Bab 25

4.9K 356 3
                                    

Sophia dan Duke Fidel sedang duduk di taman milik ratu Sophia.

"Philip sudah mulai memberontak" ucap Duke Fidel.

"Apa yang harus kita lakukan?" Ucap Sophia.

"Gencatan senjata dengan kerajaan Ivory berjalan dengan lancar. Padahal itu adalah kesempatan ayah untuk bisa mengambil alih kekuasaan istana" ucap Duke Fidel.

Sophia berpikir.

"Pesta perjamuan dengan kerajaan Ivory sudah dekat bukan?" Ucap Sophia.

Duke Fidel menatap Sophia.
Pria tua itu tersenyum dan tertawa terbahak-bahak disana.

"Kau sangat pintar! Aku memikirkan sesuatu sekarang" ucap Duke Fidel.

"Apa itu?" Ucap Sophia.

Ayahnya itu tidak menjawab dan hanya tersenyum penuh arti kepada Sophia.

.

.

.

Ana dan Rey sedang berada di dalam dapur, mereka berkutat membuat sesuatu disana.

"Tidak, Rey. Gulanya terlalu banyak. Philip tidak terlalu suka makanan manis seperti ayahnya" ucap Ana.

"Begitukah? Baiklah, aku akan mengingatnya" ucap Rey.

Ana tersenyum.
Dia merangkul bahu Rey.

"Hey, aku lihat ada sesuatu diantara kalian. Jadi bisakah kau memberitahuku?" Ucap Ana.

Rey terkejut mendengar itu.

"Apa yang kau katakan? Tidak ada apapun diantara aku dan pangeran" ucap Rey.

"Ey, ayolah jangan malu-malu" ucap Ana.

"Lalu apa yang terjadi antara kau dan yang mulia kaisar?" Ucap Rey.

Sialan, bocah ini membalasnya.

Ana melepaskan rangkulannya dan berdehem beberapa kali.

"Karena kau tidak menjawab. Aku juga tidak akan menjawab" ucap Ana.

"Aku sudah menjawabnya, tidak ada sesuatu diantara aku dan pangeran. Itu adalah jawabanku" ucap Rey.

Ah, bocah ini cerdas.
Dia kalah sekarang.

"Nona, silahkan kembali. Yang mulia sudah kembali dari luar"

Apa? Secepat itu?

"Baiklah, Rey. Ayo kita kabur dari sini sebelum dia menemukan kita ada disini" ucap Ana.

Victoria dan Philip pergi untuk memantau pembangunan benteng baru. Tidak jauh tapi cukup memakan waktu.

"Aku akan menyiapkan makanan untuk pangeran" ucap Rey.

"Baiklah, sana" ucap Ana.

Ana berjalan sendirian dan berjalan kearah kamarnya, maksudnya kamar Victoria.

Sebenarnya dia ingin pindah kamar, pisah kamar dengan Victoria tapi dia yakin idenya akan langsung ditolak mentah-mentah oleh Victoria.

Saat masuk kedalam, tangannya ditarik.

"Kenapa kau lama sekali?" Ucap Victoria.

Ana menatap Victoria.
Dia langsung memukul wanita itu.

"Dasar sialan! Kau membuatku kaget!" Ucap Ana.

Victoria terkekeh dan menggendongnya.

"Maafkan aku" ucapnya sembari mencium wajahnya.

"Kau bau, aku tidak suka" ucap Ana.

Victoria mengerutkan keningnya.
Dia menurunkan Ana dan mencium bajunya, memang agak buruk karena dia berkuda dibawah terik sinar matahari.

"Benar, ini menjijikkan. Jadi ayo" ucap Victoria sembari menariknya.

"Kemana kau akan membawaku?" Ucap Ana.

"Bukankah kau menyebutkan aku bau? Tentu saja aku akan mandi" ucap Victoria.

"Lalu kenapa kau menyeret ku masuk kedalam sini?!" Ucap Ana kesal.

"Tentu saja untuk membantuku mandi, Ana sayang" ucap Victoria.

Heleh, apakah dia tidak punya tangan?

Kolam pemandian ada disamping kamar Victoria. Setelah membuka baju, dia masuk kedalam kolam itu. Ana membawa sabun dan beberapa wewangian kearah Victoria.

"Aku sudah berbicara dengan Philip" ucap Victoria.

"Soal?" Ucap Ana sembari menggosok punggung Victoria.

"Pernikahan kita" ucap Victoria.

Seketika Ana mengentikan tangannya. Pernikahan? Maksudnya untuk dirinya dan Victoria?

"Kenapa berhenti?" Ucap Victoria.

Ana tersadar dari lamunannya.
"Kau yakin akan menikahi ku?" Ucap Ana.

"Tentu saja. Philip berkata jika dia setuju asalkan ibunya tidak akan digeser dari posisi Ratu" ucap Victoria.

Hm, Philip...

"Memang aku akan menjadi selir jika menikah denganmu" ucap Ana sembari terkekeh.

"Kata siapa? Aku akan menjadikanmu permaisuri ku" ucap Victoria.

Ana melotot mendengar itu.
Refleks dia langsung memukul punggung Victoria cukup keras.

"Kau gila! Bagaimana bisa kau melakukan itu!" Ucap Ana.

"Tenanglah, itu sangat menyakitkan. Tentu saja aku bisa melakukannya, aku adalah kaisar nya" ucap Victoria.

Victoria berkata seenak jidat saja.

"Hey, aku adalah seorang budak. Dan kau adalah seorang bangsawan yang sangat tinggi, kaisar. Bagaimana bisa budak sepertiku menjadi permaisuri? Seharusnya Sophia yang naik ke posisi itu. Bagaimana respon rakyat dan petinggi kerajaan setelah mengetahui hal ini? Kerajaan lain juga? Mereka akan mengolok-olok mu dan kerajaan Marloux karena memiliki permaisuri seorang budak. Kau tidak memikirkan itu?" Ucap Ana.

Victoria diam sebentar.

Ana menunggu jawaban Victoria.
Tapi wanita itu malah menariknya sehingga dia masuk kedalam kolam. Dengan cepat Ana meraih bahu Victoria.

"Hey!!!!!" Teriak Ana kesal.

Wanita itu malah tertawa melihat wajah marahnya. Membuat Ana semakin marah disana.

Saat dia akan pergi, Victoria menariknya dan memeluknya dari belakang.

"Jangan marah, kau seperti babi jika sedang marah" ucap Victoria.

"Ucapanmu membuatku semakin seperti babi, sialan" ucap Ana.

"Baiklah baiklah, maafkan aku" ucap Victoria.

Ana tidak menjawab.
Mereka hanya diam beberapa menit.

"Aku dengar akan ada pesta perjamuan sebentar lagi" ucap Ana.

"Ya. Marloux akan mengadakan pesta perjamuan dengan kerajaan Ivory untuk memperkuat gencatan senjata yang dilakukan" ucap Victoria.

Tunggu...
Ivory katanya?

.

.

.

TBC

Selir Kesayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang