DEJAVU 49

669 88 14
                                    

2 tahun kemudian.

Seorang pria dengan tatapan yang dingin melangkah masuk ke dalam ruangan tempat nya bekerja. Sapaan dari pegawainya bagaikan angin lalu untuk nya.

Beberapa wanita berbisik kagum akan fisik atasan mereka. Siapa yang tidak kagum dengan pria seperti Kana?

Wajah tampan bak dewa yunani dan pewaris satu-satu nya keluarga Willson. Banyak wanita ataupun pria yang menginginkan Kana tanpa ada yang tau bahwa perasaan pria itu sudah mati rasa untuk merasakan cinta.

Dia duduk dikursi dan menatap datar pada seorang wanita yang berdiri di depan nya.

"Hari ini kita ada meeting bersama--"

"Batalkan." Dia membenarkan dasi yang terasa mencekik leher nya.

Wanita itu memejamkan matanya menahan emosi karna perkataan Kana yang amat sangat santai.

"Biarkan aku menyelesaikan perkataan ku." Tekan nya.

Kana menatap malas pada wanita yang tengah menatap nya garang.

"Namtan aku sedang malas." Rengek nya.

Namtan memutar bola matanya malas mendengar rengekan Kana berbeda sekali jika diluar.

"Perusahaan ini menjadi peluang untuk kita memperluas koneksi, Kana." Jelas nya.

Ah kalian pasti bingung bagaimana Namtan bisa bersama dengan Kana.

Jadi setelah satu tahun dia tinggal bersama dengan Mew ada suatu kejadian yang semakin membuat Namtan membenci Mew. Pada akhirnya dia memilih pergi meninggalkan semua nya disana dan pergi untuk menemui Kana dan meminta Kana memberi nya pekerjaan.

Dia juga menjelaskan banyak hal setelah kepergian Kana dan akhirnya disini lah dia berakhir, dia menjadi sekretaris Kana dan ternyata cukup menguras tenaga.

Sangat melelahkan.

Kana begitu berbeda dengan Kana yang dahulu, Namtan seperti menghadapi Kana yang lain. Dia merasa asing dengan Kana yang sekarang, begitu tidak berperasaan dan tidak lagi mempunyai iba pada siapa pun.

Kana berdiri dari duduk nya dan merapihkan jas nya, "Kau pulang lah aku ingin pergi ke suatu tempat." Ujar nya pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Namtan.

Namtan menatap pada punggung Kana lalu dia menghela nafas dengan kasar. Jika kalian mengira Namtan akan pergi maka salah, karna dia mengikuti kemana Kana hendak pergi.

Sudah sangat hafal dengan Kana.

Namtan ingin menemani Kana tanpa pria itu tau, dia cukup paham dengan semua isi hati Kana. Kejadian tragis nyata nya tetap Kana alami walaupun sudah berpisah dengan Mew.

Ia tidak akan bertanya tentang mengapa dendam dan amarah yang Kana simpan pada kakak nya. Mungkin jika Namtan berada di posisi Kana dia akan langsung membunuh Mew.

Jarak yang amat jauh membawa nya kesini, tempat yang bisa membuat nya melihat betapa hancur nya sosok angkuh tersebut.

Dia turun dari mobil dan melihat Kana membawa bunga dan bersimpuh di tanah.

....

Kana keluar dari ruangan nya dan mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Setelah berkendara setengah jam lama nya dia berhenti untuk membeli bunga.

Tatapan datar dan sikap angkuh nya langsung lenyap saat tiba di tempat yang memendam banyak luka nya.

Langkah nya terasa kian memberat saat dia sudah dekat dengan gundukan tanah yang masih banyak akan taburan bunga dari nya beberapa hari yang lalu.

Kaki nya langsung melemas dan dia terduduk dengan bahu bergetar. Tidak ada lagi sosok angkuh dan tatapan dingin, sekarang sorot mata itu malah penuh dengan kehancuran dan luka mendalam.

Kana terisak hebat tangan nya mengepal bibir nya ia gigit sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan isakan pilu.

Kepala nya ia tolehkan menatap batu nisan, "Alex, kamu melihat mama?" Lirih nya.

Anak nya, anak yang belum sempat dia gendong meninggalkan dia selama nya.

Anak yang bahkan belum dia perlihatkan bagaimana kejam nya dunia  sudah memilih pergi tanpa memberi ucapan selamat tinggal padanya.

Di usia kehamilannya yang menginjak 7 bulan Kana harus mengalami keguguran akibat stress. Dia terisak merasa gagal menjadi seorang ibu, hanya karna patah hatinya dan luka akan di khianati suami dia harus mengorbankan sang anak.

Kana hancur berkeping-keping tanpa bisa di rakit secara utuh lagi.

Sudah berlalu lama pun dia tetap menyesal. Kecerobohannya membuat anak yang tidak berdosa harus pergi secepat itu.

Kepala nya ia tundukan sedalam mungkin, "Maafkan mama.. Maaf karna gagal menjadi seorang ibu. Maaf karna ceroboh, maaf... " Setiap hari hanya kata maaf yang bisa ia utarakan untuk sang anak.

Dia terlalu larut memikirkan lukanya yang di akibat kan oleh Mew tanpa berfikir bahwa saat itu dia sedang membawa satu nyawa.

Semakin dia berusaha agar tidak terisak tapi tetap tidak bisa, tangisan nya langsung pecah mengingat rangkaian kejadian itu.

Kana tidak benar-benar sembuh dia hanya mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Tapi nyata nya setiap malam dia merutuki kebodohannya, merutuki segala hal yang terjadi.

Kana hancur tak tersisa.

Hatinya berdarah setiap hari tapi tidak ada yang bisa mengerti dan memahami nya. Orang-orang hanya bisa menghakimi dirinya yang gagal, gagal akan semua hal.

Rumah tangga dan menjadi seorang ibu.

Padahal di posisinya juga sulit, Kana baru merasakan jatuh cinta, dia terlalu jatuh dalam cinta itu hingga saat dibuang layak nya sampah dia hancur dan berantakan. Kana salah besar karna mempercayakan cinta nya pada orang yang salah, cinta nya di sia-sia kan.

Ketulusan nya di abaikan bahkan rintihan tangis nya di anggap bagaikan angin. Dia yang sudah penuh luka harus mendapatkan luka baru karna jatuh terlalu dalam pada sesuatu yang bernama cinta.

Memuakkan rasanya kalau dia memikirkan bahwa dia tidak sepantas itu mendapatkan cinta.

Kana yang sangat larut dalam rasa sakit hingga mengalami depresi berakibat untuk kandungan nya dan membuat nya kehilangan anak nya.

Dia lalu melihat ke samping makam anak nya, hati nya berdenyut nyeri kala melihat makam itu.

"Kakek... " Bibir nya bergetar.

Dia dengan susah payah berpindah tempat dan langsung memeluk makam tersebut.

"Aku tidak sanggup lagi... "

"Kenapa Tuhan tidak adil padaku? Kenapa harus kakek juga ikut meninggalkan ku?" Tangis nya.

Seperti anak kecil yang menangis terisak.

2 tahun dia lalui dengan penuh tangisan. Kakek dan anak nya meninggalkan Kana seorang diri.

"Kana tidak bisa, Kana masih membutuhkan Kakek.."

Dadanya seperti di hantam oleh bebatuan besar yang membuat nya sulit bernafas.

"Kakek berjanji akan melindungi ku, kakek berjanji untuk membuat ku bahagia selama nya tapi kenapa ingkar? Kenapa harus pergi secepat ini?" Racau nya dengan tatapan yang kosong.

Kana seperti patung yang diberi nyawa. Dia hidup tapi terasa mati, setiap harinya bagaikan neraka untuk Kana. Sampai kapan dia hidup berdampingan dengan luka?

Rasanya sungguh membuat nya tidak bisa bernafas. Kana tidak bisa, dia sudah tidak sanggup.

Ini terlalu menyakitkan.

Tuhan kenapa sangat suka melihat nya menderita? Kenapa Tuhan tidak adil padanya?

Kana benar-benar tidak percaya akan kehadiran Tuhan.

DEJAVU S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang