Bab 50

3.7K 317 4
                                    

Ana duduk sembari memegang kepalanya yang pusing setelah mendengar kabar jika guru yang mengajar kedua putranya mati.

Karena kedua putranya juga.

Sudah beberapa kali kedua anak itu membunuh seseorang, meskipun alasan yang cukup masuk akal tapi tetap saja ini tidak benar.

"Sayang, rileks" ucap Victoria.

"Bagaimana bisa? Rumor buruk kembali bermunculan tentang Theo dan Matthew" ucap Ana.

"Aku akan berbicara kepada mereka. Jadi tenanglah, akan buruk jika kau terus seperti ini" ucap Victoria.

Lagi-lagi Ana menghela nafasnya.
Dia menyandarkan tubuhnya pada sofa dan mengelus perutnya yang sudah besar.

"Sifatmu dominan menurun kepada mereka. Itulah alasan sebenarnya kenapa kedua anak itu selalu seperti ini" ucap Ana.

"Mau bagaimana, masa harus memasukkan mereka kembali kedalam perutmu?" Ucap Victoria.

Ana tertawa mendengar itu.

Victoria mendekat dan menciumnya.
"Kau semakin cantik saat sedang hamil seperti ini. Sepertinya kau harus sering hamil, bukankah begitu?" Ucap Victoria.

Anjir lah.

"Aku sih ogah. Kau saja yang hamil jika seperti itu" ucap Ana.

"Tidak, kau saja yang hamil. Biar aku yang bekerja untuk prosesnya"

"Itu namanya kau hanya ingin enaknya saja!" Ucap Ana kesal.

Victoria berlutut didepan Ana, memeluk pinggang Ana. Kepalanya menyentuh perutnya dan terasa jika bayi yang ada didalam sana menendang padanya.

"Hehehe anakku sangat pintar" ucap Victoria senang.

Ana terkekeh melihat Victoria.
Sifat clingy yang jarang ditunjukkan Victoria terlihat ketika dia sedang hamil seperti ini.

Bahkan saat dia sedang mengandung Theo dan Matthew dulu, meskipun masa kehamilan itu cukup berat untuk Ana.

"Ibu?"

Mata mereka menatap kearah pintu. Theo dan Matthew berdiri didepan pintu sembari membawa bantal ditangan mereka.

"Ada apa sayang?" Ucap Ana.

"Bisakah kami tidur disini?" Ucap Theo.

"Tumben, kenapa?" Ucap Victoria.

Kedua anaknya ini mandiri.
Sejak kecil, mereka sudah tidur terpisah dari kedua orangtuanya. Baru kali ini mereka berdua meminta tidur bersama.

"Tidak boleh ya?" Ucap Matthew.

"Tidak! Kemarilah" ucap Ana.

Mereka berlari dengan lucu dan naik keatas kasur. Badan mereka sudah wangi, sebelumnya bau anyir.

"Yang mulia, anda ditunggu untuk hadir di ruang rapat sekarang juga"

Kali ini Victoria yang menghela nafasnya.

"Sepertinya aku akan lembur malam ini, jadi temani ibu kalian" ucap Victoria.

"Siap!"

Sebelum pergi, dia mencium satu-satu.

"Jadi, bisakah kita berbicara tentang kejadian tadi?" Ucap Ana.

"Ya, ibu" ucap Matthew.

Wajah Theo sudah badmood disana. Berbeda dengan Matthew yang santai dan tenang.

"Ibu mengerti alasan kalian melakukan itu, tapi tidak seharusnya kalian membunuh guru besar" ucap Ana.

"Tapi dia menghina ibu! Aku tidak terima!" Ucap Theo marah.

"Tetap saja sayang, perbuatan kalian salah dan tidak bisa dibenarkan hanya karena kalian adalah pangeran" ucap Ana.

"Tet—"

"Jangan membantahku Mattheo" potong Ana.

"Ibu!" Teriak Theo.

"Matheo!!!!!" Teriak Matthew marah.

"Apa?!!" Teriak balik Theo.

"Jangan berteriak kepada ibu!" Ucap Matthew dengan nada datarnya.

Matthew berdiri didepan Theo sembari terus menatap lurus wajah Theo, sama juga dengan Theo yang melakukan itu pada Matthew.

"Hentikan, kalian berdua" ucap Ana.

"Turunkan matamu, Matthew" ucap Theo.

"Kau yang turunkan matamu" ucap Matthew.

"Aku lebih dua darimu"

"Hanya beda 5 menit saja"

Ana berdiri dan memisahkan mereka berdua. Dia menarik kedua putranya untuk duduk bersamanya.

"Hentikan, kepala ibu pusing melihat kalian bertengkar seperti ini" ucap Ana.

"Apakah ibu baik-baik saja?" Ucap Matthew.

"Aku akan memanggil dokter" ucap Theo.

Saat Theo akan membuka pintu, langkahnya terhenti.

"Ada apa?" Ucap Ana.

Theo mundur secara perlahan.
Dia menarik pedang yang tersimpan rapi didekat kasur.

"Matthew, bawa ibu ke tempat aman" ucap Theo.

Mata Theo terus menatap pintu.
Matthew pun sadar dengan ucapan saudara kembarnya itu.

"Ayo ibu" ucap Matthew.

Sebelum mereka melangkah, beberapa orang masuk kedalam. Dengan pakaian serba hitam dan penutup kepala.

"Beruntung sekali, ketiganya ada disini"

"Kita tidak perlu mencari-cari"

"Bunuh mereka"

Theo pasang badan didepan.
"Tidak semudah itu"

.

.

.

TBC

Selir Kesayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang