36. tawuran

40.3K 2.5K 23
                                    

Aileen dan Xavier saat ini sedang berada di taman belakang sekolah, Xavier menceritakan kepada Aileen tentang King yang mencintai kakaknya namun takut untuk mendekati.

"Jadi maksud lo King itu cinta sama kakak gue tapi takut kak Zia jadi incaran musuh?" tanya Aileen.

"Iya bener" jawab Xavier.

"Lo tau gak sih kakak gue itu bukan cewek menye yang disenggol dikit langsung nangis, kakak gue itu cewek hebat bisa bela diri, bahkan gue beberapa minggu ini diajarin bela diri sama dia" ujar Aileen.

Ya memang benar beberapa minggu ini zia mengajari Aileen bela diri sekaligus mengasah kemampuannya sendiri untuk jaga-jaga apabila ada yang mengganggu Aileen.

Bahkan Zia pernah berpikir untuk membentuk geng kembali seperti di dunianya dulu

"Benarkah?" Tanya Xavier

"Iya masa lu gak tahu sih padahal kak Zia beberapa kali mukul orang" heran Aileen.

Bruakkk

Suara yang amat keras membuat Aileen dan Xavier terkejut.

"Suara apaan tuh" ujar Aileen.

Sedangkan Zia saat ini sedang berada di kantin menikmati nasi goreng yang dipesannya karena saat ini jam istirahat.

Zia dibuat keheranan saat melihat murid-murid yang ada di kantin tiba-tiba berhamburan dengan wajah panik.

Zia berdiri dan mencoba bertanya kepada salah satu siswi.

"Ada apa, kenapa semuanya lari larian?" tanya Zia.

"I-itu ada ada taruhan eh tawuran" ujar seorang gadis yang ditanya oleh Zia. Zia hendak bertanya sekali lagi namun gadis itu sudah pergi.

Zia keluar dari kantin dengan tergesa-gesa menuju luar gedung sekolah, dan benar saja setelah keluar dari gedung sekolah pemandangan yang ia lihat adalah pemandangan di mana dua anak SMA berbeda sekolah sedang baku hantam.

Banyak korban dari sekolahnya karena tidak ada persiapan dan juga anggotanya yang sedikit.

Melihat banyak guru dan murid perempuan yang masih ada di luar Zia berinisiatif untuk mengamankan mereka. Ia melangkah dengan tergesa-gesa dan memandu mereka untuk masuk ke dalam ruangan tersembunyi yang dibuat oleh Zia.

Zia sudah tahu akan terjadi seperti ini dan Zia sudah membuat tempat yang aman untuk orang-orang namun waktu kejadiannya terjadi lebih cepat membuat Zia kurang persiapan.

"Untuk guru-guru dan untuk siswi-siswi mari ikut saya ke tempat yang aman"ujar Zia. Guru-guru menurut dan mengikuti Zia namun berbeda dengan siswi-siswi yang malah mengabaikan ucapannya.

Zia menggeram marah dengan cepat menghampiri siswi siswi itu.

"Ayo cepat ikut gue tempat ini gak aman"ujar Zia dan meraih tangan salah satu siswi namun siswi itu menepisnya.

"Gila lo kondisi kayak gini mau sembunyi gak gue nggak mau, gue mau bantu mereka" bantah seorang gadis yang tangannya dipegang oleh dia.

"Lu tadi cuma teriak-teriak gak jelas ya, bantu apa coba kayak gitu" kesal Zia gadis-gadis di depannya ini sungguh menguras tenaganya.

"Lo itu gimana sih di saat kayak gini mau sembunyi, harusnya kita tuh nolong mereka"sinis gadis tadi. Zia mengepalkan tangannya, ia sudah merasa emosi saat ini. Apalagi sudah banyak korban yang berjatuhan dari sekolah mereka malah siswi-siswi ini ingin menambah korban lagi.

"Lo mau bantu apa goblok, yang ada kalau kalian di sini malah nyusahin mereka bukan bantu mereka!!!" Teriak Zia membuat gadis-gadis itu terperanjat.

"Masuk!" ujar Zia dengan dingin. Akhirnya gadis-gadis itu pun menurut dan bersembunyi di tempat yang ditunjukkan Zia.

Kembali bergegas, Zia hendak mencari keberadaan Aileen karena sedari tadi ia tidak menemukan keberadaannya.

"Aileen lu kemana sih jangan buat gue khawatir" gumam Zia di sepanjang perjalanan.

Zia tiba-tiba berhenti, tangannya terkepal kuat melihat seorang gadis yang sedang ditodongkan senjata oleh murid SMA lain.

Mata Zia berkilat tajam, emosinya memuncak. Gadis yang ditodongkan senjata itu tidak lain dan tidak bukan adalah Aileen, adiknya sendiri.

Para pemuda yang sedang tawuran pun bingung saat melihat kedatangan Zia dari jauh.

"Nyerah atau gadis ini jadi korbannya" ancam seorang pemuda yang merupakan ketua dari sekolah lain.

"Gue gak akan nyerah" ujar King, Xavier menatap was-was ke arah Aileen.

"Halah udah nyerah aja King dan bubarin geng motor kalian itu, gak boleh ada yang nyaingin geng kita ya kan bos" ujar anak buah orang itu.

"Zia" gumam King saat melihat kedatangan Zia.

"Lepasin adik gue" ujar Zia dengan wajah dingin setelah sampai di sana, ketua geng itu mengernyit bingung lalu tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha ada cewek sok pahlawan nih udahlah lo itu orang lemah gak usah sok jadi jagoan" ujar si ketua meremehkan Zia.

Zia melepaskan sepatu nya dan melemparkannya pada si ketua yang meremehkannya. Lemparannya mendarat sempurna di dahi orang itu membuat pegangannya terhadap Aileen terlepas.

"Gadis sialan beraninya lo lawan gue" geram pemuda itu.

Zia dan pemuda itu pun saling melawan saling memukul dan saling menangkis satu sama lain. Begitupun dengan yang lainnya yang mulai melawan, bahkan Aileen juga ikut melawan.

"Hebat juga kemampuan lo, tapi gue pastiin lo bakal tunduk di kaki gue" ujar pemuda itu namun Zia mengabaikannya.

"Adik lo cantik juga, gimana kalau dia buat gue dan gue lepasin lo" ujar pemuda itu lagi. Pemuda itu terus saja mencoba menghilangkan fokusnya. Zia mengabaikan pemuda itu dan tetap memfokuskan dirinya.

Zia merasa geram, mulut pemuda di depannya ini sangat cerewet seperti perempuan. Zia pun mulai menghajar pemuda itu dengan brutal, membuat lebam di seluruh tubuh pemuda itu.

Bug bug bruk

Pemuda-pemuda itu terjatuh ke tanah, Zia menonjok wajah pemuda itu sebagai penutup.

"Syialang low cewe banghat" . Pemuda itu bicara tidak jelas karena mulutnya yang berdarah dan beberapa giginya yang copot atau patah.

"Itu balasan buat lo yang udah remehin gue" ujar Zia, ia menatap pemuda itu remeh.

"Awah lu gua tandain" ujar pemuda itu, ia menunjuk nunjuk Zia.

"Cabut" ujarnya dan pergi dengan dipapah oleh anggotanya yang juga telah babak belur.

"Lo gak papa" tanya Zia kepada Aileen dan Aileen mengangguk sebagai jawaban.

Tanpa sengaja Zia bertatapan dengan King, King tersenyum misterius membuat Zia mengangkat sebelah alisnya dan berlalu dari sana bersama dengan Aileen. Xavier mengikuti mereka dari belakang karena khawatir terhadap kekasihnya.

King memerintahkan kepada teman temannya yang masih sadar dan terluka sedikit untuk membawa temannya yang tidak sadarkan diri ke rumah sakit.

Zia berjalan menuju tempat persembunyian, ia menatap sekeliling yang terlihat berantakan, kaca jendela pecah, tembok rusak dan lain lain.

"Gimana nak Zia semuanya aman kan?" Tanya seorang guru perempuan yang terlihat khawatir, Zia mengangguk.

Mereka pun keluar dari persembunyian dan terkejut melihat kondisi sekolah mereka.

Bersambung......

Kezia queenara : sang figuran (Terbit✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang