Dream Boat 44

1.2K 206 3
                                    

Jennie duduk bergabung kembali, sementara teman-teman nya duduk di meja sebelah dekat meja jennie. Setelah menyapa ayah Jennie, mereka duduk menikmati makan siang nya dengan khidmat.

Dari kejauhan Jennie sudah melihat jiyong berjalan mendekat ke arahnya, dengan pakaian yang sudah rapi kembali.

"Kau dari mana saja?? Jennie sedari tadi disini, dan kau kelayapan.." ayah jiyong menatap anaknya lalu tersenyum ke arah Jennie.

"Mungkin ada urusan, jadi dia baru nyamperin.." ucap ayah jiyong, sementara Jennie mengangguk, dengan melipat kakinya nya di bawah meja.

"Jadi kapan kiranya pernikahan mereka??" Tuan Kim memulai obrolan.

"Secepat nya.." ucap ibu jiyong, sementara Jennie menatap jiyong dengan menaikkan alisnya.

"Gimana kalo kita putar saja video nya disini.." ucap rosé dengan suara keras sehingga jiyong mendengarnya. Pria itu mengepalkan tangannya kuat.

"Video apa??" Tanya tuan Kim melihat ke meja para gadis.

"Biasa paman, tontonan untuk tamu undangan.." Irene

"Oh, begitu, putar lah, biar nggak bosen-bosen amat.." ucap tuan Kim, sementara rosé langsung berdiri mengambil ponselnya.

"Aku mau perjodohan ini dibatalkan.." jiyong berucap. Mendengar itu rosé duduk kembali. Mereka tersenyum.

"Apa kau bilang? Batal, kenapa?? Kau juga suka sama Jennie kan?? Kenapa tiba-tiba, jangan buat malu ayah.." bisik ayah jiyong pada sang anak.

"Aku punya pacar, dan aku akan menikahinya. Tolong maafkan aku tuan Kim, perjodohan ini harus di batalkan, aku nggak mau hidup sama orang yang nggak aku cinta, pernikahan bagiku sekali seumur hidup.." ucap jiyong berdiri dan membungkuk 90° di hadapan orang tuanya dan ayah Jennie.

"Manis banget.." jisoo terkekeh mendengar ucapan jiyong.

"Mau makan apa kau sama cinta, jelas Jennie bisa segalanya, pewaris tunggal perusahaan Kim, hidupmu nggak akan susah.." bisik ayah jiyong lagi. Sementara jiyong memejamkan matanya kuat.

"Yasudah, mau gimana lagi, kalo itu memang yang terbaik, ya di batalkan saja, lagipula Jennie juga punya orang yang dia cintai, jiyong benar, menikah sekali seumur hidup, jadi kita harus menikah dengan orang yang benar-benar kita cintai.." tuan Kim berkata membuat rekan kerjanya diam. Mau menyela tapi tidak tau harus mengatakan apa.

Jennie tersenyum dan mengangguk lalu mengedipkan matanya Menatap teman-teman nya yang sangat bisa di andalkan itu.

Sejenak Jennie melihat jam di pergelangan tangannya lalu menatap sang ayah.

"Ayah, setengah jam lagi, ayah harus check up, jangan buat dokter Yeri menunggu.." ucap jennie mengingat kan.

"Ayo sayang,.." tuan Kim berdiri berjalan lebih dulu. Setelah berpamitan.

"Permisi paman, bibi,.." jennie membungkuk sopan lalu menghampiri teman-teman nya.

"Aku nganter ayah aku check up dulu, malam ini nginep di apartemen. Buat rayain kesuksesan hari ini girl.." Jennie memeluk mereka atau persatu, lalu pergi menyusul sang ayah yang sudah berada di dalam mobil.

"Semoga bibi udah beresin apartemen nya yah, semalem aku tuh mabuk banget, Wendi juga parah kalo mabuk.." Joy mengeluh dengan kekasihnya itu.

Apartemen yang tak jauh dari rumah sakit tempat ayah Jennie rutin check up. Rumah sakit internasional rumah sakit terbesar di Korea. Mereka sengaja membeli apartemen itu, dengan 3 kamar. 1 kamar utama yang super luas dengan 3 ranjang king size yang tergabung ranjang yang muat untuk mereka berlima, bahkan jika ber enam, ranjang itu masih lenggang. apartemen untuk mereka tinggali jika berkumpul bersama-sama. Atau ada acara tertentu

Dream Boat (JenLisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang