Bab 15

5.6K 465 4
                                    

Makasih atas 1rb vote ( ◜‿◝ )♡
Setelah sekian lama menunggu akhirnya 1rb juga, makasih ayang ayang ku( ˘ ³˘)♥

.

.

.

Orang-orang hanya diam disana.
Apalagi orang-orang yang bersama Philip, mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi disana.

"Semua Orc harus dibereskan sebelum matahari terbenam. Tidak ada ruang untuk pembagian tempat kerja" ucap Victoria.

Ana yang sedari tadi berdiri di dekat pohon hanya menghela nafasnya, akhirnya malah seperti ini.

Philip dibawa oleh Orc.

Saat Victoria hendak pergi, seseorang berteriak begitu keras.

"Bukankah yang mulia Philip adalah darah daging anda, yang mulia! Bagaimana mungkin anda membiarkan darah daging anda sendiri mati!"

"Beraninya kau berteriak seperti itu kepada yang mulia kaisar! Pangeran Philip sudah mati!"

"Mati??!!! Orc hanya kehilangan anaknya! Bukankah kau sudah tahu jika Orc yang kehilangan anaknya punya kebiasaan untuk menculik anak-anak dari ras lain untuk menggantikan anak mereka!!!?"

"Hey! Berhentilah bermimpi!! Inilah yang terjadi karena beliau berlari kearah Orc meskipun para pengawalan sudah menghentikannya. Karana perilaku bodoh putra mahkota, para kesatria yang menjadi pengawalnya harus kehilangan nyawa mereka!"

Ya, beberapa dari mereka yang bersama Philip tewas karena berusaha menyelematkan anak itu.

Terjadi perdebatan yang cukup alot.

"Berhenti" ucap Victoria.

Mereka semua langsung diam disana.

"Setelah beristirahat, kita akan berburu Orc lagi" ucap Victoria lalu pergi dari sana.

"Yang mulia!!!"

"Aku belum selesai! Jika kita membereskan semua Orc yang ada disini, kita bisa menemukan Philip." Ucap Victoria.

"Tapi yang mulia, itu akan membutuhkan waktu yang la-"

"Jika kita pergi begitu saja, kita hanya akan menerima serangan yang tidak terduga dan menderita lebih banyak kerugian. Aku akan memberi kalian waktu 10 menit. Jadi siapkan semuanya kembali" ucap Victoria lalu pergi dari sana.

"Baik!"

Victoria berjalan kearah Ana yang sedang berdiri di dekat pohon. Dia mendekat lalu mengelus pipinya.

"Apa kau terluka?" Ucap Victoria.

"Sama sekali tidak" ucap Ana.

Ana menutup wajahnya karena terpaan angin yang begitu kuat. Saat dia membuka matanya, terlihat Victoria yang sedikit merasa terganggu.

Wajahnya begitu berbeda.

"Victoria" ucap Ana.

"Hm?"

"Kau sudah membuat pilihan yang tepat meskipun itu menyakitkan" ucap Ana.

"Tentu saja" ucap Victoria.

Hening.

Mereka tidak berkata apapun lagi.

Sebagai manusia, dia selalu memandang dan menilai dunia berdasarkan standarnya. Tentu saja, Victoria pun seperti itu.

"Victoria, jika kau ingin menyelamatkan Philip, lakukanlah sesuka hatimu" ucap Ana.

Victoria yang sedang membersihkan pedangnya menatap Ana, dia terkekeh mendengar perkataan Ana tadi.

Selir Kesayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang