16

2.3K 173 2
                                    



Dua hari berlalu. Setelah Sakura dan Sasuke bercinta di sofa kecil yang ada di depan Flat milik wanita itu keduanya belum bertemu. Bahkan di kantor pun Sakura tidak pernah melihat batang hidung laki-laki itu.

Sasuke seolah menghilang dari dunia. Tapi, Sakura sedikit bersyukur setidaknya dia tidak perlu bertatap muka dengan Sasuke. Karena, jujur setelah malam itu dia malu, Sangat malu.

Malam itu setelah Sasuke melepaskan penyatuan mereka. Sakura segera memperbaiki pakaiannya dan langsung masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Sasuke sendirian diluar.

Selama dua hari ini juga ia merutuki dirinya sendiri. Dia menyesal karena menerima permintaan Sasuke. Tapi, dia juga tidak bisa berbohong jika dirinya sangat menikmati kegiatan mereka malam itu.

Setuhan Sasuke ditubuhnya, bagaimana cara Sasuke menciumnya dan menyentak kejantanan pria itu didalamnya bahkan masih terasa sampai sekarang.

"Cha! Kau sudah gila Haruno Sakura, kenapa memikirkan pria brengsek itu." Rutuknya sambil membenturkan kepalanya ke mesin photocopy.

"Hey! Haruno Sakura."

Panggilan itu membuat Sakura tersentak dan segera menegakkan tubuhnya, "YA? Ah, kupikir siapa." Kesalnya menatap laki-laki berbadan buntal yang merupakan rekan kerjanya.

"Ada apa denganmu?" Tanyanya.

"Ah, aku tidak apa-apa." Jawab Sakura.

Pria itu memandang Sakura dengan penuh selidik. Matanya bergerak memandang Sakura dari ujung kepala sampai ujung kaki kemudian dia mengangguk mengerti.

"Hey! K-kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Sakura.

Laki-laki itu hanya membalas dengan senyum tipis, "Tidak apa-apa. Aku duluan yaa." Pamit choji.

"Dasar aneh." Cibir Sakura.

<•••>

Duduk sendirian di cafetaria kantor menjadi rutinitas Sakura selama dua hari ini. Ino sahabatnya itu sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Sedangkan rekan divisinya yang lain makan siang di restoran seafood yang ada di dekat kantor. Sakura tidak ikut karena dia alergi makanan laut.

"Permisi boleh aku duduk disini?" Seorang pria yang tidak Sakura kenali.

Sakura ingin menolak tapi sepertinya semua tempat penuh dengan karyawan dan hanya dia yang duduk sendirian.

"Iya silahkan." Ucapnya mengiyakan.

Laki-laki bermata savir itu tersenyum lebar, "Terimakasih." Ujarnya kemudian mengambil tempat duduk di depan Sakura.

Sakura mengangguk dan tersenyum tipis kemudian melanjutkan acara makannya walaupun dia sedikit tidak nafsu makan.

"Kau bekerja disini?" Tanya Laki-laki itu membuka suara.

"Iya." Jawab Sakura singkat.

"Kau tidak mengingatku Haruno Sakura?"

Sakura mengangkat wajahnya. "Apa kita pernah bertemu?" Tanya Sakura bingung.

Laki-laki itu terkekeh. "Sudah kuduga kau tidak mengingatku, Dattebayo. Aku Uzumaki Naruto."

Sakura mengingat-ingat, "Uzumaki Naruto. Naruto."  Mata Sakura membola, "Astaga Naruto. Aku ingat, kau Uzumaki Naruto si pembuat onar itu?"

Naruto tertawa kemudian mengangguk. "Ayolah, jangan sebut aku si pembuat onar."

"Woah, maafkan aku. Sungguh aku benar-benar tidak mengenalimu. Penampilanmu bebar-benar berubah. Tidak seperti berandalan lagi." Ucap Sakura jujur.

Dia benar-benar tidak menyangka jika pria tegap bersurai kuning dan tampan dihadapannya ini adalah Uzumaki Naruto. Pemuda yang berpenampilan seperti berandalan dan juga si tukang buat onar di sekolahnya, saat SMA mereka berdua pernah sering beradu argumen karena Naruto yang sering membuat ribut di kelas dan Sakura benci keributan yang mengganggu kegiatan belajarnya.

DISTANCE [SASUSAKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang