"Kau turun lobi aja?" Robi yang sedang mengemudi bertanya pada Karen yang duduk di belakang bersama Aris.
Kebetulan pagi itu secara mendadak ia diminta untuk menghadiri seminar bisnis yang rutin diadakan bagi seluruh pimpinan cabang perusahaan yang berada di bawah naungan Blackstone Corporation. Seminar itu bertujuan untuk meng-upgrade kemampuan serta pengetahuan para pegawai yang berada di bawah naungan perusahaan besar Blackstone, salah satunya adalah Zaro Ban. Jadi, sekalian saja ia menawarkan diri untuk mengantar Aris pergi ke tempat kerja dan Karen kembali ke hotel.
"Boleh, Bang." Karen menjawab cepat sembari melihat ke sekeliling, sementara Aris terus menggenggam tangannya.
"Aku akan memastikan kamu sampai kamar dengan selamat tanpa ada masalah." Aris berkata mantap.
"Tidak!" Karen menjawab tegas. "Justru kamu bisa menimbulkan masalah besar. Aku bisa kembali sendiri." Ia menambahkan sembari tersenyum meyakinkan.
"Tapi—"
"Karen benar." Robi memotong ucapan Robi. "Kau tetap di mobil. Kalau ada yang harus turun buat antar Karen, itu aku."
"Kenapa?"
"Karena orang tua Karen tahu aku suami Yura. Sedang kau, mereka belum kenal kau."
Aris tampak ingin membantah, tetapi ia memilih untuk menatap Karen dengan raut tanya.
"Beri aku waktu." Karen memohon pada Aris. "Aku harus menyelesaikan semua ini dengan baik. Yang penting kamu percaya padaku."
"Kita sudah berjanji menghadapi ini bersama, kan?"
"Aku tahu." Karen menenangkan. "Hatiku tetap milikmu sampai kapan pun. Aku hanya kembali ke kamar, bukan ninggalin kamu. Nanti siang, kita bertemu di kampus. Oke?"
Meski ragu untuk melepas sang kekasih hati, Aris pun mengangguk pasrah. "Oke."
Akan tetapi, ketika mencapai lobi mereka melihat ada sedikit masalah terjadi di sana. Orang tua Karen dan Prince ada di sana bersama beberapa petugas keamanan hotel.
"Ohh, tidak!" Karen mengerang. Rencananya untuk menyelinap kembali ke kamar gagal total. "Aku harus gimana?"
"Biar aku temani turun." Aris berkata sedikit memohon. "Aku akan menjelaskan—"
"Apa?" tantang Karen. "Kamu mau jelasin apa?" Karen sedikit panik. Wajahnya memucat.
"Sudah. Biar aku yang urus." Robi berkata tegas. Lalu, ia menoleh ke arah Aris DNA matanya menyorot tajam. "Kau tetap di sini, jangan tampakkan bahkan batang hidung kau. Ngerti? Itu kalau kau beneran cinta Karen."
Aris tak bisa menolak. Ia ingin menemani Karen menghadapi apa pun yang akan terjadi, tetapi ia sadar diri bahwa dirinya sata ini belum pantas. Andai saja dirinya bisa menjadi seperti Furi atau Robi.
Karen berjalan mendahului Robi menaiki undakan lobi. "Mama, Papa!"
"Ohh, Tuhan, Karen!" Mama Karen langsung menghampiri sang putri. "Dari mana saja kamu? Kami hampir mengira kamu diculik dan berniat melapor ke polisi."
Papa Karen dan Prince menyusul di belakangnya.
"Selamat pagi, Om, Tante." Robi menyapa kedua orang tua Karen dan hanya mengangguk samar saat menatap Prince. "Maaf, saya terlambat antar Karen kembali ke hotel. Istri saya butuh bantuan, jadi kami minta tolong Karen."
"Mengapa kau bersama putriku?" Papa Karen bertanya dengan nada dingin. Ia sudah mendengar skandal salah eornag sahabat putrinya, Yura yang hamil di luar nikah hingga dicoret dari anggota keluarganya. Skandal itu membuat beberapa bisnis orang tua Yura mengalami masalah hingga akhirnya mereka terpaksa pindah ke luar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antidotum (Cinta Manusia Biasa 2)
RomanceHamil tanpa tahu siapa ayah sang janin, diusir dari rumah, dijauhi teman, dan sulit mendapat kerja karena perut yang kian besar menjadikan bunuh diri adalah satu-satunya solusi. Tidak sekali dia kali Yura mencoba mengakhiri hidup, tetapi semua beruj...