Bab 45

3.5K 303 22
                                    

Istana sedang gaduh sekarang.

Kabar tentang tewasnya Victoria menggemparkan seluruh kota. Mereka tidak percaya jika sang master pedang dan kaisar mereka tewas.

Ana duduk di singgasana miliknya.

Para pejabat sedang berdebat dengan evakuasi rakyat dan keluarga mereka sendiri.

"Rakyat harus diutamakan! Kenapa kalian begitu keras kepala!"

"Hey! Kami sudah mengabdi pada istana selama puluhan tahun! Sudah seharusnya keluarga kami yang lebih dulu dievakuasi!"

"Kau tidak sepenuhnya mengabdikan dirimu pada istana jika kau mengatakan itu, menteri" ucap Ana.

Mereka semua menatap Ana.

"Permaisuri, anda harus pergi ke tempat yang aman. Musuh akan segera sampai untuk mengambil alih kerajaan"

"Berapa banyak prajurit yang ada disini?" Ucap Ana.

"Kenapa anda menanyakan itu?"

"Jawab saja"

"Sekitar seribu orang"

"Itu cukup untuk mempertahankan kota" ucap Ana.

Mereka semua saling bertatapan.
Maksudnya mempertahankan kota bagaimana?

"Permaisuri, yang anda kat-"

"Kita akan melawan" ucap Ana.

"Itu terlalu beresiko, permaisuri. Apalagi anda sedang mengandung"

Ana berdiri.

"Ini adalah keputusan yang seharusnya aku ambil sebagai orang kedua setelah kaisar. Segera evakuasi rakyat dengan cepat, turunkan mage agar pemindahannya lebih cepat" ucap Ana.

Mereka semua terdiam.
Membuat Ana mengerutkan keningnya.

"Apa yang kalian tunggu?" Ucap Ana.

"Kami pikir sudah seharusnya kita mengungsi ke kerajaan tetangga, permaisuri. Ivory membawa lebih dari 10 ribu pasukan, kita akan kalah dengan seribu pasukan"

Mendengar itu, Ana tertawa.
Sangat kencang.

"Kalian takut?" Ucap Ana.

"Ti-"

"Kalian memang takut!" Teriak Ana.

Dia menatap semua orang yang ada disana. Dia begitu kesal dengan sikap semua orang yang mementingkan diri mereka tanpa memikirkan kerajaan yang sudah mereka abdikan.

"Untuk apa kalian mengabdikan diri selama puluhan tahun jika seperti ini saja tidak bisa! Aku tidak percaya jika kalian semua hanya mementingkan diri sendiri daripada kerajaan. Dimana sumpah yang telah kalian ucapkan saat pertama kali masuk kedalam istana!?"

Ana menarik pedang yang ada disamping singgasana Victoria.

"Aku, permaisuri Marloux tidak sudi jika mereka menginjakkan kaki di tanah kerajaan kita! Tidak akan aku biarkan mereka mengambil alih kerajaan! Tidak akan!!!"

"Lebih baik aku mati saat berjuang mempertahankan kota daripada lari seperti pengecut! Victoria akan bangga karena aku sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan!"

Ana turun dari singgasana.

"Jika kalian ingin membantuku, akan aku terima dengan senang hati. Jika tidak, bersembunyi lah di lubang tikus seperti pengecut" ucap Ana.

Dia langsung pergi dari aula.

Orang-orang berdiskusi disana.
Mereka berbicara untuk ikut atau tidak. Beberapa orang pergi menyusul Ana untuk bertarung, sementara beberapa orang lainnya tinggal.

.

.

.

Ana menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan.

"Nak, kita harus berjuang bersama oke? Tolong jangan keluar lebih cepat, delay sampai semua ini berakhir. Mengerti?" Ucap Ana sembari mengelus perutnya.

"Aku sudah siap!" Ucap Rey.

Ana tersenyum.
"Kau seharusnya pergi bersama para pengungsi, Rey. Philip tidak akan mengampuni ku jika kau terluka apalagi mati" ucap Ana.

"Jika aku pergi, sama saja aku adalah seorang pengecut. Aku dibawa kesini dan mendapatkan hidup yang lebih baik. Aku akan berjuang untuk kerajaan, meskipun harus mati sekalipun"

Ana tersenyum dan menggusak rambut Rey yang lembut itu.

Dia berjalan keluar, dimana orang-orang sudah menunggunya. Mereka akan ikut berperang bersamanya.

"Apakah pasukan sudah siap?" Ucap Ana.

"Semuanya sudah menunggu didepan, permaisuri"

Ana menganggukkan kepalanya.

Saat keluar, terlihat asap dari kejauhan. Dimana pasukan musuh sudah semakin dekat dengan kota. Orang-orang itu menjarah desa-desa yang dilewati dan membakarnya.

Biadab sekali.

Saat Ana keluar, semua orang langsung bersorak. Prajurit dan rakyat. Mereka bangga melihat bagaimana gagahnya permaisuri mereka sekarang.

Ana turun untuk memberikan beberapa kata untuk orang-orang.

"Meskipun kaisar sudah tiada, perjuangannya harus dilanjutkan oleh kita semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meskipun kaisar sudah tiada, perjuangannya harus dilanjutkan oleh kita semua. Jangan sampai kerajaan jatuh ke tangan musuh! Jangan biarkan mereka menginjakkan kaki di istana kita!!!!"

"Yeah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

"Orang tidak akan menangis setelah kematian kita! Mereka akan mengingat dan menghormati kita!!"

Orang-orang bersemangat sekarang.

"Beri pelajaran pada musuh!"

"Kita jaga tanah kelahiran kita!"

"Kita akan menang!!!!!!"

"Hidup kerajaan Marloux!"

"Hidup kerajaan Marloux!"

Ana tersenyum mendengar itu.
Dia turun dan naik kuda yang sudah disiapkan.

Para rakyat yang masih menunggu untuk dievakuasi terus mengatakan doa untuknya.

Mereka terus berkata jika mereka bangga memiliki permaisuri seperti dirinya, itu membuat Ana tersentuh. Untuk pertama kalinya, semua orang merasa bangga padanya.

"Aku serahkan evakuasi rakyat padamu, Tristan. Usahakan secepat mungkin, jika kemungkinan buruk terjadi, kota sudah kosong" ucap Ana.

"Baik, serahkan semuanya padaku"

Mereka pergi, untuk menahan pasukan Ivory agar tidak mendekati kota pertahanan Marloux.

.

.

.

TBC

Selir Kesayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang