07

2.7K 210 3
                                    




Ditempat lain, sejak satu jam yang lalu Sakura masih saja duduk dibawah shower membiarkan dinginnya air mengguyur tubuhnya.

Tangannya mengusap seluruh bagian tubuhnya sampai area kewanitaannya untuk menghapus jejak Sasuke.

Air matanya kembali jatuh, di benar benar membenci dirinya sendiri yang begitu lemah dan tidak dapat menghentikan perbuatan bejad dari 'Uchiha Sasuke'.

Ia ingin melawan tapi rasanya tidak bisa. Enam tahun lamanya dia hidup dalam bayang-bayang kejadian di perpustakaan sekolah waktu itu.

Kejadian yang akhirnya merubah kehidupannya. Sakura ingat dengan jelas malam itu bibi Okamoto melapor pada Ayahnya bahwa ia hamil dengan menunjukkan sebuah testpack dengan garis dua yang bibi Okamoto temukan di saku jacketnya.

Pria paruh baya itu begitu murka, laki laki itu menyeret Sakura keluar dari rumah besarnya dan kemudian mengusirnya.

Wajah sang ibu dan sang adik yang tersenyum miring masih sangat jelas terekam di ingatannya, dua orang yang seharusnya membantunya ternyata ikut senang dengan kepergiannya.

Dengan sekuat tenaga ia berjalan menyusuri jalanan kota Tokyo yang saat itu suhunya bahkan mencapai minus 4 derajat celcius, membuatnya hampir membeku.

Sangat dingin, pelan-pelan dia merajut langkahnya menapaki jalanan bersalju dengan kaki telanjang tanpa alas. Langkahnya terhenti saat melewati sebuah gedung yang akhirnya menjadi tempat persinggahannya.

Persinggahan terakhir untuk sebuah janin yang masih berusia 3 minggu yang mungkin jika ia memilih untuk mempertahankannya kini sudah menjadi putra atau putri kecilnya.

"Maaf. Maafkan aku."

"M-maaf,"

"T-tolong maafkan aku."

Sebuah janin yang begitu rapuh dan kecil. Jika saja dia hidup, mungkin sekarang Ia berusia lima tahun dan menemani hari-harinya, menghiburnya di kala sedih.

Sesuatu yang seharusnya menjadi satu-satunya harta berharga yang ia punya, menjadi suatu sumber kebahagian bagi nya. Tapi apa? Dialah yang telah membunuhnya.

Dia tak menginginkannya.

"M-maafkan aku, karena t-telah membunuhmu."

"M-maaf, hiks"

Sungguh Sakura sangat menyesal, perbuatan kejinya saat itu membuat dirinya membenci diri sendiri. Hidupnya hancur dan semua itu salahnya.

Jika bisa kembali kemasa lalu, Sakura tidak akan pergi ke perpustakaan dan memilih untuk belajar di kelas saja. Dia tidak akan menghapiri Sasuke yang tengah mencumbui adik kelas, dia tidak akan mencerca Sasuke.

Semua terjadi karenanya. Dia yang memulai semuanya. Jika waktu itu bukan dirinya yang bermain-main dengan Sasuke maka semua ini tidak akan pernah terjadi. Haruno Sakura tidak akan pernah berurusan dengan laki-laki itu.

Haruno Sakura akan tetap menjadi Haruno Sakura yang dulu, perempuan kuat dan tidak akan menjadi lemah seperti ini. Haruno Sakura yang tertawa bahagia bukan Haruno Sakura yang bersedih seperti ini.

Semua salahnya. Salahnya yang mulai bermain main dengan Uchiha Sasuke, Laki-laki bejat tetapi dipilih menjadi ketua kelas oleh wali kelasnya entah apa alasannya.

Laki-laki yang telah membuatnya menjadi perempuan kotor untuk kedua kalinya, dan Sakura benci itu, sangat membencinya. Namun, apakah layak Sakura seperti itu sementara ia yang memulai semuanya seperti ini.

Wanita itu menangis dengan keras sambil memeluk lututnya, menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya yang ada di atas lutut membiarkan air dingin itu mengguyur tubuhnya kembali.

DISTANCE [SASUSAKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang