50. Hari Sial Kara

32 10 0
                                    

Hi hiiii! Apa kabar? Semoga sehat dan bahagia yaa. Aku update lagi nih. Lumayan panjang partnya, semoga gak bosen ya hehe

Selamat membaca, semoga suka❤️🌹

"Selamat Pak Dewa atas terpilih dan bergabungnya perusahaan Anda dengan perusahaan kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat Pak Dewa atas terpilih dan bergabungnya perusahaan Anda dengan perusahaan kami."

Pria paruh baya dengan setelan jas licinnya itu berujar. Ia mengulurkan tangannya pada Sadewa seraya tersenyum lebar. Garis-garis halus di wajahnya yang sudah tak muda lagi itu terlihat jelas.

Dewa membalas senyuman pria di depannya. Dia menerima uluran tangan dari pria tersebut dengan erat.

"Terima kasih banyak Pak Irawan, saya merasa sangat senang dan bangga bisa bergabung dan menjalin kerjasama dengan perusahaan Anda."

Pria yang bernama Irawan itu masih tersenyum, tangannya menepuk lengan Dewa dengan bangga.

"Begitupun dengan saya Pak Dewa," kata Pak Irawan membalas ucapan Dewa.

Pak Irawan melepas jabat tangannya. Ia beralih menatap seorang wanita muda yang setia berdiri di sebelah Dewa. Wanita yang tak lain adalah Anjani itu tersenyum ramah sambil menundukkan kepalanya sekilas.

"Saya harap setelah terjalinnya hubungan kerjasama ini dapat meningkatkan kualitas dan kesuksesan perusahaan kita." Pak Irawan berucap lagi. Ia sangat berharap dengan bergabungnya perusahaan Huang akan meningkatkan kinerja dan stabilitas perusahaannya.

Dewa mengangguk sekilas. "Saya pastikan perusahaan kita akan berjalan seperti yang kita rencanakan sebelumnya," balasnya yakin.

"Saya sangat berharap begitu Pak Dewa."

Atensi orang-orang yang ada di dalam ruangan itu teralihkan termasuk Dewa dan Anjani saat suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar.

"Masuk," ucap Pak Irawan, sesaat pintu itu dibuka dari luar. Menampilkan seorang pria berjas rapi berjalan masuk ke dalam ruangan yang menjadi tempat beberapa petinggi dari perusahaan lain sedang berkumpul.

"Maaf Pak, sesuai dengan perintah pak Hananto, beliau ingin bertemu dengan kolega yang akan bekerjasama dengan perusahaan kita," kata pria tersebut menjelaskan maksud kedatangannya.

"Oh iya, baiklah. Sebentar lagi saya dan Pak Dewa akan segera ke sana," ujar Pak Irawan seraya mengangguk kecil.

Pria tadi tersenyum, ia mengangguk lalu berkata lagi, "Baik Pak, saya pamit dulu." Ia berjalan keluar meninggalkan orang-orang yang masih duduk di kursi ruang rapat.

Di salah satu kursi yang ada di ruangan itu, terlihat seseorang menatap Dewa dengan sorot tajam. Pria itu mencengkram kuat sebuah bolpoin yang dia pegang. Tatapan penuh ketidaksukaan terpancar di kedua bola matanya.

Di saat Sadewa tersenyum penuh kemenangan, sementara dirinya hanya bisa tersenyum kecut menerima kekalahan. Dia merasa seperti dipermalukan oleh Dewa.

Kita lihat saja, sampai kapan kebahagiaanmu bertahan, Sadewa.

Burung Kertas untuk NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang