Bab 18

5.3K 432 5
                                    

Victoria menunggangi kuda sembari memeluk Ana didalam dekapannya. Dia harus kembali ke istana dan pergi ke menara sihir untuk menyelamatkan Ana.

"Bertahanlah, aku mohon" ucap Victoria.

Wajah Ana semakin pucat.
Membuat Victoria semakin cemas.

"Buka jalan!! Jangan menghalangi!" Teriak Chris saat mereka memasuki gerbang kota.

Orang-orang yang sedang berjalan itu sontak membuka jalan, kuda-kuda melesat dengan cepat. Membuat suasana menjadi riuh karena bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi sampai seperti ini.

Setelah sampai, dia turun dan berlari masuk kedalam. Dia berlari menaiki tangga melingkar yang sangat tinggi untuk sampai di lantai paling atas.

"Tristan! Cepat obati dia!" Ucap Victoria sembari terengah-engah.

Pria tua yang sedang duduk sembari membaca dokumen itu menatap Victoria yang menggendong Ana.

"Kenapa tidak membawanya ke dokter kerajaan? Ini menara sihir" ucap Tristan.

"Sihir asing masuk kedalam tubuhnya, di jantung" ucap Victoria.

Pria itu dengan cepat langsing berjalan kearahnya, dia menatap Ana yang sudah berkeringat dingin dengan bibir pucatnya.

"Baringkan dia" ucap Tristan.

Victoria berjalan kearah meja, Chris langsung mendorong semua buku berserta dokumen yang ada diatas meja sampai berhamburan di lantai.

"Sudah berapa lama?" Ucap Tristan.

"2 jam" ucap Victoria.

"2 jam!!? Kenapa kau tidak terbang kemari agar lebih cepat?!" Ucap Tristan.

Benar juga, Victoria lupa!!!!

"Cepat selamatkan dia" ucap Victoria.

"Golden hour nya sudah lewat, seharusnya kurang dari 60 menit dia harus ditangani tapi ini sudah 2 jam. Aku akan mengusahakannya, tapi hanya dia yang bisa memutuskan untuk bertahan atau pergi, mengerti?" Ucap Tristan.

Victoria meneguk ludahnya kasar.
Dia berlutut disamping Ana dan memegang tangannya yang mulai dingin itu.

Kenapa tidak Victoria sendiri yang mengangkat sihir asing itu? Jawabannya adalah karena kepala menara sihir saja yang tahu caranya, Victoria hanya bisa mengeluarkan yang ada diluar saja, bukan didalam.

"Ayo, nak. Kau bisa, lawan sihir itu" ucap Tristan.

Semuanya mendadak menjadi hening. Chris, Joe berserta Knight yang lain berdiri didekat pintu sembari dagdigdug ser menunggu.

Philip, anak itu baru sampai sembari membawa dephne. Dia mengelap keringatnya dan melihat jika Ana sedang diobati oleh Mage agung Tristan.

Matanya menatap Victoria yang bersimpuh disamping Ana sembari memegang tangannya.

Sebesar itulah ketakutan ayahnya kepada Ana? Apakah ayahnya juga seperti itu saat dia terluka?

Philip jadi penasaran.

"Tidak..."

Victoria menatap Tristan.
"Ada apa?"

"Aku kehilangan detak jantungnya"

.

.

.

Dia berjalan diatas rerumputan hijau yang sangat luas tak berujung, Ana tidak memakai alas kaki dan terus berjalan tanpa arah.

"Dimana?"

Tidak ada siapa-siapa disini.
Kenapa dia sendirian?

Ana duduk karena terlalu lelah berjalan, dia melihat sekelilingnya lagi. Tetap saja tidak ada seseorang yang ada disana, dia sendirian.

"Ini nirwana?"

Tunggu, dia mati?

"Heh! Kenapa aku mati lagi! Hey Tuhan! Kenapa kau selalu membuatku selalu mati! Sialan kau! Itu sangat sakit! Kenapa kau tidak merasakannya! Apa karena kau Tuhan, tidak ada yang bisa mencabut nyawamu! Tapi kau mencabut nyawa seseorang! Itu tidak adil!!!" Teriaknya.

"Hai"

Dia melihat kedepan, dimana ada seseorang yang mirip dengan "Ana".

"Kau..."

"Ya, ini aku, Ana"

Dia langsung berdiri dan menatapnya.

"Kenapa kau ada disini?"

"Tidak adil bukan? Kau masih hidup di dunia sedangkan aku sudah ada disini"

"Aku juga tidak mengerti kenapa jiwa kita bertukar"

"Itu sudah takdir. Lagipula aku tidak merasa marah, aku sangat senang karena bisa pergi tanpa merasakan sakit. Aku hanya ingin mengatakan padamu untuk menjaga kedua orangtuaku di dunia. Meskipun mereka tidak sadar jika Ana dihadapan mereka bukanlah Ana yang sebenarnya, aku ingin kau menjaga mereka"

"Aku sudah melakukanya, aku menjaga mereka. Kau tidak perlu khawatir"

Ana sebenarnya mengangguk.
"Kenapa kau ada disini? Kau belum bisa berada disini"

"Kenapa? Aku sudah mati"

"Karena masih ada seseorang yang belum merelakanmu pergi, Aluna. Dengarlah, dia menangis dengan kerasnya. Membuat telingaku sakit"

Huh?

Benar, ada suara.

Lepaskan aku! Jangan membawanya pergi!!!! Sialan! Aku akan memotong tangan kalian jika berani menyentuhnya!!!!!

"Dengar? Jika seseorang belum bisa merelakan orang yang mati, jiwanya tidak akan sampai di surga atau neraka. Mereka akan diam disini sampai orang itu merelakan"

"Karena itulah, kembali saja ke dunia"

"Bagaimana caranya? Aku sudah mati"

Ana... Sayangku... Jangan sekarang ya... Aku belum siap kehilanganmu... Jangan tinggalkan aku sekarang...
Aku tidak bisa....

"Aku meminta untuk mengembalikan jiwamu kembali ke dunia, dan 'dia' menyetujuinya"

"Dia?"

"Tuhan"

Perlahan, tubuhnya terbang.
Tersedot ke sebuah cahaya di langit.

"Ingat ucapan ku, jaga kedua orangtuaku. Jika mereka ada disini dalam waktu dekat, aku tidak akan mengampuni mu"

Aluna terkekeh disana.

"Baiklah, aku bersumpah"

"Ya, baik-baik disana. Jangan sampai kau juga kemari lagi dalam waktu dekat"

.

.

.

"Dia bangun!!!"

Ana membuka matanya perlahan.
Kenapa tubuhnya terasa ditarik-tarik?

"Astaga! Syukurlah! Terimakasih Tuhan!" Ucap Victoria.

Dia langsung memeluk Ana dengan erat. Sesekali mencium keningnya dan mengusap rambutnya dengan lembut.

Mata Ana menatap Philip yang sedang memegang tangannya dengan Dephne yang duduk diatas kepala Philip.

"Beraninya kau!" Teriak Philip sembari menangis.

"Syukurlah kau kembali, nak" ucap Tristan.

Ana diam disana.
Kenapa dia merasa senang sekarang? Saat dia melihat Victoria dan Philip, kenapa dia merasa bersyukur bisa hidup kembali?

"Ughh"

Dia duduk dan memeluk Victoria dan Philip disana. Ana menangis sesenggukan, entah kenapa dia melakukan itu tapi dia hanya ingin menangis sekarang.

.

.

.

TBC

Selir Kesayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang