22. Terrible

8.3K 305 0
                                    

Ethan merangkul Olivia lalu membawanya ke kamar. Ia juga membantu Olivia membersihkan diri sebelum tidur termasuk mengganti pakaian. Tidak lupa dirinya ikut membersihkan diri.

Ethan memeriksa ponselnya dan mendapati belasan pesan dan riawayat panggilan tak terjawab dari kekasihnya. Ia menghembuskan napasnya lalu mengaktifkan mode sunyi ponselnya.

"Lebih baik aku tidur di sini dari pada di kamar tamu. Jadi di mana kau menyimpan kasur lantainya?" tanya Ethan yang malah dibalas oleh Olivia dengan menepuk-nepuk lahan kosong di kasurnya.

"Aku tidur di sampingmu? Kita tidur satu ranjang?" Olivia mengangguk.

"Ya sudah kalau tidak mau."

"Tentu saja mau," jawab Ethan cepat. Lelaki itu segera bergabung dengan Olivia di bawah satu selimut.

Ethan memposisikan tubuh menghadap Olivia yang tidur telentang. Ia mencium pelipisnya lalu ikut terlelap setelah memastikan perempuan yang berada di hadapannya ini benar-benar tertidur.

***

Di tengah tidurnya Ethan terganggu akan suara isakan dan rintihan serta ranjang yang bergetar karena Olivia menangis. Ia segera membuka matanya walau terasa berat dan segera bangkit untuk melihat kondisi Olivia.

"Ethan..."

"Ada apa, sayang?" tanya Ethan sambil mengusap kepala Olivia tetapi pertanyaannya hanya dijawab oleh isakan saja. Bahkan Olivia tidak membuka matanya.

"Tubuhmu panas. Ada yang sakit?"

Ethan menyalakan lampu tidur di atas nakas agar dapat melihat Olivia walau cahayanya remang-remang.

"Tubuhku rasanya sakit, hiks."

Olivia membuka matanya sebentar lalu menutupnya kembali sambil mengernyit menahan sakit.

Lututnya terluka karena terjatuh, kaki serta pantatnya sakit dan lencet karena diseret kasar, kepalanya berdenyut nyeri karena rambutnya dijambak kuat, sudut bibirnya sobek karena mendapat tamparan keras, dan yang paling parah adalah tangannya yang hampir retak karena diinjak.

Mendapatkan rasa sakit sebanyak itu bagaimana ia tidak demam.

"Obatnya tidak mempan? Sudah kubilang tadi seharusnya ke rumah sakit saja. Ingin pergi sekarang?" Olivia menggeleng. Perempuan itu semakin erat menggengam tangan Ethan.

"Aku berjanji akan membalas perbuatan mereka," geram Ethan membuat Olivia membuka matanya.

"Tidak perlu."

"Tidak perlu apa? Kau bodoh?"

Bukan bodoh. Hanya saja setelah melihat Ethan sebrutal tadi membuat Olivia merasa was-was. Lelaki itu berniat membunuh orang jika tidak ditahan.

Olivia yakin jika perampok yang ditendang oleh Ethan mengalami patah tulang rusuk, sedangkan yang satunya lagi mengalami patang tulang hidung.

"Aku haus..."

Dengan sigap Ethan menuangkan air dari pitcher plastik ke dalam gelas yang sudah berada di atas nakas. Ia juga membantu Olivia bangkit dari baringannya untuk minum karena tidak terdapat sedotan.

Setelah Olivia berbaring kembali, Ethan mencium seluruh bagian wajah Olivia dengan sayang.

"Cepatlah sembuh, Olivia. Melihatmu sakit begini membuatku sakit juga."

Mendengar perkataan Ethan membuat dada Olivia menghangat. Ia semakin menangis karena tidak bisa menahan perasaannya yang selama ini dibendung untuk Ethan.

Gawat. Olivia mulai mencintai Ethan. Dan entah sejak kapan itu.

***

Alarm ponselnya berbunyi karena sudah menunjukan pukul enam pagi. Ethan bangun dari tidurnya lalu melirik ke sampingnya mendapati Olivia masih tertidur pulas. Perempuan itu sama sekali tidak terganggu oleh nada dering alarm yang lumayan kencang.

ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang