DEJAVU 42

704 91 21
                                    

Setelah sekian lamanya dia kembali menginjak kan kaki nya di tempat yang membuat nya mempunyai luka banyak. Tanpa terasa setetes air mata kembali jatuh kala mengingat bahwa disini lah kehancuran hidup nya.

Tempat lahirnya menjadi tempat yang membuat dirinya terluka. Disini semuanya dimulai.

Kaki nya melangkah untuk menuju suatu tempat yang menjadi tempat peristirahatan terakhir sahabatnya.

Mild dengan tangan yang membawa setangkai bunga matahari berjongkok di makam Gulf. Matanya meredup melihat nisan yang bertuliskan nama Gulf, tangan nya mengelus pelan nisan itu sembari bergumam pelan.

"Gulf..... Maaf aku baru datang." Lirih Mild.

Dia meletakkan bunga matahari itu dan kembali berbicara meluapkan rasa rindunya. "Sudah lama sekali kamu pergi tapi kenapa kamu tetap berada di samping ku? Apa karna mata mu? Atau karna rasa amarah mu? Aku menyesal.. Aku ingin memutar waktu agar kita tidak terpecah seperti sekarang." Ucap Mild sembari terisak lirih penuh kepiluan.

"Aku juga korban, Gulf. Aku korban disini, aku meminta maaf karna sempat benci dengan kehadiran mu tapi sekarang aku menyesal karna lebih memilih egois, padahal aku tahu hidup mu jauh lebih berat di banding kan dengan ku."

Mild terus berbicara tanpa menyadari ada seseorang yang berdiri di belakang nya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Kenapa kau kembali?"

Ocehan Mild terhenti badan nya menegang kala mendengar suara yang sangat tidak asing untuk nya. Perlahan kepalanya menoleh dan mendapati seorang pria jangkung sedang menatap padanya.

Masih tetap sama. Wajah itu tetap tampan seperti bebarapa tahun lalu, jujur saja saat ini perasaan Mild campur aduk melihat kembali wajah yang dulu sangat ia idam kan.

Wajah penuh kedamaian yang membuat nya jatuh tanpa memikirkan hal lain. Mild merindukan pria itu tapi rasa sakit nya jauh lebih besar di banding rasa rindu nya.

"Kau tuli?! Aku bertanya kenapa kau kemari?" Lamunan Mild buyar kala suara itu kembali terdengar.

Mild berusaha... Berusaha untuk tidak kembali jatuh. "Aku hanya menyapa---"

Kekehan sinis menghentikan perkataan Mild. "Dimana rasa malu mu?"

"Dew--"

"Setelah merebut penglihatan Gulf, kau masih ingin kemarin? Kau... Benar-benar tidak memiliki rasa malu!" Dew mengenyahkan rasa penyesalan nya, ego nya terlalu tinggi jika mengakui dia merindukan Mild jadi yang bisa dia lakukan adalah memarahi pria mungil itu.

Tangan Mild mengepal sesak di dadanya begitu terasa mendengar lontaran kata yang keluar dari mulut Dew.

"Aku tidak merebut apapun yang dimiliki oleh Gulf." Tegas Mild.

"Mata ini." Dew menunjuk tepat pada mata memerah Mild.

"Ini milik Gulf! Sesuatu hal yang indah, kau merebutnya karna ingin membuat ku jatuh cinta. Kau tahu aku sangat menyukai mata indah ini jadi kau---"

PLAK.

Suara itu terdengar nyaring karna Mild menampar Dew sepenuh tenaga, terbukti wajah Dew berpaling ke samping dan pipi nya yang putih itu memerah akibat tamparan dari Mild.

"Satu hal yang perlu kau ketahui Dew, aku sangat menyesal pernah jatuh cinta pada pria brengsek seperti mu! Aku benar-benar merasa jijik pernah menyerah kan tubuh ku padamu, aku benci diriku sendiri karna begitu bodoh dalam mencintaimu, aku merelakan Gulf yang menjadi sahabat ku sejak kecil hanya karna pria bajingan seperti mu!" Bentak Mild.

Ia memilih pergi dari sana melewati Dew yang masih mematung terdiam setelah Mild mengucapkan perkataan yang entah kenapa membuat hati Dew tercabik-cabik.

DEJAVU S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang