33

1.6K 123 5
                                    

Happy reading...

Kamar bernuansa putih dan dipenuhi berbagai alat medih itu kini menjadi tempat tinggal seorang wanita muda bersurai merah darah yang ditemani selang infus dan selang oksigen serta alat patient monitor di sampingnya.

Wanita itu adala Karin, setelah dilarikan ke rumah sakit dua hari yang lalu, wanita itu tak kunjung membuka matanya sampai hari ini.

"Karin.."

"Karin cepat buka matamu sayang.."

Wanita bersurai merah yang berusia empat puluh dua tahun yang tak lain adalah ibu kandung dari Haruno Karin itu terus memanggil dan meminta putrinya untuk membuka mata.

Entah sudah ratusan kali wanita itu memanggil nama putrinya. Tapi, yang ada hanya bunyi alat patient monitor yang menyahuti panggilannya.

"Siapa yang tega melakukan ini padamu sayang, bangunlah katakan pada Ibu, biar ibu yang akan memberinya pelajaran." Ujar wanita itu.

"Karin.." panggilnya lagi.

Tangan lentik yang tertanam jarum infus itu bergerak, mata wanita merah itu perlahan mulai terbuka. Silau lampu namun sedikit buram mampu membutnya menyipitkan matanya. Bau obat-obatan menyeruak masuk ke dalam rongga hidungnya.

"Karin.. bangun sayang.."

"I-ibu."

Sontak Ibu Karin bangkit dari duduknya saat mendengar gumaman kecil yang berasal dari putri tunggalnya itu.

"Sayang kau sudah sadar?" Tanya Ibu Karin pada Karin yang kembali memejamkan matanya.

"A-aku dimana? Ibu tolong berikan kacamataku." Tanya Karin dengan suara kecilnya.

Ibu karin tersenyum, satu tetes air matanya jatuh kala mendengar suara putrinya lagi, "Kau berada di rumah Sakit sayang. Maaf tentang kacamatamu, ibu menemukan kacamatamu dalam keadaan rusak."

"B-bagaimana-"

"Sekretaris Saito menemukanmu pingsan di ruanganmu dua hari lalu."

Ibu Karin mengusap surai merah putrinya itu dengan lembut, satu kecupan dia berikan di dahi wanita merah berusia dua puluh tiga tahun itu. "Sebentar, Ibu akan memanggil dokter dulu."

Karin hanya menanggapi ucapn ibunya dengan berdehem kecil. Ibu Karin meninggalkan ruangan itu menyisakan Karin yang di temani bunyi alat patient monitor yang berada di sisinya.

Setetes liquid bening mengalir disudut matan wanita itu. Karin menangis tanpa suara ketika mengingat kejadian yang sangat menyakiti hatinya tempo hari.

"A-apa salahku Sasori-kun."

"Kenapa kau ingin membunuhku?"

<•••>

Di tempat lain, di ruangan yang penuh dengan berbagai peralatan untuk memasuk, Haruno Sakura tengah sibuk dan terlalu fokus mengolah bahan-bahan makanan.

Sampai wanita merah muda itu tidak sadar jika ada sosok laki-laki berdiri dibelakangnya. Tubuh wanita itu terlonjak saat sebuah tangan kekar melingkar diperutnya.

Sakura menghembuskan napasnya berusaha menetralkan detak jantungnya, "Kau mengangetkanku Sasuke-kun." Ucapnya melanjutkan pekerjaannya.

"Maaf." Ujar pria raven itu. "Kenapa kau memasak, hn? Aku bisa memesankan makanan untuk kita. Kau masih sakit Saki." Lanjutnya.

Haruno Sakura yang dipanggil dengan sebutan 'Saki' itu mendengus pelan, "Jangan panggil aku dengan sebutan itu." Ucapnya.

"Kenapa? Kau tidak suka? Aku banyak mendengar orang-orang memanggilmu Saki."

DISTANCE [SASUSAKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang