30

1.7K 122 5
                                    

Happy reading...

"S-sasori jangan kurang ajar!"

"Akh." Karin memekik saat Sasori menghisap dan menggigit lehernya dengan kuat menciptakan satu tanda merah dan bekas gigitan lelaki itu.

Pria itu lalu melepaskan ciumannya dileher Karin menatap wanita yang hampir dua tahun tidak bertemu dengannya itu dengan sorot mata yang sulit di definisikan.

"Aku sangat merindukanmu Honey." Saat itu juga lelaki bersurai merah itu menyambar bibir yang berbalut lipstickmerah itu. Sasori melepaskan kacamata karin lalu melumat bibir wanita merah itu dengan kasar.

Karin tentu saja berusaha memberontak, pukulan demi pukulan dihantamkan wanita itu ke dada Sasori tapi pria itu semakin menahan tengkuk Karin memperdalam ciumannya.

Sasori membawa karin menjadi setengah berbaring di atas meja milik wanita merah itu dengan bibir milik pria itu yang masih saja melumat bibir Karin namun tak sekasar sebelumnya.

"Eummhh" Karin mulai terbuai bahkan kini wanita itu mulai membalas lumatan Sasori di bibirnya.

"Aahh" Desahan itu lolos dari mulut Karin saat merasakan sebuah tangan mengelus kewanitaannya dari luar celana dalam yang ia pakai.

Pemilik tangan itu, siapa lahi kalau bukan milik Akasuna Sasori. Sasori menyeringai saat wanita yang merupakan saudara beda ibu dari sepupunya itu mulai terbuai dengan sentuhannya.

Pria itu kemudian meloloskan tangannya masuk ke dalam celana dalam Karin, jari-jemarinya mengelus area yang pernah di rasakannya sekali itu dengan sensual.

"Aahh..." Desah Karin disela-sela ciumannya saat dua jari Sasori menerobos masuk ke dalam sana.

"Emmh.. aahh.. ahh" Haruno Karin tak bisa mengontrol lagi desahannya saat Sasori mempercepat kocokannya sampai gelombang orgasme itu akhirnya melanda.

Sasori segera mengeluarkan jarinya saat merasakan Karin akan mencapai puncaknya. Pria merah itu menyeringai puas kala Karin menatapnya dengan sorot mata kecewa bercampur kesal.

"Kecewa tidak mendapat pelepasanmu?" Goda Sasori.

Haruno Karin tidak menjawab, wanita itu tahu bahwa Sasori hanya mempermainkannya. Dengan kuat wanita bersurai merah itu mendorong tubuh Sasori serta merampas kembali kaca matanya yang membuat tubuh pria itu sedikit terhuyung ke belakang.

"Pria brengsek!" Umpat Karin lalu bangkit dari atas meja kerjanya seraya mengenakan kacamatanya. Setelah itu karin memperbaiki roknya yang sudah tersingkap sebatas pinggang.

"Pergi dari sini." Usir Karin pada Sasori.

"Kenapa? Kau tidak senang aku berada disini? Aku sudah menepati janjiku untuk menyusulmu ke Jepang. Sekarang aku sudah ada disini. Harusnya kau senang bukan malah mengusirku seperti ini."

"Aku tidak merasa pernah menyuruhmu menyusulku. Memangnya kita punya hubungan apa?" Bentak Karin.

"Benar, kita tidak punya hubungan apa-apa lagi sekarang. Tapi, dulu kau adalah kekasihku. Kita bahkan pernah bercinta walau tak sampai masuk dan merenggut keperaw-"

"Sasori apa maumu sebenarnya?" Potong Karin cepat, dia tidak ingin mengingat masa lalu yang kembali disinggung oleh pria merah itu.

"Tidak ada."

"Lalu kenapa kau datang ke kantorku?"

Sasori terkekeh, "Kantormu? Ahh iya kantormu, benar perusahaan ini sekarang adalah milikmu." Ucapnya. Pria itu lalu duduk di kursi meja kerja milik Karin.

"Hmm... aku penasaran dengan siapa mantan kekasihku ini bertunangan. Apa dia lebih tampan dariku? Atau dia lebih kaya?"

"Tentu saja! Kau tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan calon suamiku." Ujar Karin dengan tatapan meremehkan.

DISTANCE [SASUSAKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang