DEJAVU 41

1K 118 19
                                    

"Biar aku yang mengurus mereka." Mew memeluk Kana yang masih menangis sesenggukan didalam kamar.

Mew keluar dari kamar matanya menyapu tajam pada ruang tamu yang begitu hening walaupun terisi oleh beberapa orang. Langkah kaki nya melebar lalu tanpa aba-aba Mew menarik kerah baju Bright dan membanting pria itu ke lantai hingga membuat semua orang terpekik kaget.

"Apa yang kau lakukan!" Jerit Tu membantu tunangan nya untuk berdiri.

Mew menatap bengis pada wanita yang menjadi penyebab semua nya, karna wanita ini istri ny harus menangis tanpa henti, Mew tidak suka ada orang yang membuat pria nya menangis penuh kesakitan.

"Bajingan" Desis Mew.

Mengabaikan fakta bahwa wanita itu hamil tanpa perasaan Mew mendorong nya keras dan memukuli Bright tanpa henti. Bahkan beberapa kali Mew membentur kan kepala Bright ke lantai.

"Kau bajingan! Membuat istriku menangis!" Bentak Mew tangan nya berhenti memukul kala melihat kesadaran Bright di ambang batas.

Persetan dengan hubungan persahabatan mereka karna menurut Mew siapapun yang membuat istrinya menangis layak mati di tangan nya sekalipun itu mempunyai hubungan baik dengan Mew.

Orang tua Win hanya diam tidak berani mengeluarkan sepatah kata apapun. Mereka amat tahu pengaruh keluarga Mew yang bisa dalam sedetik membuat keluarga mereka di ambang kebangkrutan.

Bright terbatuk memandang Mew sayu, "Mew uhuk--uhuk beri aku kesempatan untuk menjelaskan.. " Bright juga merasa bersalah atas kepergian Win. Dia masih sangat mencintai Win tapi untuk meninggalkan Tu dia tidak bisa, wanita itu tengah mengandung buah hatinya yang belum tentu bisa dia dapat kan dari Win.

Bright sudah menjelaskan secara lembut dan jika memang Win tetap mau bersama nya maka Bright akan dengan senang hati bersikap adil pada mereka. Bright akan tetap mencintai Win walaupun Tu menjadi istri keduanya, cinta nya akan tetap sama.

Morrone melonggarkan dasinya merasa jengah dengan drama tidak berujung ini. Dia lalu pergi ke kamar dimana anak nya berada, Morrone lebih memilih berada disana di banding melihat drama ini.

*****

Kana terisak sesenggukan di atas ranjang sambil memeluk surat pemberian dari Win. Dia ragu dan takut membuka surat terakhir ini, Kana berandai jika dia hari itu bersama Win mungkin hal ini tidak akan terjadi.

Mendapatkan sebuah pelukan dia menoleh dan tangis nya semakin kencang melihat ayah nya yang datang.

"Ayah hiks... " Kana masuk ke dalam pelukan Morrone dan menangis meluapkan segala nya dalam pelukan pria yang memenuhi keinginan nya yang tidak terwujud bersama Samudra.

Morrone mengelus punggung bergetar putra nya, hatinya begitu nyeri mendengar isakan memilukan anak nya. Pelukan nya semakin mengerat dia bisa merasakan perasaan yang dirasakan Kana, Morrone pernah mengalami itu saat kehilangan Barbara dan Gulf.

Sangat menyakitkan.

Semuanya terasa hancur lebur tanpa bisa diperbaiki sedikitpun.

"It's okey baby, ini bukan kesalahan mu." Morrone sama sekali tidak ingin jika Kana menyalahkan dirinya sendiri karna masalah yang tidak dia perbuat.

"Hiks ini salah Kana, ayah. Jika saja Kana mengetahui semua yang di alami Win pasti semua ini tidak terjadi kan? Kana memang pembawa sial... Kana menyebabkan semua orang yang berada didekat Kana mengalami kematian... " Win dan mama nya pergi dengan cara yang sama, mengakhiri hidupnya sendiri. Mereka pergi meninggalkan Kana sendiri tanpa tahu ada apa dan kenapa. Kana merasa apa yang dikatakan Samudra memang benar, dia anak pembawa sial dan tidak berguna. Kana menyebabkan kedua nya mati dengan mengenaskan.

Morrone menggeleng keras tidak setuju dengan pernyataan dari Kana. Anaknya bukan pembawa sial, semua ini terjadi karna memang sudah takdir jika memang harus ada yang disalah kan itu adalah orang tua Win dan Bright. Ketiga orang itu ikut andil menghancurkan Win tanpa memberi jeda untuk memulihkan luka yang lain, Win pergi karna tidak sanggup lagi menanggung semuanya.

Dia melerai pelukan mereka dan berjongkok didepan Kana, di genggam nya tangan mungil itu dan menghapus air mata yang membasahi pipi Kana.

"Anak ayah bukan pembawa sial. Ini semua takdir sayang, Kana tidak bersalah disini. Jika Kana tahu malam itu Win akan mengakhiri hidup nya pasti Kana tidak akan membiarkan itu terjadi, semua ini takdir untuk Win. Jika memang ada yang harus di salah kan itu bukan Kana melainkan mereka, mereka menghancurkan Win tak berbentuk lagi, mereka tidak membiarkan Win meluapkan rasa yang dia emban, berhenti menyalahkan diri sendiri... " Dia merasa di tampar kala Kana mengatakan dirinya pembawa sial, Morrone seperti melihat Gulf yang menderita karna ulah nya dan perkataan nya. Berulang kali bahkan setiap detik nya dia mengutuk dirinya sendiri karna menghancurkan mental anak nya.

Morrone ayah yang gagal untuk Gulf tapi kali ini dia usakan akan menjadi ayah yang terbaik untuk Kana.

*****

Pria itu memandang pigura foto nya dengan sang sahabat kala semasa sekolah dulu matanya begitu sendu memandang foto itu. Rasa bersalah menggerogoti hatinya mengingat betapa tidak tahu malu nya dia dulu menyakiti sahabat nya yang begitu baik.

"Gulf... Maafin aku.. Maaf... " Bahkan setiap hari dia selalu berkata maaf berharap kesalahannya bisa sedikit menghilang tapi salah, kesalahan ini tetap singgah seperti parasit di dalam hatinya yang entah kapan akan pergi.

Mild menghapus air matanya dan memandang dirinya di kaca lemari. Tangan nya mengepal, dia dapat melihat Gulf juga sedang memandang dirinya. Bibirnya naik ke atas mengulas senyum bukan senyum bahagia melainkan senyum miris menertawakan dirinya sendiri.

"Sampai kapan kamu tetap ikutin aku? Aku juga lelah Gulf, andai bisa aku ulang pasti aku tidak akan merebut Dew dari kamu. Kalau aku bisa kontrol perasaan ku pasti persahabatan kita tidak akan hancur kan? Tapi aku bisa apa? Rasa cinta ku tidak bisa hilang semudah itu, aku sangat mencintai Dew bahkan setelah semua sikap nya yang brengsek.. "Mild terduduk di ujung ranjang. Dia memukul dadanya berulang kali, pasokan udara sangat susah untuk ia hirup setiap kali sedang menangis meratapi semua yang terjadi di masa lalu.

"Aku juga korban disini... Aku tidak pernah meminta mu untuk mendonorkan mata ini, aku lebih memilih buta di banding harus setiap kali berkaca akan selalu melihat mu memandang ku dengan sendu."

Bukan kah dirinya juga korban? Dia korban atas keserakahan Dew yang menjadikan nya jalang pribadi tapi juga menjadi kan Gulf sebagai kekasih. Pria itu lah penjahat nya yang menghancurkan persahabatannya dengan Gulf.

Mild tidak salah. Dia hanya mengambil sesuatu yang memang seharusnya menjadi milik nya sejak awal.

Dew adalah cintanya.

Dew dunia nya.

Gulf terlihat serakah jika menginginkan Dew disaat masih mencintai Mew.

Mild lah korban nya.

****

dikit dulu yaa tipis-tipis, pemanasan karna udah lama g up hehe:)

DEJAVU S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang