Lyora berjalan terseok-seok mengikuti langkah kaki Edward yang lebar. Tangannya dirangkul pria itu yang terus menariknya sejak turun dari mobil tadi.
Entah dimana ini Lyora hanya bisa mengikuti Edward. Hingga lift berhenti dilantai teratas gedung ini.
Edward membawanya memasuki sebuah penthouse. Setelah tiba didalam Ia melepaskan cengkraman tangannya dari Lyora.
Lyora yang tengah diambang kesadarannya, segera limbung. Ia menahan tangannya pada sebuah meja hias.
Sedangkan Edward hanya berdecih melihat kondisi Lyora. Pria itu melepaskan jas beserta kancing kemejanya hingga menyisakan dada polosnya. Ia memegang pundak Lyora dan memaksa wanita itu untuk menatapnya.
Lyora menatap Edward dengan ekspresi polos dan tersenyum lebar. Ia melingkarkan kedua lengannya ke leher Edward. Meremas rambut pria yang sebentar lagi menginjak usia kepala tiga itu.
Edward tersenyum sinis sebelum meremas salah satu dada Lyora yang sedikit menyembul akibat gaun berpotongan rendah yang digunakannya.
"Sshh"
Lyora mendesah lirih mendapat perlakuan Edward. Ia menatap sayu Edward yang saat ini menatap dirinya remeh.
"Kau suka?"
Tersenyum malu ketika mendengar pertanyaan pria itu, Lyora memajukan kepalanya dan menyembunyikannya di ceruk leher Edward.
"Does it taste really good?"
Tanya Edward kembali setelah menjauhkan wajah Lyora dan memaksanya untuk menatap dirinya kembali.
Tanpa menunggu jawaban wanita itu, Edward melumat bibir Lyora. Ia kembali meremas dada wanita itu dan memaksa Lyora untuk membuka mulutnya.
Ciuman itu didominasi oleh Edward. Lyora hanya membuka mulutnya pasrah tanpa melakukan apapun selain meremas rambut belakang Edward.
Tak tahan dengan sentuhan Lyora dan tingkah wanita itu yang saat ini sudah membalas ciumannya dengan kaku. Edward menahan bokong Lyora dan membawanya kedalam gendongan.
Menaiki tangga untuk menuju kamar yang terletak dilantai 2 penthouse ini dengan tergesa. Edward menghempaskan Lyora ke kasur begitu tiba disana.
Wajah Lyora memerah sempurna dengan butiran peluh di dahinya. Tampaknya obat itu sudah bekerja sempurna ditubuhnya.
Ia berusaha untuk duduk dan melepaskan bajunya. Sebelum Edward yang sudah selesai melepaskan celana bahannya yang hanya menyisakan boxer hitam. Menghempaskan Lyora kembali terlentang di kasur.
Bibir Lyora mengerucut sebab Edward menahan kedua tangannya disamping kepala.
"Dont mad at me. I'll do it for you"
Kemudian Ia menarik baju Lyora hingga bagian samping dadanya sobek. Memaksa menurunkan baju pesta itu hingga mengumpul dipinggang Lyora.
Edward menuntaskan pekerjaannya pada bagian atas Lyora. Strapless bra yang membalut kedua bongkahan sekal itu ditariknya turun.
Ia meremas kedua benda menggantung itu sambil menatap lurus ke arah Lyora yang mulai mendesah. Dan memasukan salah satu puncaknya ke dalam mulutnya.
Serta menciptakan jejak merah dan basah dikedua benda itu. Ia melanjutkan kecupan basah itu ke perut rata Lyora dan meloloskan gaun wanita itu.
Saat ini bagian tubuh Lyora sudah polos. Hanya menyisakan short panty berwarna putih miliknya yang juga tidak bertahan lama sebab sekarang Edward sudah melepaskannya.
Edward merangsang Lyora sambil meninggalkan bercah kemerahan diseluruh tubuhnya. Sebelum membebaskan gairahnya.
Pria itu menuntaskan gairahnya pada Lyora, mendengarkan suara lirih wanita itu yang membangkitkan gairahnya.
....
Matahari baru menerbitkan dirinya ketika Lyora tersadar dan merasakan denyutan dikepalanya.
Lyora tersentak ketika merasakan ada hembusan napas di cerukan lehernya. Sambil masih memejamkan mata, Ia teringat telah menghabiskan malam panas dengan Edmund.
Laki-laki yang disukai nya sejak Junior High School. Hal itu menghadirkan segaris senyum lebar diwajahnya.
Walau dengan sedikit trik kotor. Ya, Lyora memasukan obat perangsang pada minuman Edmund di pub kemarin. Ia tersenyum dan merasa malu untuk membuka mata. Ini adalah pengalaman pertamanya dengan laki-laki.
Setelah mengatur napasnya, Lyora membuka matanya dengan jantung yang berdebar. Ia melihat kepala Edmund ada di cerukan lehernya. Tapi, ada satu hal yang membuat Lyora seketika tersadar. Edmund tidak memiliki rambut coklat. Rambut Edmund berwarna hitam pekat.
Lyora berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu. Ia langsung terduduk dan melihat wajah pria itu dengan jelas.
And shit happen..
Pria ini bukan Edmund. Dia Edward, kakak kandung Edmund.
Lyora merasakan semua darah dalam dirinya tersedot habis. Wajahnya pucat pasi. Ia tidak bodoh walaupun kepalanya saat ini masih berat untuk menyadari apa yang telah terjadi.
Ia sadar saat ini dirinya tidak mengenakan apa-apa. Hanya dibalut selimut yang membungkus dirinya dan Edward. Pria itupun sepertinya sama dengan dirinya.
Lyora hampir menangis sebelum tersadar untuk tidak terisak karena hal itu bisa membangunkan Edward. Ia berusaha melepaskan Edward dan berbaring terlentang.
Namun, sengatan nyeri dan rasa pegal mengalir ditubuhnya begitu saja. Matanya semakin berkaca-kaca siap mengalirkan air mata.
Sedangkan Edward yang merasakan gerakan disampingnya tersadar. Ia memperhatikan wanita yang masih belum menyadari dirinya sudah terjaga.
"Kecewa karena Aku bukanlah Edmund, Lyora?"
Suara berat dan serak Edward menyentak Lyora dari kesedihan dan lamunannya.
Ia menatap Edward takut sambil mengeratkan pegangannya pada selimut.
Sedangkan pria itu tersenyum merendahkan Lyora yang menatap dirinya seolah penjahat kelamin.
Edward bangun dari posisi tidurnya, menyingkirkan selimut dan mendekati Lyora hingga badan mereka menempel. Pria itu mengarahkan tangannya untuk menyingkirkan rambut dari pipi Lyora yang segera ditepis wanita itu.
"You must be so dissapointed" Kekeh Edward sinis.
"Apa permainan ku semalam tidak memuaskanmu sebagai seorang wanita murahan yang sangat putus asa karena menginginkan sentuhan laki-laki?
"Aku bukan wanita seperti itu"
"Yes, you are. Apa wanita yang memberikan obat perangsang untuk seorang laki-laki agar bisa menuntaskan gairah milikmu bukanlah seorang wanita murahan?"
"Bahkan seorang pelacur tidak melakukan hal itu" Lanjut Edward dengan tatapan menusuk kedalam mata Lyora yang sudah mengucurkan air mata.
Lyora tidak sanggup mendengarkan semua perkataan Edward. Ia menahan rasa nyeri dan pegal ditubuhnya untuk berdiri.
Edward yang belum puas, menyentak selimut yang dipegang Lyora dengan kasar. Kali ini Lyora tidak bisa menahan isakannya.
"That was a rough night. Tidak usah menangis, kalaupun Kau melakukannya dengan Edmund. Rasanya pun pasti sama dan Kau akan tetap merasakan nyeri disitu"
"Apalagi Kau seorang perawan tadi malam. Its really surprised me by the way"
Setelah mengatakan itu Edward tersenyum miring dan meninggalkan Lyora yang masih bergeming ditempatnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Blame The Cupid [Completed]
Genç Kız EdebiyatıKeterkejutan nampak diwajah Lyora. Seolah darah tersedot dari tubuhnya. Wajahnya pucat pasi menyadari siapa pria yang saat ini tertidur disampingnya. Bagaimana tidak? Ia berencana menjebak Edmund Leonard tapi mengapa yang ada di kasur bersamanya it...