Bab 34

4.3K 339 22
                                    

Terjadi kegaduhan di istana akibat kejadian kemarin. Beberapa pejabat selalu berdatangan ke ruang kerja Victoria untuk membahasnya.

Sophia berjalan cepat kearah Ana yang sedang duduk di taman sembari menyirami tanaman didepannya.

"Kau!"

Ana ditarik hingga dia berdiri.
Kerah bajunya diremas, Sophia begitu marah menatapnya.

"Gara-gara kau! Istana begitu kacau!"

"Apa-apaan kau ini, datang-datang"

Ana melepaskan tangan Sophia.
Dia membawa alat siram dan menaruhnya dengan benar. Setelah itu dia berdiri didepan Sophia.

"Aku sudah berusaha berbicara padanya, tapi dia sangat keras kepala. Jika seperti itu, aku harus bagaimana?" Ucap Ana.

"Seharusnya kau terus membujuknya! Lihat keadaan istana sekarang! Kerajaan lain juga akan datang untuk membicarakan hal itu! Kau membuat nama kerajaan tercoreng!"

Dia harus bicara apa sekarang?

"Aku sudah membiarkan kau mengambil yang mulia tapi tidak akan aku biarkan kau membuat martabat istana menjadi tercoreng hanya karena kau! Tidak akan! Kerja kerasku selama bertahun-tahun menjaga nama baik istana langsung sia-sia karena kau!"

Sophia begitu menggebu-gebu.
Wajar, selama ini Sophia adalah wajah kedua istana setelah Victoria. Dia selalu menjaga dan membuat Marloux begitu dipandang baik oleh orang-orang.

"Aku akan menyelesaikannya" ucap Ana.

"Ya, seharusnya begitu! Jangan sampai aku turun tangan untuk mengurus masalah ini. Jika itu terjadi, kau juga yang akan tersingkir" ucap Sophia lalu pergi.

Ana membersihkan pakaiannya dan berjalan kearah ruangan Victoria. Tapi dari kejauhan, dia melihat beberapa orang masuk kedalam sana.

Karena penasaran, dia menghilangkan dirinya. Membuat tubuhnya menjadi transparan dan tidak terlihat oleh orang-orang.

Terlihat Victoria sudah lelah disana.

"Yang mulia, mohon untuk mempertimbangkan kembali keputusan anda untuk menikahi nona Ana"

"Benar yang mulia. Keputusan anda sangat berpengaruh besar terhadap kerajaan dan rakyat"

Itt yang ada dibelakang Victoria juga terlihat sama kelelahan. Sepertinya banyak orang yang sudah menghadap Victoria hari ini.

"Yang mulia sedang kelelahan. Kalian bisa kembali di lain waktu" ucap Itt.

"Heh. Kau adalah kepala negara. Seharusnya kau memikirkan dampak yang akan terjadi dari keputusanmu, yang mulia"

Orang-orang itu keluar.

Ana terdiam di pintu.
Dia sudah menduga jika masalah ini akan semakin membesar.

Victoria menatap kearahnya, membuat Ana terkejut. Apakah Victoria menyadari keberadaannya? Dengan cepat dia berlari keluar dan mengikuti orang-orang tadi.

"Ini tidak bisa dibiarkan"

"Benar. Apa kata kerajaan lain? Kerajaan kita akan dicemooh! Itu tidak bisa terjadi!"

"Yang mulia telah menghina leluhur dengan menikahi seorang budak. Itu tidak bisa terjadi, kita harus menghentikannya"

"Bagaimana caranya?"

"Kudeta"

Mereka berhenti berjalan.
"Kau serius? Itu terlalu berlebihan"

"Apakah ada jalan keluar lain? Kita tidak bisa berbuat apapun selain melakukan kudeta padanya. Aku akan mengumpulkan pejabat lainnya untuk ini"

Kudeta?
Itu sangat berbahaya.

Ana mengembalikan wujudnya.
Dia langsung berlari menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras.

Dia harus melakukan sesuatu.

Haruskah dia pergi?

"Ana? Kau didalam?" Ucap Rey.

"Ah, ya. Ada apa?" Ucap Ana.

"Aku ingin mengantarkan makanan" ucap Rey.

Ana membuka pintu.
Terlihat Rey mendorong troli berisi makanan masuk kedalam.

"Apa kau baik-baik saja?" Ucap Rey khawatir.

"Ap—"

Bruk.

Ana ambruk.

.

.

.

Matanya perlahan terbuka.

Ana melihat seorang dokter dan Rey yang berdiri disampingnya dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir.

"Kau baik-baik saja? Apakah ada yang terasa sakit?" Ucap Rey.

"Ada apa denganku, Rey?" Ucap Ana.

"Kau pingsan tadi" ucap Rey.

Pingsan? Bagaimana bisa?
Dia jarang sekali pingsan.

"Bagaimana kondisinya, dokter?" Ucap Rey.

Dokter wanita itu tersenyum.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya normal. Kau hanya terlalu banyak pikiran hingga stres. Sebelumnya apakah kau selalu mual akhir-akhir ini?"

Ana mengerutkan keningnya.
"Ya. Saat bangun tidur atau saat aku mencium aroma tertentu" ucap Ana.

Dokter itu menganggukkan kepalanya.

"Itu sangat wajah di awal kehamilan"

Hah?

"Apa maksudmu..." Ucap Ana.

"Kau sedang hamil. Usianya sudah 3 minggu"

Ana menatap Rey kaget.
Sama halnya dengan anak itu.

"Aku akan memberitahu kaisar tentang kabar ini"

Saat dokter itu akan pergi, Ana menariknya. Dia langsung memegang wajah dokter itu dan melakukan sihir padanya.

Penghilang ingatan.

"Aku hanya kelelahan. Mengerti?" Ucap Ana.

Dokter itu menatap kosong padanya.
"Ya, kau hanya kelelahan"

"Kau bisa pergi, dokter. Terimakasih"

"Aku akan pergi sekarang, nona"

Setelah dokter keluar, Ana menarik Rey.

"Bersumpah lah kau tidak akan mengatakan hal ini kepada siapapun"

"T-tapi kenapa?"

"Istana sedang panas sekarang, jika kabar ini tersebar, semuanya akan tambah rumit"

"Tapi tidak seharusnya kita menyembunyikan hal ini"

Ana menaruh tangan Rey diatas kepalanya. Itu sangat sakral.
Rey terkejut dengan tindakan Ana.

"Bersumpah lah" ucap Ana.

"B-baiklah"

Ana menganggukkan kepalanya.
"Sekarang kau bisa pergi, aku ingin beristirahat" ucap Ana.

Ana menutup kedua matanya.
Dia memukul kasur dengan tenaga penuh, berteriak dalam diam.

Kenapa dia harus hamil?

.

.

.

TBC

Selir Kesayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang