19. Sweet Moments

12.3K 1.2K 17
                                    

Chester menyapa ganteng tanpa memedulikan Agas yang pucat sambil mengutuknya tajam usai dia merampas ponsel dipegang Agas.

Layar hape tersebut menunjukkan rupa bulat menggemaskan, tengah berbaring miring di kasur.

"Kalo lo kangen sama gue, cepetan pulang. Hari ini." Chester berujar dengan senyum tengil. "Bilang ke pasangan prik itu, oke?" lanjutnya.

Chester lihat setelahnya gelengan cepat sang balita di seberang sana.

"Gak mau." Cessa menggoyangkan telunjuk ke kiri dan kanan. "No, kami mau nonton balap traktor."

"Apa?!" Chester setengah memekik, matanya yang tadinya agak sayu karena baru bangun tidur langsung melotot lebar mendengarnya.

"Omongan manis mereka jangan di percaya, cebong. Di sana becek!" Chester tahu-tahu melarang tegas.

"Kenapa?" Jawaban Cessa teramat lirih. "Ke tempat balapannya paling akhir, liatnya nanti jauh-jauh kok." Ada ekspresi sendu di wajah itu alhasil Chester menghela napas.

Belum sempat Chester kembali bersuara, kursi dia duduki mendadak terdorong ke samping pada detik yang sama ponselnya terbanting sembarangan di meja.

"Princessa...." Kaizar memanggil kalem, menopang tangan ke meja. Mengamati gerakan Cessa grasah-grusuh beralih duduk kemudian. "Lo kedinginan, pakai handuknya yang bener."







***










Cessa selalu bersikap patuh, membetulkan handuk menutupi tubuhnya yang memang terbalut asal-asalan sebelumnya.

"Udah." Kali ini Cessa memamerkan bangga, menatap lurus layar ponsel. "Aku mau jalan-jalan boleh, kan, Kak Kai? Sama Papa, Mama." Cessa diam-diam berusaha memperlihatkan muka memelas.

Cessa menyadari bahwa Eros dan Violet manut apa yang terucap dari Chester, apalagi kalau sudah mode serius, Cessa layaknya melihat orang yang berbeda kepribadian saja, meskipun kadang-kadang ketiganya juga bisa bersikap kekanak-kanakkan.

Rencana mengunjungi tempat wisata di kota Sevilla tidak boleh batal. Cessa penasaran setengah mati dengan cerita Violet sepanjang kereta.

"Aku pengen cuci mata," tutur Cessa lugu. "Pantai..." Bibir Cessa tanpa sadar mengukir senyuman lebar, membayangkan keindahan air laut dengan kaki menginjak pasir putih.

"Pasti mau nonton orang-orang pakai bikini, kan?" Tunduhan itu bukan berasal dari Kaizar, melainkan Chester yang telah berdiri di sebelah Kaizar dengan mata memicing.

Cessa kembali menggeleng brutal. "Aku mau tiduran di pasir sambil liat burung camar, minum air kelapa terus yang ada payung kecilnya," jawab Cessa kesal sembari berkacak pinggang sebelah.

Cowok berperawakan tinggi kekar yang mengenakan piama polos itu melongo, tiga detik kemudian tertawa nyaring hingga Cessa tersentak. Jemari mungil Cessa sontak menekan tombol speaker, mengecilkan volumenya.

"Gue baru ingat, itu kelakuan gue sama Eros sesekali Kai juga ikutan nonton," ungkap Chester geli.

Cessa tersedak sementara Kaizar langsung memukul puncak kepala Chester.

Menulikan telinga obrolan berisik di ujung sana, Cessa memutuskan turun dari ranjang, berjalan agak kesusahan keluar kamar.

Langkah kaki Cessa baru berhenti di bagian dapur, kali ini dia menyaksikan pasangan prik itu sudah akur. Sibuk oleh kegiatan masing-masing.
 
"Kak Aga nelpon, tapi mukanya sekarang Kak Kai sama Papa Teter!" Cessa setengah berseru, susah payah mengangkat ponsel menunjukkan ke Eros yang hendak membuka lemari kabinet.

Gummy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang