23. Permintaan Maaf

505 75 13
                                    

Yura tak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Yang jelas ketika akhirnya ia membuka mata, tak lagi terdengar ketukan di pintu juga suara Robi memanggil.

Ia mendesah keras saat merasakan matanya bengkak. Meski enggan, ia tetap menghela tubuhnya bangun. Ia butuh cuci muka dan buang air kecil. Huh! Mengingat dirinya harus kembali kamar mandi yang pintunya sudah dirusak Robi tadi, hatinya kembali merasa kesal.

Saat membuka pintu kamar, kakinya menyenggol sesuatu, sebuah kertas yang terlipat beberapa kali. Ia mengambilnya dengan susah payah karena membungkuk merupakan hal yang sulit ia lakukan mengingat perutnya yang besar.

Dengan gerakan pelan, ia membuka kertas yang rupanya disobek dari bagian paling tengah buku tulis. Ternyata itu surat dari Robi untuknya. Ia seketika menahan napas saat membaca kata pertama yang ia baca 'Beb' di surat itu. Di zaman sekarang menulis surat bukan lagi hal yang keren, malah terkesan kampungan, tetapi Yura tetap saja merasa berdebar menerimanya.

Tulisan Robi tak terlalu bagus. Malah seperti tulisan cakar ayam hingga Yura harus beberapa kali mengerutkan dahi sambil berpikir keras ketika membacanya. Yah, ia bisa maklum, suaminya hanya tamatan SD. Dia sempat bersekolah di bangku SMP, tetapi dikeluarkan karena terlalu sering membolos. Bukan untuk bersenang-senang, tapi dia bekerja untuk membantu orang tuanya.

 Bukan untuk bersenang-senang, tapi dia bekerja untuk membantu orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak ada yang istimewa dari isi surat itu. Tidak ada kata-kata romantis atau rayuan yang mendayu-dayu. Robi hanya pamit berangkat kerja. Itu saja, tetapi entah mengapa Yura merasakan surat itu merasuk sampai ke hatinya. Mengapa Robi harus susah-susah menulis surat segala? Padahal, dia bisa saja langsung berangkat kerja dan titip pamit ke adik atau emaknya.

Ahh, Robi. Mengapa sikapmu selalu membingungkan begini? Kadang baik bukan kepayang, tetapi bisa jadi begitu menjengkelkan di lain waktu?

Yura melipat surat itu, menyimpannya di bawah tumpukan bajunya seolah itu adalah harta berharganya. Ia menutup lemari dengan cepat, lalu setengah berlari ke arah pintu karena tak tahan ingin buang air kecil. Namun, lagi-lagi ia berhenti di depan pintu karena kakinya menendang sesuatu. Besek bambu yang biasanya dipakai untuk tempat bumbu oleh mertuanya, tetapi besek itu sepertinya bersih dan di dalamnya ada beberapa jajanan anak-anak.

Ia membungkuk untuk mengambilnya dan tak bisa menahan senyum melihat isinya. Aneka jajanan favorit anak-anak seperti: Pocky, Go Potatoes, Mie Kremez, lolipop, dan lain-lain. Di sela-sela jajanan itu ada secarik kertas bertuliskan 'Sorry Beb' dengan tulisan cakar ayam persis seperti surat yang tadi ia temukan.

 Di sela-sela jajanan itu ada secarik kertas bertuliskan 'Sorry Beb' dengan tulisan cakar ayam persis seperti surat yang tadi ia temukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Antidotum (Cinta Manusia Biasa 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang