15. Perhatian

15.1K 1.3K 21
                                    

Dengan bola mata panas dan berair, Cessa melihat Eros bersama Violet bangun dari posisi duduknya, memberikan ruang pada Kaizar. Dia menelan ludah, hatinya seketika kuyu.

Keduanya nggak tersinggung. Bukan kah terlalu baik? Beda banget keluarganya di kehidupan dulu. Cessa membatin terharu biru.

Perhatian Cessa teralihkan, saat merasakan tangan kanannya balas digenggam.

Tangan besar Kaizar menutupi jari-jari kecil Cessa, meremasnya lembut. "Lo sakit gara-gara Chester, kan?" Tuduhan itu terucap tenang dari bibir Kaizar.

Cessa mengerjap linglung. Mengingat jelas sebelum jatuh pingsan, beberapa potongan kepala berkulit pucat berjejer rapi di dekat kakinya. Di depan mata Cessa sendiri.

Chester tampak bangga menceritakan asal muasal bagian tubuh di atas leher itu.

"Bisa-bisanya nunjukin benda busuk. Seharusnya dibuat dulu mirip boneka." Violet yang justru menyahuti dengan gerutuan cemprengnya. "Baru di kasih ke Cessa, ya, kan?" tanyanya pada Eros.

Cessa agak jantungan mendengarnya. "Aku sakit karena lapar." Cessa memberitahu parau sambil mengusap perut. Tutur katanya berusaha tertangkap polos. "Aku mau makan."

Cessa buru-buru mengalihkan pembicaraan, tidak sanggup mengingat hadiah mengerikan Chester.

"Mau makan apa?" Kalau ini suara Violet membuat Cessa tersenyum, melirik Eros setia di sisi Violet selalu gelendotan di mana-mana, menjadi hal biasa di mata Cessa.

"Aku mau bubur ayam."

"Oke."

"Bentar dulu."

Eros menahan Violet yang hendak pergi.

Cessa memandangi penasaran, sementara Kaizar sama sekali tidak terusik dengan obrolan berisik pasangan itu, satu tangan Kaizar yang lain malah sibuk memainkan ponsel, duduk bersila di samping tubuh berbaring Cessa.

"Kita pesan aja atau minta pelayan yang masakin."

"Gak, kali ini aku masak sendiri buatan Violet Alisia."

"Cebong bisa keracunan."

"Kamu ngejek aku?"

Violet menggebuk pundak Eros tanpa peduli Eros mengaduh, seolah-olah belum puas gadis berambut pendek itu lalu mencengkeram kerah belakang kemeja Eros, bersiap menyeretnya sewaktu-waktu.

"Mama, aku udah lapar. Pengen makan sambil liat ikan koi." Cessa menengahi sebelum telinganya bakal di bikin pengang lama-lama.

"Jangan." Kaizar mendongak, meletakkan hapenya sembarangan. "Masih panas, tiduran lagi," katanya tegas. Telapak tangan Kaizar sudah menempel di kening Cessa.

Cessa mengangguk patuh.

"Kai, terus ikan koinya gimana?" Violet bertanya dengan tampang agak merengut, baginya ini pertama kali tidak memenuhi keinginan sang balita.

Cessa berniat kembali bicara, namun dihentikan Kaizar yang lebih dulu berceletuk. "Bawa ikannya ke sini, nanti lo bisa liat ikan rebahan di kasur," ujarnya lempeng.

Violet mendelik dengan Eros yang langsung tertawa, Cessa cepat-cepat memejamkan mata memutuskan pura-pura tidur.












***










"Kayaknya masakan lo berhasil, Vio." Chester mendudukkan diri tergesa di sebelah Cessa sebelum Kaizar menempatinya. "Cari tempat lain, cebong belum gue kelonin," lanjutnya sambil menyengir tengil.

Gummy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang