tentu saja. Orang waras di dunia ini pasti akan memilih memakan pasta buatan Lyora setiap hari dibanding telur gosong berhiaskan pecahan cangkangnya.
Saat Lyora tengah menumis pastanya yang Ia buat dari bahan-bahan yang ada dikulkas Edward. Ia mendengar suara pintu terbuka.
"Mommy masih bobo Daddy?"
Suara Lili yang menanyakan tentangnya terdengar.
"Nanti Daddy lihat"
"Pasti Mommy capek bantuin Daddy kerja. Jadi bobonya lama-- Mommy"
Lili berlari ke arah Lyora. Bocah itu mengenakan handuk yang melilit ditubuhnya.
"Mommy udah bangun, Daddy"
"Lili habis berenang?" Tanya Lyora karena tak ingin terlihat canggung didepan Edward.
"Iya. Lili berenang di kolamnya besar banget. Lebih besar dari kolam Ninda" Lili merentangkan tangannya. Memeragakan besar kolam renang itu.
"Mommy udah gak capek?"
Pertanyaan itu membuat Lyora mengernyitkan dahinya bingung.
"Lili udah marahin Daddy. Biar gak suruh-suruh Mommy kerja" Lili menumpukan dirinya ke kaki Lyora. Memeluk manja Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blame The Cupid [Completed]
ChickLitKeterkejutan nampak diwajah Lyora. Seolah darah tersedot dari tubuhnya. Wajahnya pucat pasi menyadari siapa pria yang saat ini tertidur disampingnya. Bagaimana tidak? Ia berencana menjebak Edmund Leonard tapi mengapa yang ada di kasur bersamanya it...