Kini Zia dkk dan juga King dkk tengah memakan makanan yang mereka pesan tadi. Terlihat Putri yang makan dengan wajah ditekuk.
"Udah dong put gak usah ngambek gitu" ujar Kiki, mereka sedari tadi mencoba untuk membujuk Putri yang ngambek.
"Ish aku iri tau, kenapa semua pada romantis romantisan sih, kan putri jadi iri" dengusnya.
"Makanya put cari pacar biar gak jomblo" ucap Aldi yang diangguki Aldo.
"Itu dia, masalahnya gak ada yang mau sama Putri" ujar Putri dengan wajah sedihnya.
'iyalah gak ada yang mau, siapa coba yang mau sama psyco' batin Zia.
Flashback on
Aldi dan Aldo telah selesai memesan dan membawa makanan yang mereka pesan, begitupun dengan Vier yang telah membelikan pesanan Aileen.
"Nih" ujar Vier seraya menaruh sepiring nasi goreng dan es teh manis pesanan Aileen.
Vier pun duduk disebelah Aileen setelah menyuruh Kiki yang semula berada di sebelah Aileen untuk pindah.
Dan mereka pun memakan makanan yang mereka pesan, sesekali King menoleh ke arah Zia dan mengelap keringat gadisnya yang bercucuran akibat kuah bakso yang masih panas dan pedas dari kuahnya.
Sedangkan Vier, ia memegangi rambut Aileen yang menghalanginya saat makan.
Sedangkan Putri yang melihat keromantisan itu mendengus kesal, padahal ada Kiki dan si kembar juga yang menyaksikan namun mereka biasa saja.
Flashback off
"Arggg pengen cincang orang" keluh Putri membuat Zia melotot lalu mendatarkan lagi wajahnya.
'aduh kalo beneran gue kabur aja kali' batinnya.
Disaat seperti ini Zia malah teringat di bab saat Putri memutilasi orang yang menggangu Ely, membuat ia melamun memikirkan kejadian itu secara nyata.
King yang melihat gadisnya melamun pun menggenggam tangan Zia dibawah meja membuat Zia tersentak dari lamunannya dan menoleh pada King yang duduk disebelahnya.
"Kenapa melamun?" Tanya King yang hanya dibalas gelengan kecil dari Zia.
Zia berusaha melepas pegangan tangan King pada tangannya namun tidak bisa, karena tenaga King yang begitu kuat.
Nafsu makan Zia telah hilang saat ini karena ia membayangkan saat Putri memutilasi, Zia pun hanya memandangi baksonya yang tinggal setengah.
'ck kenapa gue pakek ngebayangin segala sih' kesalnya pada diri sendiri.
"Kenapa gak dimakan?" Tanya King yang telah melepas genggaman tangannya, kini ia beralih mengelus rambut pendek Zia.
"Nggak" ujar Zia seraya menyingkirkan tangan King dari rambutnya. Zia pun beranjak dan pergi dari kantin meninggalkan mereka.
'pokoknya gue harus jauhin tu antagonis dan adiknya' batin Zia setelah keluar dari kantin.
Diperjalanan menuju kelasnya Zia berpapasan dengan Natha, sepupu laknatnya.
"Dari mana lo?" Tanya Natha.
"Kantin" jawab Zia.
Tiba tiba Natha menyentuh dahi Zia seperti sedang memeriksa kondisinya. Zia menyentak tangan Natha.
"Kenapa sih lo" kesal Zia.
"Muka lo pucet, lo sakit?" Tanya Natha.
"Gak usah sok peduli deh" kesal Zia. Tanpa memperdulikan ucapan Zia Natha membawa Zia ke UKS.
"Ck lepas, Lo mau bawa gue kemana sih" ujar Zia berontak.
"UKS" jawab Natha singkat.
"Tapi gue gak sakit" ujar Zia namun tak direspon oleh Natha, akhirnya Zia pun pasrah dibawa oleh Natha.
"Duduk" perintah Natha saat mereka telah tiba di UKS.
'ni orang kenapa dah' batin Zia yang keheranan, pasalnya Natha yang biasanya bobrok dan manja berubah pendiam dan datar.
"Udah makan?" Tanya Natha dengan penuh perhatian.
"Dih apaan sih lo, sok peduli banget biasanya kan selalu ngajak gelut" sinis Zia.
"Gue emang peduli sama lo, karena lo adik gue" ujar Natha, ya Natha lebih tua dari Zia dan Aileen. Natha lebih tua lima bulan dari mereka.
"Terlepas dari gue yang selalu ngajak ribut gue udah anggap Lo dan Aileen adik gue sendiri, lo tau kan gue anak bungsu" ujar Natha serius.
"Gue sayang sama kalian, tapi gue lebih sayang sama lo ketimbang sama Aileen, karena itu gue selalu cari masalah sama lo karena gue harap kita bisa jadi kakak adik seperti orang diluar sana, mudah sih kalo sama Aileen tapi kalo sama lo tuh susah soalnya Lo itu cuek orangnya" ujar Natha panjang lebar.
"Apaan sih, lo jadi aneh kalo kayak gini" ujar Zia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga merasa terharu atas ucapan Natha barusan karena ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang kakak.
"Sekarang minum obat ya, udah makan kan?" Tanya Natha yang dijawab anggukan kepala.
Setelah berbincang bincang kini mereka berdua Tengah mengobrol dan tidak masuk kelas atau lebih tepatnya membolos.
"Oh iya nanti lo ikut gue ke club ya" ucap Zia.
"Ngapain ke club?" Tanya Natha dengan mata memicing.
"Gue mau mata matain Ely tau" Ujar Zia.
"Gak boleh" tekan Natha dengan jiwa ke abangannya
Plakk
Zia menggeplak lengan Natha karena kesal namun tidak ada reaksi dari Natha.
"Loh kok lo gak kesakitan sih, waktu itu kan disenggol aja langsung ngeluh?" Bingung Zia karena Natha diam saja waktu dipukuli oleh Zia.
"Lo pikir gue selemah itu?, kagak lah. Kalo gue lemah gimana caranya gue lindungin lu sama Aileen" ujar Natha tenang.
"Tapi kok lo diem aja waktu Aileen difitnah?" Tanya Zia penasaran.
"Lo pikir gue diem aja?, apa gue harus bilang kalo gue bertindak hm?" Ujar Natha dengan senyum misterius yang terlihat menyeramkan. Zia bergidik melihat senyuman Natha.
'gue bener bener dikelilingi sama orang berbahaya' batin Zia miris.
Bersambung.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Kezia queenara : sang figuran (Terbit✔️)
Teen FictionKezia arrabela gadis cantik yang sayangnya irit bicara dan suka baca buku,buku apapun dia baca dari buku fiksi hingga non fiksi. Kezia tiba tiba memasuki novel'love for Emely',dia menjadi Kezia queenara,tokoh figuran yang ternyata saudara kembar ant...