Bab 19

5K 409 3
                                    

Setelah kejadian itu, Ana melakukan istirahat total selama 2 minggu. Benar-benar istirahat total karena dia tidak bisa melakukan apa-apa selama itu, Victoria selalu melarangnya melakukan apapun.

Dan untungnya lagi, Victoria tidak bertanya apapun tentang sihir yang dikeluarkannya waktu itu.

Jika iya, maka mati dia.

"Ayolah! Aku ini sudah sembuh!" Ucap Ana frustasi.

Ana menoleh kearah jendela yang terbuka sangat lebar itu, bukankah dia sekarang butuh udara segar?

"Skill memanjatku masih bagus kan?" Ucap Ana.

Dia tersenyum dan berdiri.
Dia akan pergi sebentar dan kembali lagi sebelum Victoria datang.

Setelah turun, dia berjalan-jalan mengendap-endap menghindari penjaga yang ada disana. Tidak lucu dia langsung ketahuan kan?

Tempat tujuannya adalah taman utama, yang pemandangannya sangat bagus dan bagus untuk kesehatan mental.

"Akhirnya!" Ucap Ana.

Dia duduk di belakang pohon besar yang menghadap langsung ke danau buatan yang ada disana.

"Kau ini bagaimana! Seharusnya kau mendapatkan peringkat pertama! Kau itu adalah seorang pangeran! Mana mungkin kau kalah oleh anak dari seorang Duke? Itu memalukan!"

Ana mengintip kebelakang, Sophia melemparkan kertas ke wajah Philip. Wanita itu terlihat sangat marah, terlihat dari wajahnya yang memerah.

"Ibu membesarkan mu untuk menjadi yang terbaik! Jangan sampai apa yang selama ini ibu lakukan untukmu sia-sia, Philip! Ibu mempertaruhkan semuanya untukmu!"

Philip hanya diam saja.

"Temui aku di tempat biasa setelah ini. Kau harus belajar lagi, aku harus menjadi sempurna jika ingin menjadi seorang kaisar"

Sophia langsung pergi dari sana.

"Ck, ibu berkata seolah-olah tahu segalanya saja" ucap Philip kesal.

Philip tiduran diatas rumput hijau itu sembari menikmati semilir angin.

Ana tersenyum dan berjalan kearah Philip, dia berhenti dihadapan kepala Philip dan menutupi wajah Philip dengan bayangannya.

Anak itu membuka matanya.

"Kau! Bagaimana kau bisa ada disini!" Ucap Philip kaget.

Philip langsung duduk sembari menatap Ana kesal. Sementara Ana hanya tertawa melihat reaksi Philip yang terlihat lucu.

"Kau bahkan tidak sadar saat aku mendekat, apakah suara langkah kakiku tidak terdengar?" Ucap Ana.

"Ck, kenapa kau kemari? Yang mulia akan menghukum maid jika dia tahu kau tidak ada didalam kamarnya" ucap Philip.

"Peringkat mu turun lagi?" Ucap Ana.

"Itu bukan urusan budak sepertimu" ucap Philip.

"Hey, ini sangat penting karena aku khawatir padamu" ucap Ana.

Philip terkekeh pelan.
"Khawatir? Tidak perlu. Aku tidak butuh itu"

Lihat anak ini, masih belum berubah!

"Kau iri padaku?" Ucap Ana.

Philip menatap Ana.
"Omong kosong apa itu" ucap Philip.

"Kau begitu membenciku karena dekat dengan ayahmu, itulah alasannya bukan?" Ucap Ana.

"Ya. Aku cemburu padamu" ucap Philip.

Ana diam, dia hanya ingin mendengarkan apa yang selama ini ada didalam pikiran Philip. Dia juga merasa tidak enak pada anak ini, dia mengambil terlalu banyak perhatian Victoria.

"Kau bisa sedekat itu dengannya, sedangkan aku yang anaknya saja tidak bisa. Kau bisa makan bersama, bercanda dan mengobrol. Yang paling utama, kasih sayang. Aku iri" ucap Philip.

"Aku bisa pergi" ucap Ana.

Philip terkekeh lagi.
"Tidak mungkin. Yang mulia pasti akan mengamuk jika itu terjadi, dia juga pasti langsung tahu jika kepergian mu berhubungan denganku"

"Orang-orang mengira jika aku hidup dengan layak dan pantas. Tapi kelebihan itu tidak bisa menyembuhkan luka di hatiku. Aku adalah pangeran, putra satu-satunya yang sepertinya tidak diinginkan oleh ayahku sendiri"

"Semenjak kecil, aku selalu dituntut untuk menjadi seorang yang sempurna. Mengikuti aturan dan etika kerajaan. Mereka merenggut masa kecil ku. Ayah tidak pernah datang untuk menanyakan apa kabarmu, apakah kau sudah makan atau bagaimana harimu. Itu tidak pernah. Kami hanya saling diam dan tidak pernah berbicara satu sama lain. Ibu mengatakan jika ayah hanya sedang lelah tapi aku pikir tidak. Setelah beranjak dewasa, aku mengerti semuanya"

Ana menoleh kearah Philip.

"Karena aku putra yang lahir dari rahim musuhnya, orang yang akan mengancam jajaran kekaisaran jika aku benar-benar menjadi kaisar. Awalnya aku tidak masalah dengan sikapnya tapi setelah kau datang, aku iri dengan semua yang kau dapatkan. Kau hanya seorang budak, bisa mendapatkan itu dari kaisar tapi aku? Seorang pangeran dan anaknya saja tidak bisa mendapatkan itu"

"Aku dipukul karena mendapatkan nilai yang buruk. Diabaikan karena tidak terlalu pandai belajar. Dikurung karena selalu membuat masalah, padahal aku anaknya. Dia memperlakukanku seperti angin. Aku hanya ingin perhatiannya. Aku hanya ingin dia memperhatikan ku, itu saja" ucap Philip.

Anak itu menghela nafasnya.
Philip menatap langit yanh biru itu.

"Begitu banyak rumah di dunia ini, tapi kenapa aku tidak bisa mendapatkannya?" Ucap Philip.

Begitu mendengar ucapan Philip, dia jadi teringat akan sesuatu.

Jika seorang anak sudah terbiasa menerima tekanan batin dan mental sejak dini, serta dan dipaksa dewasa oleh keadaan, dia mudah tersinggung dan sensitif.

"Ana"

Mereka berdua menoleh kebelakang. Ada Victoria yang sudah berjalan kearah mereka dengan napas tersengal-sengal.

Seperti sudah berlari.

"Ah, hai" ucap Ana canggung.

Dia ketahuan.

.

.

.

TBC

Selir Kesayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang