Minggu ini Sania mengajak Alva untuk kontrol ke rumah sakit, atas perintah Dokter Rama yg mengatakan Alva masih butuh kontrol kesehatan ke rumah sakit, sekalian check up kalau fisik anak itu mampu.
Dan Alva merasa sangat malas sekali untuk kembali ke rumah sakit, mulai bangunnya yg sengaja dibuat kesiangan, dan mandi yg sengaja ia lama-lamakan, bundanya sampe berulang kali menjemput anak itu ke kamar tapi tak kunjung juga keluar, dengan alasan kebelet pup, tai-nya tidak mau keluar, ada aja alasannya.
"Alva? .. Ayo dong, sayang. Keburu siang ini loh!" Ujar Sania yg membuka pintu kamar anaknya itu, anak itu sedang memakai baju.
"Minggu depan aja deh, Bundaaa .." Rengek anak itu
"Sekarang!" Ujar Sania mode tegas,
"Ayo! Udah di tungguin Dokter Rama di rumah sakit, kamu lama amat, ngalahin perawan." Ujar Sania
Alva turun dengan wajah di tekuk bersama bundanya di tangga, dua sahabatnya yg melihatnya tertawa melihat raut wajah anak itu, seperti terpaksa sekali.
Akhirnya setelah melewati banyak drama, Sania membawa Alva untuk kontrol ke Dokter Rama di rumah sakit, semoga saja tubuhnya kuat untuk mengikuti aktivitas check up yg biasa di lakukan oleh Alva.
"Pagi, Dok. Maaf ini anaknya agak rewel, jadi tidak bisa kesini pagi sesuai perjanjian." Ujar Sania meminta maaf,
Dokter Rama terkekeh, sudah ia duga akan hal itu, "Gak papa, Bu. Wajarlah, habis ke kurung lama banget disini, jadi anaknya malas di suruh kesini lagi."
Sania tersenyum, "Maaf sekali lagi, Dok."
Setelah basa-basi panjang itu Alva akhirnya di periksa oleh Dokter Rama yg mengecek detak jantung Alva melalui stetoskop, "Tarik nafas, Va." Perintah Dokter Rama
"Tarik .. Hembuskan .. " Anak itu menghembuskan nafasnya setelah menarik nafas dengan jeda yg lumayan panjang, membuatnya sedikit sesak saja,
"Tuh, masih sesak kan." Ujar Dokter Rama
Alva meliriknya, mulutnya laki tua ini ingin Alva hih sebenarnya. "Mana ada!" Eyelnya,
"Kalau saya ajak lari di treadmill, boleh kah, Bu Sania?" Tanya Dokter Rama
"Bagaimana baiknya menurut Dokter saja." Ujar wanita itu
Setelah mendapatkan persetujuan dari Sania, Dokter Rama mengajak Alva untuk lari di atas treadmill, sudah cukup lama jantung lemah itu tidak di uji dengan olahraga yg biasa anak itu jalani saat check up.
Baru berlari beberapa langkah di atas mesin treadmill, dada Alva tiba-tiba terasa nyeri, mesin EKG juga berbunyi berantakan, tapi anak itu seperti masih bisa melanjutkan tes uji lari di treadmill.
Hingga sampai di sepuluh menit, tubuhnya ambruk, wajahnya penuh nyerngitan menahan sakit, dia juga merasa sesak tapi Dokter Rama tidak memberikan bantuan oksigen saat anak itu di tes berlari di atas treadmill.
"Alva! .." Ujar Sania panik,
Dokter Rama segera menggendong anak itu dan membaringkannya di ranjang, lalu dengan cekatan memasangkan masker oksigen untuk Alva, dan menghubungkan kabel-kabel yg masih menyangkut di dada anak itu, dan Dokter Rama hubungkan dengan mesin EKG di samping ranjang pesakitan Alva, seketika bunyi rekaman detak jantung Alva yg berantakan berputar disana.
Sedangkan Alva sendiri sudah kacau, nafas anak itu sampai kembang kempis, di tambah dadanya yg begitu nyeri luar biasa, sakit sekali.
Keringatnya mengucur deras di wajahnya, dan lehernya. Dokter Rama masih mencoba membantu Alva menormalkan nafasnya, nafas anak itu kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrenders
Teen FictionDeskripsi? Tidak ada. Datanglah, siapa tau membuatmu betah. #sickstoryarea Jangan salah lapak, berakhir menghujat.