2. Minggat

26.2K 1.9K 16
                                    

Saat menoleh ke samping kiri Cessa dibuat kaget, secara bersamaan berteriak parau mendapati wajah pulas Eros, lalu dengan refleks Cessa menampar pipi Eros.

Eros menggeliat, sebelah mata terbuka sedikit. "Oh, dah bangun. Sini deketan ... gue mau periksa kulit lo masih dingin atau udah enggak," ujarnya.

Cessa buru-buru bergeser menjauh, namun detik kemudian merasakan punggung menubruk benda kenyal, tidak perlu melihat dari mana itu berasal, karena telah jelas sosok gadis yang tengah berbaring di belakang Cessa, detik ini tiba-tiba mendekapnya erat.

"Lo bikin kami semua panik, kalau pengen pingsan lagi bilang dulu." Violet mengecup gemas puncak kepala mungil yang satu bantal dengannya.

Cessa termangu, baru menyadari Chester meringkuk di bawah kakinya, posisi cowok kekar tersebut tepat dekat pintu tenda.

Semalaman tidur di dalam tenda berisi empat orang. Luar biasa gila! Sebentar lagi Cessa akan ikut gila.

"Hei, kenapa?" Eros bangun lalu menepuk perlahan pipi Cessa yang memerah samar. "Kulitnya udah lumayan hangat."

Violet tersenyum semringah.

Bahu Cessa melemas dengan raut muram, acuh tak acuh menepis tangan Eros dari wajahnya.

Eros terperangah. Cessa pura-pura buta oleh reaksi Eros, memilih menarik selimut hingga menutupi seluruh badan, tawa membahana Eros yang mendadak memecah keheningan dalam tenda kemudian membuat Cessa diam-diam tersentak.

Mungkin kah Eros tersinggung lalu setelah ini gilirannya yang akan di habisi layaknya beberapa mayat menumpuk di luar sana, tadi malam menjadi alasan Cessa pingsan.

"Sekali lagi tangan busuk kamu itu nyentuh Cessa, aku potong!" Violet berseru mengancam sambil menabok keras lengan Eros, melirik gumpalan bulat di balik selimut.

Eros meringis.

"Oke, jangan adu bacot." Chester memelototi Eros yang hendak membuka mulut. "Kita siapin sarapan, ingat ada bocil di sini yang butuh asupan makanan sehat."










***







Seumur-umur baru kali Cessa memakan ulat sagu, dulu dia penasaran sekali soal hewan berwarna putih ini dan penasaran Cessa akhirnya terjawab.

Apa ini yang di maksud Chester asupan makanan sehat? Cessa menatap hampa piring di pangkuan, masih tersisa satu dan sekarang bergerak lambat-lambat.

"Enak, kan?" Violet barang sedetik pun tidak pergi dari sisi Cessa bertanya antusias.

Kata Chester bahkan Eros menimpali setuju, sikap Violet teramat ramah ini hanya Cessa seorang yang mendapatkannya. Cessa pura-pura tersenyum bahagia.

"Rasanya persis kaya ayam goreng." Chester justru menyahuti kalem.

"Mana ada, rasanya sepet!" Cessa menentang spontan bikin tiga orang duduk di sekelilingnya tertegun.

Eh?!

Dia barusan meneriaki kesal Chester, padahal bisa saja dikatakan cowok itu benar, bahwa ulat sagu bagaikan ayam goreng, lain halnya Cessa notabene jelas pertama kali.

"Cessa?!" Violet setengah memekik, merapat panik pada sang balita yang bercucuran air mata.

"Mukanya makin bulet kalau nangis, coba nangis teriak-teriak pasti tambah imut," celetuk Eros kurang ajar, terkekeh terhibur.

Violet mendelik penuh peringatan, sebelah tangan mengusap pipi Cessa sementara satunya terlihat mengepal kuat menunjukkan ke Eros.

"Siap-siap habis ini kamu, aku tonjok." Violet berujar serius.

Eros menciut, melompat menghampiri, mengucap maaf berulang kali sementara Chester duduk di kursi kayunya tersenyum geli dengan pandangan lurus pada Cessa yang tertunduk dalam.





***




Sore harinya Cessa berhasil kabur, kejadian menangis beberapa jam lalu sekedar sandiwara supaya mereka kalang kabut.

Cessa menangis keras meski agak kasihan kemudian menyaksikan Eros dijambak brutal Violet, untungnya Chester segera menyelamatkan Eros, jika tidak segenggam rambut Eros bisa saja lepas.

Mengambil kesempatan saat mereka lengah. Kedua cowok itu entah pergi ke mana sedangkan Violet sibuk merapikan barang di tenda, Cessa tertinggal sendirian langsung minggat.

"Akhirnya ...." Cessa tersenyum cerah, berdiri di batang pohon yang teronggok di tanah.

Bibir Cessa menyungging lebar sampai mata bundarnya menyipit, namun tidak berlangsung lama karena baru menyadari sesuatu, mengerjap linglung secara bersamaan tubuh Cessa menegang.

Dasar tolol!

Dia tidak membawa apapun, semacam peta jalan untuk keluar hutan apalagi makanan.

Senter juga, bentar lagi malam!

Batin berteriak kalut, Cessa berjalan mondar-mandir dengan jempol tergigit cemas, semakin lama kening Cessa basah oleh keringat dingin.

Lebih baik bareng mereka walau kewarasan orang-orang itu perlu di ragukan.

"Kali ini keputusan lo salah." Cessa menghela napas berat, mengamati sepasang lengan kecilnya.

Di berikan kesempatan kembali hidup, melalui raga seorang anak perempuan berusia lima tahun tentu membuat gerak-gerik Cessa terbatas.

Pandangan Cessa mengarah ke semak belukar di depan sana, tidak ada yang tahu seberapa banyak binatang buas bersiap melahapnya kalau Cessa tetap pergi.

"Oke, kita balik." Cessa menelan saliva, air muka terkesan tertekan. "Punya orang tua gadungan nggak buruk-buruk juga..." lanjutnya bergumam.









****


Tinggalkan vote dan komen. Vote udah bikin aku semangat lanjutin ceritanya. Jangan sider ya.

Terima kasih

Gummy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang