44. Keluar Tanduk

476 85 6
                                    

Setelah hampir setiap hari belajar, Yura akhirnya mulai mahir mencuci dan menyetrika. Setiap hari ia mencicil pekerjaan itu sedikit demi sedikit supaya tidak lagi membebani Robi. Semisal kemarin ia sudah mencuci sprei, hari ini ia akan mencuci gorden dan beberapa baju. Ia pun sudah belajar dari Bik Lastri bagaimana cara membersihkan noda membandel di baju dengan bahan yang murah dan mudah ditemukan, seperti asam, lemon, garam, atau sabun batangan.

Ia menikmati perannya sebagai istri yang hanya berada di rumah. Karena dengan begitu ia bisa mengurus segala kebutuhan suaminya dengan lebih baik. Sungguh, ia tak bisa menjelaskan dengan kata-kata betapa peran sebagai ibu rumah tangga itu membuatnya merasa berharga dan membanggakan.

Hanya saja ada satu hal, kebiasaan, yang sepertinya sulit untuk ia ubah. Ia terbiasa mengerjakan segala sesuatu harus sempurna tanpa cela. Seperti saat menyetrika baju, ia melakukannya sampai baju itu betul-betul licin dan tidak ada satu kerutan atau kusut sedikit pun. Hampir semua baju dan main ia perlakukan seperti itu, membuat Robi protes karena terkadang ia menghabiskan waktu seharian penuh untuk menyetrika.

"Kagak usah licin-licin, Beb."

"Ya, gimana, Bi?"

"Sewajarnya aja. Masak baju buat ngangkut karung aja kau licinin begini? Semut aja kepleset kalau lewat."

Yura tersenyum. "Nggak apa-apa. Meski suamiku hanya seorang kuli atau PKJR, aku suka dia selalu rapi. Lagipula, aku nggak da kerjanya di rumah, Bi. Kan bosan."

Selain mengurus pakaiannya dengan sangat baik, Yura juga selalu mengomel ketika rambutnya mulai panjang atau ia lupa mencuci wajah sebelum tidur. Bahkan terkadang ketika ia sudah sangat mengantuk dan tertidur, istrinya itu tetap memaksa membersihkan wajahnya. Dia akan membawa handuk kecil dan air ke kamar, lalu membersihkan wajah dan kakinya. Setelah itu, Yura akan memakaikan krim malam murahan juga untuknya. Kelly, tau Kelly, kan, yang harganya lima ribu rupiah saja untuk kemasan kecil, sementara sabun wajahnya hanya kisaran lima belas ribu saja.

Awalnya ia ragu ketika Yura meminta dibelikan dua merk jadul dan murahan itu, tapi ketika Yura meyakinkan bahwa produk itu, meski murah, aman dan sudah BPOM, ia pun menurutinya. Lagipula, Yura juga sudah menunjukkan video review mengenai produk itu dari salah seorang dokter yang dulu klinik kecantikannya menjadi langganan Yura dan keluarganya setiap bulan.

Tak jarang pula, Yura juga memijat kakinya dan merapikan kukunya yang juga mulai panjang. Istrinya itu selalu berkata, yang membuat orang terlihat jelek bukan karena wajahnya memang benar-benar jelek, tetapi karena malas merawat diri. Termasuk baju. Meski baju murahan, tetapi ketika dicuci bersih dan disetrika dengan rapi pasti terlihat pantas dan menimbulkan kesan mahal.

Itu memang benar. Beberapa kawan Robi bertanya di mana Robi membeli baju-bajunya termasuk harganya. Dan mereka tak pernah percaya saat ia menjawab semua pakaiannya hanya beli bekas dari barang import yang banyak dijual di pasar. Yura yang memilihkan baju untuknya, mencuci, dan membuat baju itu terlihat pantas ia kenakan. Istrinya itu pandai memadupadankan warna dan model hingga penampilan Robi terlihat makin menawan.

Robi tak bisa lagi melarang istrinya meski ia tetap menekankan agar Yura memiliki waktu istirahat yang cukup. Namun, dengan semua bajunya terlihat bersih dan selalu rapi, ia menjadi kurang nyaman karena menjadi perhatian. Orang-orang yang dulu tak pernah meliriknya, sekarang mulai sok kenal sok dekat padanya. Seperti pemilik warung makan di dalam pasar atau Mbak-mbak yang suka belanja di gudangnya mulai menggoda dan mengajaknya bicara.

"Dia sudah beristri." Begitu kawannya selalu memperingatkan Mbak Semlohe, begitu panggilan orang-orang di pasar untuk penjual nasi di pasar yang selalu menggodanya dengan nada genit itu.

"Hilih! Istrinya, kan, di rumah. Nggak bakal tau juga." Pemikik warung nasi itu rupanya sudah mendengar rumor mengenai istri Robi yang tidak bisa cebok sendiri hingga merasa percaya diri untuk mendekati Robi. Menurutnya wanita semacam itu pastilah jelek, jorok, dan bau. Huh! Bodoh saja Robi mau menikah dengan wanita semacam itu.

Antidotum (Cinta Manusia Biasa 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang