51. Puyeng

465 71 23
                                    

Robi berangkat ke bengkel dengan pakaian seadanya, celana jeans yang sudah robek di bagian lutut dan kaus tanpa lengan. Ia pikir pekerjaannya hampir sama dengan saat ia menjadi kuli panggul di pasar atau saat berjaga di Jurang Akhir, kerja kasar dan kotor. Namun, saat tiba di bengkel, ia terkejut karena semua montir di sana, bahkan petugas kebersihannya saja tampil rapi dengan setelan seragam berwarna nude.

Selain seragam, hal lain yang membuat Robi heran bercampur malu karena berada di sana adalah kondisi bengkel yang sangat jauh dari bayangannya. Pada umumnya, bengkel pasti kotor, yah, maksudnya pasti ada bekal oli yang menghitam di lantainya atau tempat-tempat lain, tetapi kondisi bengkel itu justru sebaliknya, lantainya yang berwarna biru laut bersih mengkilat, tidak ada satu noda pun. Oke, ada beberapa lubang kecil atau retak halus efek benturan dengan benda keras, tetapi itu hanya sedikit dan hampir tidak kentara sama sekali.

Bengkel itu pun cukup besar. Ini, mah bukan bengkel, batin Robi. Karena di bagian sisi kanan, ada tempat sangat luas yang berfungsi sebagai tempat cuci kendaraan dan di seberang tempat cuci itu, terdapat ruangan full kaca dengan tulisan 'Ruang Tunggu' tergantung di pintunya. Namun, fasilitas di ruang tunggu itu lagi-lagi membuat Robi tak bisa berkata-kata. Ada mesin pembuat kopi, ada rak-rak berisi aneka snack, roti, nasi dalam kemasan dengan tulisan 'Silakan Ambil Gratis!'.

Ini bengkel, apa lembaga sosial?

Tatapan Robi kembali pada barisan pekerja-yang ia duga sebagai montir-di hadapannya. Mereka semua menatapnya dengan sikap hormat, tak ada gestur menghina atau menertawakan penampilannya yang bisa dibilang kumal.

Seorang pria kira-kira seumuran dengannya menghampiri. Ia menjabat tangannya dengan ramah, lalu memperkenalkan diri. Namanya Heru. Dia memperkenal satu per satu pekerja di bengkel itu kepada Robi. Ternyata tidak semua pekerja berseragam itu berprofesi sebagai montir meski memakai seragam yang sama. Ada yang bertugas sebagai admin, petugas kebersihan, petugas bagian cuci kendaraan, dan lain-lain.

"Ini Bos Robi." Heru memperkenalkan Robi pada semua yang ada di sana. "Bos Besar bilang, selama beberapa waktu Bos Robi akan ditempatkan di sini."

"Panggil Bang saja, jangan Bos." Robi yang mempunyai masalah dengan kepercayaan diri berbisik di telinga Heru.

"Tidak." Heru tertawa. "Itu sudah jadi semacam kebiasaan di sini. Bos Aaro kita panggil Bos Besar, lalu Leader di masing-masing cabang kita panggil Bos Kecil atau pakai nama. Tapi jangan, khawatir, itu hanya sebutan formalitas saja. Saat bekerja nanti, tidak akan ada kesenjangan karena semua sama di sini."

Robi mengangguk saja karena ia memang belum memahami bagaimana kebiasaan dan cara kerja bengkel itu. Seperti perintah Bosnya, ia diharuskan mempelajari semua yang ada di sana sebelum mulai merekrut anak buahnya sendiri untuk cabang baru nanti.

Heru membawa Robi masuk ke dalam untuk berganti pakaian. Selain seragam yang dikenakan Robi hari itu, ia juga menyerahkan beberapa setel seragam untuk hari-hari selanjutnya.

"Karena kita kerja di bengkel yang berhubungan dengan mesin dan pasti kotor, Bos Besar membuat peraturan seragam harus ganti setiap harinya. Untuk memastikan semua pekerja mematuhi itu, akhirnya dibuat seragam dengan warna berbeda setiap harinya. Dan ini sepatu safety. Semua pekerja wajib memakai ini demi keselamatan kerja. Sepatu ini anti licin meski kita berjalan di atas tumpahan oli atau barang licin sejenisnya."

Lagi-lagi Robi hanya mengangguk. Ia tipe orang yang tidak banyak bertanya, tetapi mengamati setiap detail untuk mengambil pelajaran. Hari itu tidak banyak yang bisa ia kerjakan, setelah berganti baju, ia berkeliling bengkel untuk melihat sistem kerja di sana. Itu memberinya banyak bahan untuk dipikirkan.

Di Zaro Ban, customer tidak pernah dikenakan biaya untuk tambah angin jenis nitrogen. Siapa pun bebas tambah angin di sana tanpa dipungut biaya. Dan bila ada pegawai yang ketahuan memungut iuran liar kepada customer yang hendak tambah angin, ia akan diputus kerja saat itu juga. Semua pasti ketahuan karena cctv ada di banyak tempat untuk mengawasi setiap aktifitas pekerja.

Antidotum (Cinta Manusia Biasa 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang